Di bidang bisnis persewaan mobil mewah Jakarta, nama Aryanto Mangundihardjo sangat dikenal luas. Selain koleksinya lengkap, sejumlah artis top dunia pernah memanfaatkan jasa rentalnya. Menariknya, dia mengawali kisah suksesnya menjadi loper koran.
AHMAD BAIDHOWI, Jakarta
TEMPAT usahanya mirip show room mobil mewah. Lihat saja, di ruang pamernya terdapat 16 mobil jenis Toyota Alphard Vellfire, Toyota All New Camry, Toyota Fortuner, Toyota Land Cruiser, Mercedes-Benz E250, hingga Mercedes-Benz S300.
Semua tampak bersih-mengilat, dan seperti masih kinyis-kinyis. Padahal mobil-mobil dengan harga selangit itu bukan barang baru yang keluar dari pabrik. Mobil-mobil tersebut adalah sebagian kendaraan yang disewakan Jakarta Limousine, perusahaan persewaan mobil mewah di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan.
"Masih ada belasan mobil lain milik partner yang biasa dititipkan ke kami," ujar Aryanto Mangundihardjo, owner Jakarta Limousine, ketika ditemui Jawa Pos, Jumat pekan lalu (16/3).
Selain 16 mobil tersebut, Arya (sapaan Aryanto) juga menyediakan armada mobil supermewah seperti Hummer H2, Hummer H2 Limousine, Ferrari Spider Seraph, Bentley Flying Spur, hingga Rolls-Royce Phantom. Total ada 68 unit mobil mewah dari berbagai merek yang disiapkan Arya. Dengan armada yang begitu lengkap, bisnis Jakarta Limousine pun berkembang pesat.
Namun, kesuksesan itu tak diraih Arya dengan mudah. Perjalanan hidupnya adalah kisah tentang seorang anak muda dengan jiwa yang penuh gejolak, anti-kemapananan, berani menantang risiko, dan penuh kreativitas untuk mengejar mimpi.
Pada 1991, di usia 15 tahun, pria kelahiran Jakarta, 14 Mei 1976, itu memilih berhenti sekolah dan jarang pulang ke rumah. Dia lebih tertarik memulai usaha meski dengan cara menjadi penjual koran. Padahal, sebenarnya dia berasal dari keluarga yang cukup berada. Ayahnya, Wiyoto Mangundihardjo, saat itu memiliki usaha persewaan alat berat di Jakarta.
Berbulan-bulan menjual koran dengan penghasilan pas-pasan membuat Arya terus memutar otak. Akhirnya, muncullah ide kreatif nan jitu. Perkenalannya dengan seorang tukang kredit keliling membuatnya bisa mendapat pinjaman uang Rp 300 ribu. Uang tersebut kemudian dibelikan pager (alat komunikasi radio panggil).
Arya lantas menulis nomor pager-nya dalam secarik kertas dan diselipkan di setiap koran atau majalah yang dijualnya, dengan harapan para pembeli bisa berlangganan dengan cara menghubunginya melalui nomor pager tersebut.
"Sejak kecil, saya sudah terbiasa melihat bagaimana orang tua saya berbisnis. Mungkin itu yang membuat saya bisa berpikir kreatif untuk mencari uang," katanya lantas tertawa.
Strategi itu berbuah manis. Didukung dengan pembawaannya yang supel dan piawai berkomunikasi, dalam tiga tahun saja, Arya berhasil menggaet ratusan pelanggan koran dan majalah di Jakarta dan sekitarnya. Untuk mengantar pesanan yang makin banyak,
Arya bekerja sama dengan agen penyedia jasa kurir. Dia pun mulai mengajak adik kandungnya untuk membantunya mengurus pengiriman-pengiriman koran/majalah.
Namun, kemapanan itu tak membuatnya cepat puas diri. Dia bahkan kemudian menyerahkan usaha agen koran itu kepada adiknya. "Saat itu saya mikir, saya masih muda, kok kerjanya hanya duduk-duduk saja, nggak ada lagi tantangannya. Maka sekitar tahun 1994, kira-kira umur 18 tahun, saya mencoba pekerjaan baru sebagai security atau satpam," ucapnya.
