Armenia dan Azerbaijan Bunuh-bunuhan, Donald Trump Berusaha Jadi Pahlawan

Senin, 28 September 2020 – 12:20 WIB
Presiden AS Donald Trump memegang Injil di depan Gereja St John, Washington, Senin (1/6). Foto: AP

jpnn.com, WASHINGTON DC - Presiden Amerika Serikat Donald Trump berusaha tampil sebagai pahlawan di tengah konflik bersenjata antara Armenia dan Azerbaijan. Dia mengaku akan berusaha mendamaikan kedua negara pecahan Uni Soviet tersebut.

"Kami terus memantau situasinya dengan sangat cermat," kata Trump dalam jumpa pers Minggu malam (27/9) waktu setempat.

BACA JUGA: Armenia Menyerang, Presiden Azerbaijan: Semoga Allah Mengistirahatkan Syuhada Kami

"Kami memiliki banyak hubungan baik di area itu. Kami akan melihat apakah kami bisa menghentikannya." ujar Trump.

Bentrok yang terjadi di wilayah Nagorno-Karabakh akhir pekan lalu menewaskan sedikitnya 16 personel militer dan beberapa warga sipil.

BACA JUGA: Konflik Armenia Vs Azerbaijan Memanas, Turki Siap Kirim Pasukan

Dalam pidatonya kepada rakyat Azerbaijan, Presiden Aliyev mengatakan angkatan bersenjata Armenia menembaki permukiman dan lokasi-lokasi militer.

"Akibat tembakan musuh, ada korban di antara penduduk sipil dan prajurit kami. Beberapa orang terluka. Semoga Allah mengistirahatkan para syuhada kami dengan tenang," kata dia, tanpa menyebutkan jumlah korban secara spesifik.

BACA JUGA: Armenia dan Azerbaijan di Ambang Bunuh-bunuhan, Darurat Militer!

Aliyev bersumpah untuk membalas darah para martir, dengan mengatakan bahwa tentara Azerbaijan terus melakukan pembalasan terhadap lokasi militer Armenia. Banyak unit peralatan militernya telah dihancurkan.

"Ini adalah perwujudan lain dari fasisme Armenia," ujar dia.

Sementara itu, Pemerintah Armenia mengumumkan darurat militer dan mengerahkan tentara secara penuh setelah bentrok dengan Azerbaijan menyangkut wilayah Nagorno-Karabakh, kata Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan, Minggu.

Ketegangan antara Armenia dan Azerbaijan memuncak pada Minggu pagi terkait insiden Nagorno-Karabakh.

Daerah itu merupakan wilayah pegunungan di Kaukasus Selatan yang dikuasai Azerbaijan, tetapi dihuni oleh mayoritas etnis Armenia.

Pemerintah Armenia di ibu kota negara, Yerevan, menuduh tentara Azerbaijan melancarkan serangan di Nagorno-Karabakh, sementara Pemerintah Azerbaijan di ibu kota negara, Baku, menuduh tentara Armenia juga melakukan tindakan serupa ke arah militer dan warga sipil.

Sementara itu, otoritas di Nagorno-Karabakh, yang mendeklarasikan kemerdekaan sejak 1991, juga mengumumkan darurat militer dan mengerahkan penduduknya yang berjenis kelamin laki-laki untuk mengantisipasi bentrokan.

Armenia mengatakan Azerbaijan mengerahkan serangan udara dan artileri di Nagorno-Karabakh. Namun, Azerbaijan mengatakan pihaknya membalas serangan tentara Armenia. (ant/dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler