jpnn.com - BAGI yang pernah pelesir ke kawasan Kota Tua Jakarta, tentu tak asing dengan bangunan yang satu ini; Museum Sejarah Jakarta atau kerap juga dsebut Museum Fatahilah.
Menurut sejarawan Adolf Heuken, dahulu kala, baik-buruknya nasib puluhan ribu warga Batavia ditentukan di gedung ini.
BACA JUGA: Orang Ini yang Pertama Membawa Radio ke Indonesia
"Dalam bahasa Belanda gedung ini disebut Stadhuis, artinya balai kota," tulis Heuken dalam buku Tempat-Tempat Bersejarah di Jakarta.
Stadhuis diresmikan oleh Gubernur Jenderal Abraham van Riebeeck (1653-1713), anak dari Jan van Riebeeck, pendiri Capetown--kota tertua di Republik Afrika Selatan.
BACA JUGA: Pemirsa...Inilah yang Terjadi Ketika Orang Indonesia Pertama Mendengar Radio
Riebeeck sadar dirinya hanya meresmikan saja. Maka untuk menabalkan jejak langkah peranan penguasa sebelumnya, di bagian dekat pintu masuk diukir tulisan;
Dit stadhuis is na het afbreken van het oude begonnen den 23sten Januari A 1707 onder de Regeeringe va den Heere Gouverneur General JOAN van HOORN. - En volbouwt onder de Regeeringe van den Heere Gouverneur General ABRAHAM van RIEBEECK den 10ten July A 1707.
BACA JUGA: Nah, Ini Dia Foto dan Riwayat Pemilik Diskotek Pertama di Indonesia
Lebih kurang begini terjemahannya, "Balaikota ini mulai dibangun sesudah gedung yang lama dibongkar, yakni pada 23 Januari 1707 di bawah pemerintahan Tuan Gubernur Jenderal Joan van Hoorn. - Pembangunan diselesaikan di bawah pemerintahan Tuan Gubernur Jenderal Abraham van Riebeeck pada 10 Juli 1710."
Sebetulnya, meski diresmikan pada 1710, stadhuis baru selesai pada 1712. Gedung ini dirancang oleh kepala tukang VOC, W.J. van de Velde dan dibangun di bawah komando kepala tukang kayu J. Kemmer.
"Kabarnya, arsitekturnya agak menyerupai balai kota lama di Amsterdam yang sekarang menjadi Paleis opde Dam," kata Heuken. (wow/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dirgahayu...Jalasveva Jayamahe!
Redaktur : Tim Redaksi