Pekerjaan satpam itu menjadi batu loncatan berikutnya. Sebab, saat itu Arya sangat ingin belajar menyetir mobil. "Saya bekerja di tempat usaha jual air mineral galon. Di situ ada beberapa mobil pikap, jadi saya boleh belajar menyetir. Nah, setelah bisa (menyetir), saya jadi sopir keliling ngantar air mineral," ceritanya.
Setelah mahir menyetir, pada 1997 Arya melamar dan kemudian diterima bekerja sebagai sopir di sebuah perusahaan milik orang Jepang di Jakarta. Bekerja dengan orang asing membuat Arya dituntut untuk mau belajar bahasa asing, seperti Jepang maupun Inggris.
Setahun kemudian, Arya ganti profesi menjadi sopir taksi Blue Bird. Tapi, pada 1999, dia minta pindah ke Bali. Dengan bekal kemampuan bahasa asing yang lumayan, Arya pun ditugaskan menjadi sopir Golden Bird di Bali. Golden Bird adalah unit bisnis Blue Bird yang memberikan layanan mobil mewah/premium. "Saat itu, saya pegang (mobil) Volvo," sebutnya.
Di Bali, Arya banyak bertemu dengan orang-orang yang memiliki usaha rental mobil. Karena itu, ketika Bom Bali I mengoyak ketenangan Pulau Dewata pada 12 Oktober 2002, Arya memutuskan untuk balik ke Jakarta.
Saat itulah, dia mulai merintis bisnis rental mobil. Bermodal uang simpanan sebesar Rp 3 juta, Arya meminjam mobil Toyota Kijang milik kenalannya untuk ditawarkan kepada orang yang membutuhkan mobil sewaan.
Untuk menggaet pelanggan, Arya memasang iklan di beberapa surat kabar. Cara itu rupanya cukup efektif. Pesanan demi pesanan terus mengalir. Beberapa kenalan pun mulai menitipkan mobilnya kepada Arya untuk dimanfaatkan sebagai mobil rental.
Bisnis rental itu mengalami lonjakan signifikan ketika Arya mencoba peruntungan dengan ikut tender penyediaan mobil untuk perusahaan obat nyamuk cair. Tak disangka, tender itu dimenangkan Arya. Saat itu, perusahaan tersebut menyewa 14 unit mobil Toyota Kijang selama 3 bulan, tapi dengan perhitungan sewa harian.
"Jadi, waktu itu saya sewa mobil ke perusahaan rental dengan kontrak bulanan, kemudian saya sewakan ke perusahaan itu dengan kontrak harian. Wah, untungnya besar sekali. Dari situ, untuk pertama kalinya saya bisa membeli mobil Kijang," ceritanya dengan wajah berbinar.
Setelah itu, kontrak dari beberapa perusahaan berhasil digaetnya. Salah satunya dari sebuah perusahaan ponsel yang menyewa 48 unit mobil untuk jangka waktu beberapa tahun.
Bisnis rental pun berkembang pesat. Hingga akhirnya Arya menangkap peluang bisnis baru pada 2006. Berawal dari keluh kesah salah seorang pengusaha asal Rusia yang kesulitan mencari rental mobil mewah di Jakarta, Arya kemudian banting setir dari rental mobil biasa ke rental mobil mewah. Nama usahanya yang dulu Jakarta Bahana, diganti menjadi Jakarta Limousine.
Arya pun berangsur mulai menjual mobil-mobil Kijangnya untuk dibelikan kendaraan yang lebih mewah. Pergaulan yang luas membuat Arya juga leluasa menghubungi beberapa rekannya yang memiliki mobil-mobil supermewah.
Proposal pun dimasukkan ke berbagai perusahaan, terutama perusahaan sektor migas, batubara, dan perusahaan-perusahaan besar lain. Dalam waktu singkat, order pun mengalir.
