jpnn.com - JAKARTA - Kenaikan suku bunga acuan (BI rate) ke level 7,5 persen membuat Surat Utang Negara (SUN) kian menarik di mata investor.
Pemodal asing pun terlihat terus ambil posisi di instrumen surat berharga tersebut. Sebaliknya, pasar saham yang lebih berisiko terlihat aksi jual yang kian membesar.
Merujuk data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) Kementerian Keuangan per 11 November 2013, nilai kepemilikan asing di SUN tercatat Rp 319,46 triliun. Angka tersebut meningkat 0,42 persen dibandingkan Rp 318,11 triliun pada akhir Oktober 2013.
BACA JUGA: SBY Dukung Mobil Listrik Dikembangkan di Indonesia
Secara year to date (Januari-November) terjadi kenaikan 16,7 persen dibandingkan Rp 273,52 triliun pada awal Januari 2013.
Kondisi itu bertolak belakang dengan pasar saham karena sampai penutupan perdagangan kemarin investor asing mencatat aksi jual bersih (foreign net sell) secara kumulatif Rp 15,1 triliun. Khusus pada perdagangan kemarin foreign net sell mencapai Rp 554,2 miliar.
Head of Investment BCA Sekuritas Herdi Ranu Wibowo mengatakan, imbal hasil yang tinggi khususnya pada SUN tenor 10 tahun memicu investor asing agresif masuk ke obligasi negara ini. "Daya tarik SUN di mata investor asing adalah imbal hasil tinggi. Yield-nya termasuk tertinggi di Asia," ujarnya kemarin.
Secara year to date, yield SUN tenor 10 tahun naik paling tinggi 326,7 basis poin menjadi 8,45 persen. Produk yang sama di negara Asia lain kenaikannya tidak setinggi Indonesia. Yield obligasi Vietnam naik 103,3 basis poin menjadi 9,16 persen dan yield obligasi Tiongkok naik 84 basis poin ke 4,43 persen.
Herdi mengatakan, tingginya kenaikan yield SUN salah satu faktor utamanya adalah lonjakan BI rate sebanyak lima kali dalam lima bulan. Setelah sekian lama bertahan di 5,75 persen, pada 13 Juni 2013 BI rate naik 25 basis poin menjadi 6 persen. Sebulan kemudian naik lagi 50 basis poin menjadi 6,5 persen dan Agustus menjadi 7 persen. Bank sentral memutuskan mengerek BI rate lagi ke 7,25 persen pada 11 September 2013, sampai akhirnya 12 November tembus 7,5 persen.
Dengan kenaikan terakhir di level 7,5 persen, Herdi memprediksi kepemilikan asing di SUN hingga akhir tahun akan meningkat. "Dengan kenaikan BI rate, saya prediksi investor asing akan terus masuk ke pasar obligasi dibandingkan saham. Dengan catatan, nilai tukar rupiah stabil dan defisit neraca perdagangan tidak membengkak," ujarnya.
Investor asing akan agresif masuk ke seri benchmark, yaitu SUN tenor 5, tahun 10 tahun, 15 tahun, dan 20 tahun. Sebab, SUN seri benchmark menjamin likuiditas yang lebih tinggi dibandingkan seri SUN lain.
Bagaimana nasib pasar saham? Ekonom Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih memerkirakan IHSG ditutup dalam posisi net sell pada akhir 2013. Sebab, sulit membalikkan keadaan dari nilai jual bersih Rp 14,5 triliun menjadi beli bersih hanya dalam waktu dua bulan.
BACA JUGA: Permen Mobil Listrik Segera Terbit
"Tapi tidak terlalu parah turunnya. Masuk Desember kita bisa berharap pada window dressing dan kontribusi lokal yang meningkat. Masih bisa finis di 4.600-4.800," ungkapnya.
Saat dana asing konsisten keluar sejak 23 Mei 2013, kata Lana, investor lokal memang terlihat meningkatkan perannya di pasar saham Indonesia. Itu yang membuat IHSG tidak terperosok terlalu dalam.
"IHSG kan sempat turun ke 3.800 pada pertengahan tahun, tapi akhirnya kembali ke 4.400. Saat kembali ke level itu asing masih melakukan jual. Artinya ada peran investor lokal," tegasnya. (gen/oki)
Kenaikan Yield Obligasi Tertinggi di Asia Januari " 12 November 2013:
Indonesia: 326,7 bps (yield 8,45 persen)
Hong Kong: 132,9 bps (1,92 persen)
Vietnam: 103,3 bps (9,16 persen)
Tiongkok: 84 bps (4,43 persen)
Thailand: 49,7 bps (4,00 persen)
Korea Selatan: 43 bps (3,59 persen)
Malaysia: 33,1 bps (3,83 persen)
Jepang: 18,7 bps (0,60 persen)
Sumber: Kemenkeu
BACA JUGA: Kontraktor Incar Tol Sumatera
BACA ARTIKEL LAINNYA... Alokasikan Rp 7,7 Triliun Bangun Jalan di Perbatasan
Redaktur : Tim Redaksi