Armuji: Tidak Ada Sepak Bola Seharga Nyawa

Prihatin Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan

Minggu, 02 Oktober 2022 – 10:13 WIB
Sejumlah penonton membawa rekannya yang pingsan akibat sesak nafas terkena gas air mata yang ditembakkan aparat keamanan saat kericuhan usai pertandingan sepak bola BRI Liga 1 antara Arema melawan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022). ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/pras.

jpnn.com - SURABAYA - Wakil Wali Kota Surabaya Armuji prihatin atas tragedi kerusuhan pascapertandingan Arema FC vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10/) malam. 

Akibat kerusuhan itu, 127 orang dilaporkan meninggal dunia. 

BACA JUGA: Identifikasi Korban Kerusuhan di Kanjuruhan, Mabes Polri Kirim Tim DVI

Armuji mengatakan bahwa ini adalah tragedi kemanusiaan yang luar biasa. 

“Tidak ada sepak bola seharga nyawa. Ini tragedi kemanusiaan yang luar biasa. Saya ikut berbelasungkawa yang mendalam,” kata Armuji di Surabaya, Minggu (2/10).

BACA JUGA: Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Disorot Media Asing, Indonesia Ikut Tercoreng

Armuji mengatakan insiden ini merupakan yang pertama kali terjadi dalam sejarah sepak bola Indonesia, yang mana ada suporter meninggal lebih dari 100 orang.

Dia berharap kejadian ini tidak terjadi di masa mendatang. 

BACA JUGA: Bukan Bentrok Antarsuporter, Mahfud Ungkap Penyebab Korban Tewas dalam Tragedi Kanjuruhan

Oleh karena itu, Armuji mengatakan semua pihak harus berbenah bersama-sama. 

Antusiasme pendukung sepak bola di Jawa Timur dan banyak daerah sangat besar. 

Tentunya, kata dia, fanatisme buta ini harus dilawan.

"Sepak bola adalah alat untuk memperkuat semangat persaudaraan sebagai sebangsa setanah air bukan menjadi sarana pemecah belah," kata pria yang akrab dipanggil Cak Ji itu.

Menurutnya, loyalitas boleh namun harus memegang teguh norma-norma kemanusiaan. 

Dengan kejadian ini semua tidak ada yang untung karena semua tercoreng.

"Saya Bonek dengan loyalitas tanpa batas, tetapi harus menjunjung semangat kemanusiaan, rasa sebangsa dan setanah air," katanya menegaskan.

Di Indonesia, kata Cak Ji, biasanya kerusuhan itu pemicu utamanya kalau tidak timnya kalah, ya fanatisme tim yang berlebihan hingga rusuh antarsuporter.

Cak Ji menyebut sebelumnya suporter Persebaya juga berbuat rusuh di dalam Stadion Gelora Delta Sidoarjo setelah kalah 1-2 melawan RANS Nusantara FC pada 15 September lalu.

Begitu juga kejadian di Stadion Kanjuruhan, Malang pada Sabtu (1/10) malam dengan ulah yang sama dilakukan suporter Arema. 

Pemicunya sama karena timnya kalah 2-3 melawan Persebaya.

"Kami berharap semuanya menciptakan iklim sepak bola yang kondusif," pungkas Armuji. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : M. Kusdharmadi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler