jpnn.com - JAKARTA - Peluang koalisi antara Partai Gerindra dan PDIP dinilai masih terbuka meski kedua partai politik itu sama-sama sudah punya calon presiden. Koalisi bisa terjadi asalkan salah satu pihak bersedia mengalah untuk mendapat jatah calon wakil presiden.
Pengamat politik Universitas Indonesia (UI), Agung Suprio menilai kedua partai politik (parpol) hanya melihat dari satu sisi. Agung menilai Prabowo merasa sebagai rising star karena suara Gerindra meroket meski tak mencukupi untuk mengusung pasangan capres tanpa koalisi.
BACA JUGA: NasDem dan PDIP Koalisi, Surya Paloh Diapresiasi
Sedangkan Jokowi diuntungkan posisi PDIP yang menjadi jawara pemilu legislatif meski elektabilitasnya kian surut. Menurut Agung, jika kedua belah pihak melihat dari dua sisinya maka akan terjadi titik temu ideal. "Prabowo yang terus naik elektabilitasnya dapat menjadi capres sementara Jokowi menjadi cawapresnya," kata Agung melalui pesan singkat, Sabtu (12/4).
Agung menambahkan, fenomena itu mengulang kondisi pilpres tahun 2004 ketika Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang saat itu mempunyai suara lebih kecil dibandingkan Megawati, perlahan menanjak secara elektabilitas. Sedangkan Megawati sebagai capres incumbent justru secara elektabilitas menurun.
BACA JUGA: Dikabarkan Bakal Dampingi Jokowi, JK Tak Akan Dipecat Golkar
"Posisi SBY bisa disamakan dengan Prabowo pada saat ini. Inilah Projo, Prabowo-Jokowi. Kalau duet Projo ini yang tercipta maka pilpres akan mereka libas dalam satu putaran," tandasnya.(dil/jpnn)
BACA JUGA: Hanura dan Demokrat Berpeluang Pimpin Poros Koalisi Keempat
BACA ARTIKEL LAINNYA... Demokrat dan Hanura Berpotensi Bikin Poros Sendiri
Redaktur : Tim Redaksi