jpnn.com, WASHINGTON DC - Kongres Amerika Serikat berencana membiayai PBB dan badan-badan lain untuk memberi bantuan kemanusiaan kepada rakyat Afghanistan. Namun, dana segar itu tidak akan disalurkan melalui pemerintah baru pimpinan Taliban.
AS telah menjadi salah satu penyumbang besar Afghanistan sejak menginvasi negara itu untuk menumbangkan Taliban pada 2001.
BACA JUGA: Buya Syafii Sebut Taliban Masa Lalu Citra Buruk Terhadap Islam
Mereka mencurahkan dana sekitar USD 130 miliar (Rp 1.852,7 triliun) untuk keamanan, pemerintahan, pembangunan, dan bantuan kemanusiaan.
Para asisten anggota kongres dari Partai Demokrat mengatakan para legislator hampir pasti akan memberi bantuan kemanusiaan kepada pengungsi dan warga Afghanistan yang terlantar, namun tidak kepada pemerintahnya, setidaknya untuk saat ini.
BACA JUGA: Dari Lembah Panjshir, Ahmad Massoud Bongkar Kebohongan Taliban
"Akan menjadi sulit untuk meyakinkan anggota Kongres melakukan sesuatu yang terkesan mendukung pemerintah Taliban," kata seorang asisten anggota senior Senat Demokrat.
Dia menyebut anggota Kongres enggan "mendukung sebuah pemerintahan yang menjadi laknat bagi kita."
BACA JUGA: LGBT Afghanistan Bersembunyi karena Takut Dirajam oleh Taliban
Seorang asisten anggota senior Senat Republik menyuarakan hal serupa.
"Anggota Republik pasti tidak akan mendukung pemberian dana kepada Taliban," kata asisten tersebut.
Dia mengatakan mereka tidak ingin memberi uang sepeser pun sampai warga AS dan warga Afghanistan yang bekerja pada AS dapat meninggalkan Afghanistan.
Meski ada pemahaman bahwa badan-badan seperti Program Pangan Dunia (WFP) dan Komisi Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) memerlukan dana, para anggota menginginkan persyaratan yang ketat tentang bagaimana dana itu dihabiskan.
"Diperlukan sebuah pandangan yang jelas seperti apa bantuan itu dan bagaimana mengalirkannya," kata dia.
Untuk tahun fiskal 2022 yang dimulai 1 Oktober, Kongres menyisihkan anggaran USD 136 juta (Rp 1,9 triliun) untuk Dana Dukungan Ekonomi.
Menurut asisten Demokrat, anggaran itu merupakan sumber pendanaan gaji pemerintah Afghanistan.
Ada pula anggaran USD 52,03 juta dolar AS (Rp 741 miliar) untuk bantuan kemanusiaan bagi Afghanistan, menurut Inspektur Jenderal Khusus bagi Rekonstruksi Afghanistan.
Para asisten mengesampingkan kontribusi AS pada gaji pegawai sipil Afghanistan di bawah pemerintahan Taliban yang menangani pelayanan dasar seperti sekolah, klinik kesehatan dan rumah sakit.
"Saya sulit membayangkan hal itu terjadi, sebab bagaimana kita akan tahu dana itu tidak jatuh ke tangan yang salah?" kata asisten Demokrat.
Asisten tersebut mengatakan Kongres mungkin akan memberikan USD 144 juta-USD 279 juta seperti yang disisihkan setiap tahun dalam satu dekade terakhir untuk bantuan kemanusiaan Afghanistan, tergantung pada kebutuhan badan-badan PBB dan lainnya.
Departemen Luar Negeri AS belum memberi komentar apakah mereka meminta tambahan dana bagi Afghanistan.
Sumber-sumber di Taliban mengatakan salah satu pendiri kelompok itu, Mullah Abdul Ghani Baradar, akan memimpin pemerintah baru yang diumumkan segera.
Tugas pertama pemerintah yang baru adalah mencegah keruntuhan ekonomi karena kekeringan dan kerusakan akibat perang selama 20 tahun.
Petempur Taliban merebut ibu kota Kabul pada 15 Agustus.
Misi evakuasi besar-besaran digelar AS untuk mengangkut keluar sekitar 124.000 warga Amerika, warga asing lain dan warga Afghanistan yang berisiko mendapat pembalasan Taliban. (ant/dil/jpnn)
Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?
Redaktur & Reporter : Adil