Asing Kuasai Industri Cokelat

Rabu, 16 April 2014 – 06:30 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Industri pengolahan biji kakao (cokelat) sejak lima tahun terakhir sudah dikuasai asing. Dari total produksi 539 ribu ton cokelat per tahun, sekitar 404 ribu ton dihasilkan dan dikelola perusahaan-perusahaan asing.

"Total kapasitas giling semua pabrik pengolahan biji kakao di Indonesia 539 ribu ton per tahun. Dari jumlah itu, hanya 135 ribu ton biji kakao yang diolah perusahaan lokal. Jadi 75 persen dikuasai perusahaan multinasional, terutama dari Uni Eropa," ujar Ketua Umum Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) Zulhefi Sikumbang Selasa (15/4).

BACA JUGA: Setahun, Aset PT Taspen Tambah Rp 5,64 Triliun

Minimnya investor lokal yang masuk ke pengolahan biji kakao disebabkan keterbatasan dana. Investasi untuk pendirian pabrik cokelat cukup besar. Selain itu, perusahaan lokal sulit mencari pasar.
"Perusahaan asing biasanya sudah punya brand kuat di pasar internasional," tuturnya.

Meski cukup banyak industri cokelat di tanah air, pihaknya mencatat produksi biji kakao di dalam negeri terus menurun dalam delapan tahun terakhir.

BACA JUGA: Menuju 51 tahun, Taspen Luncurkan Taspen Life

"Pada 2006 pernah produksi tertinggi 620 ribu ton. Sejak saat itu produksi tidak stabil. Apalagi banyak pohon kakao yang sudah tua dan perubahan iklim yang ekstrem," sebutnya.

Zulhefi menuturkan, pertama kali penanaman kakao secara massal terjadi pada kurun waktu 1980-an hingga 1995. Indonesia sempat menjadi produsen kakao terbesar ketiga di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana.

BACA JUGA: Dirut BTN Terima Surat Soal Pelepasan Saham Perusahaan

"Tapi mulai 2006, produksi naik turun sampai sekarang hanya 450 ribu ton per tahun," tambahnya.

Produksi biji kakao dan turunannya asal Indonesia diekspor ke berbagai negara. Sebagian besar diserap Malaysia sebagai bahan baku industri makanan cokelat skala global.

"Malaysia paling banyak menyerap produk kakao Indonesia. Justru sekarang industri olahan cokelat di Malaysia tumbuh pesat," ungkapnya.

Sedangkan ekspor ke Uni Eropa mulai tersendat akhir-akhir ini. Sebab, produk kakao Indonesia dikenai tarif bea masuk tinggi.

"Uni Eropa kenakan tarif bea masuk impor 8-12 persen untuk produk dari Indonesia. Sedangkan negara lain seperti Ghana bisa nol persen. Kita minta tolong pemerintah memperjuangkan ini," jelasnya. (wir/oki)

 

Produksi Kakao Indonesia 2007-2013
(dalam ton)

Periode     Volume
2007        525.174
2008         520.462
2009        542.207
2010         557.596
2011         465.809
2012         453.729
2013         450.000

 

 

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Rute KSO Merpati Dicaplok Garuda, Dahlan Pertahankan Merpati


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler