jpnn.com - Kementerian Perdagangan (Kemendag) menegaskan, diplomasi antara pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat adalah murni untuk mengupayakan produk-produk dalam negeri tetap mendapat fasilitas generalized system of preferences (GSP). Upaya tersebut tak berkaitan dengan ancaman AS memberikan sanksi kepada RI senilai Rp 5 triliun atau lambatnya pembelian Sukhoi.
Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kemendag Oke Nurwan menyatakan, proses transaksi sebelas unit pesawat Sukhoi yang dibeli dari Rusia masih berlangsung. Sebelumnya, pembelian itu diisukan mandek akibat tekanan dari Amerika Serikat kepada Indonesia. Dia menuturkan bahwa pembelian pesawat Sukhoi berjalan seperti biasa tanpa campur tangan dari AS. ''Transaksi dengan Rusia sudah disepakati dengan mekanisme imbal beli,'' katanya kemarin.
Indonesia membeli sebelas Sukhoi dari Rusia seharga USD 1,14 miliar. Dengan mekanisme tersebut, Rusia wajib membeli komoditas Indonesia senilai 50 persen dari harga yang disepakati atau USD 570 juta.
Oke menjelaskan, pemerintah Rusia sudah menyampaikan draf jenis komoditas yang diinginkan dan Indonesia juga telah merespons balik. ''Tidak ada tekanan Amerika terkait dengan imbal beli. Saya menegaskan bahwa tidak ada persyaratan dengan Amerika. Semua perdagangan kita di luar yang masih dibahas seperti GSP berjalan seperti biasa,'' ujarnya.
Koordinasi mekanisme jual beli itu, lanjut dia, diserahkan ke Kemendag. Karena itu, Kemendag dan pemerintah Rusia sedang melakukan pembahasan yang mendalam melalui forum kerja sama atau working group. ''Jadi, komoditas senilai USD 570 juta mekanismenya seperti apa yang sedang dibahas,'' tuturnya.
Oke mengakui, selama ini transaksi berjalan lambat. Namun, penyebabnya bukan tekanan dari AS. Kendalanya, jumlah dan jenis komoditas yang dijadikan imbal dagang. Pada saat MoU, Rusia menyepakati ada beberapa ketertarikan komoditas seperti karet dan Indonesia menawarkan yang bernilai tambah. Yakni, tekstil dan sawit beserta produk turunannya. ''Misalnya, Rusia mau sepuluh komoditas, kita mau 20 komoditas,'' tandasnya. (agf/c14/oki)
BACA JUGA: Perang Dagang Sampai ke Kaviar
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ini Jurus Pemerintah Antisipasi Fenomena Perang Dagang
Redaktur : Tim Redaksi