Selain para bos perusahaan, pelanggan Jakarta Limousine juga banyak dari orang-orang yang menyewa mobil untuk keperluan resepsi pernikahan, syuting film, maupun syuting iklan. Banyak juga dari kantor kedutaan besar negara sahabat yang menyewa mobil-mobil mewah untuk para pajabatnya yang berkunjung ke Indonesia. Beberapa even besar juga pernah menggunakan jasa mobil Jakarta Limousine, seperti Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asean maupun Sea Games.
Namun, yang lebih fenomenal adalah jajaran artis kelas dunia yang tampil di Indonesia pernah menikmati servis Jakarta Limousine. Sebut saja nama-nama beken seperti Linkin Park, Rihanna, Beyonce Knowles, Katy Perry, hingga Justin Bieber.
Menurut Arya, dibandingkan pelanggan lain, para artis biasanya memiliki permintaan yang lebih rumit. Misalnya, minta belasan mobil dengan tipe dan warna yang sama untuk artis dan seluruh kru. "Alasannya supaya fans ataupun orang-orang tidak bisa mengetahui artis itu naik di mobil yang mana," katanya.
Arya menyebut, dari sekian armadanya, yang paling laris disewa adalah jenis Toyota Alphard yang hampir setiap hari keluar. Sedan Mercedez-Benz juga cukup laris disewa oleh pelanggan dari perusahaan maupun kantor-kantor kedutaan.
Lalu, berapa harga sewa yang harus dibayar untuk menikmati mobil-mobil mewah itu? Arya mengatakan, harga sewa bisa berubah-ubah. Namun, sebagai gambaran, untuk Toyota Alphard sekitar Rp 3 juta dan sedan Mercedez-Benz di kisaran Rp 5 "15 juta tergantung tipenya.
Sedangkan untuk mobil-mobil supermewah, Arya mematok kisaran harga sewa yang selangit. Ferrari Spider Seraph dipatok Rp 30 juta, Bentley Flying Spur Rp 32 juta, dan Hummer H2 Limousine Rp 37,5 juta. Yang paling mahal adalah Rolls-Royce Phantom.
Untuk mobil berharga sekitar Rp 10 miliar itu, harga sewanya dipatok Rp 50 juta. "Itu semua harga sewa per 12 jam. Tapi, masih bisa nego kok," kata Arya setengah berpromosi.
Harga itu sudah termasuk bahan bakar, sopir, dan berbagai fasilitas pendukung seperti kulkas berikut minuman dan makanan ringan, koleksi buku, majalah, dan surat kabar. Bahkan, untuk fasilitas keamanan, beberapa jenis mobil menggunakan body dan kaca antipeluru.
Arya mengaku, selain kelengkapan armada, salah satu keunggulan Jakarta Limousine adalah profesionalitas para sopirnya. Selain mahir berbahasa Inggris, mereka direkrut dari perusahaan jasa keamanan, sehingga memiliki kemampuan untuk bertindak cepat jika sewaktu-waktu penumpang berada dalam kondisi bahaya, seperti perampokan atau terjebak kerusuhan massa.
"Beberapa pelanggan ada yang meminta sopir dilengkapi senjata api atau sekalian meminta pengawal bersenjata api. Untuk memenuhi itu, kami biasanya menghubungi pihak kepolisian untuk meminta bantuan dari personel Brimob yang sedang dinas luar," ujar ayah tiga putri tersebut.
Arya optimistis, bisnis rental mobil mewahnya akan terus berkembang. Mulai tahun ini, dia berencana untuk melebarkan sayap bisnisnya ke kota-kota lain seperti Surabaya, Semarang, Denpasar, Solo, Jogja, Medan, Pekanbaru, dan Banjarmasin. (*/ari)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pengalaman Finalis Miss Indonesia Deva Indah Jadi Hakim di Pedalaman Jambi
Redaktur : Tim Redaksi