Astaga, Pengungsi Rohingya Tewas Berebut Bantuan Makanan

Selasa, 19 September 2017 – 06:21 WIB
Pengungsi Rohingya. Foto: AFP

jpnn.com, COX’S BAZAR - Kemalangan terus merundung penduduk Rohingya. Minggu pagi (18/9) dua pengungsi Rohingya di Bangladesh harus kehilangan nyawa. Mereka diinjak gajah liar saat tidur di bawah terpal plastik di dekat hutan area perbatasan.

Para pengungsi yang tidak tertampung di Kamp Kutupalong, Distrik Cox’s Bazar, memang tinggal seadanya di tanah kosong. Korban adalah Shamsul Alam, 55, dan putranya yang masih berusia 2 tahun, Syedul Amin. Saat kejadian, ada 5–6 gajah. 

BACA JUGA: Derita Rohingya: Dipersekusi Myanmar, Diusir India

Selain dua korban tewas, sekitar lima orang lainnya terluka. Sebagian tenda yang dibangun pengungsi memang merupakan jalur gajah untuk keluar masuk hutan.

Itu bukan kematian pengungsi pertama di Bangladesh. Jauh hari sebelumnya, banyak pengungsi baru yang tewas karena sakit dan terluka.

BACA JUGA: Ini Dugaan Fahri Hamzah soal Sindiran Prabowo ke Jokowi

Jumat (15/9) tiga orang juga tewas saat berebut pembagian makanan di Balukhali Pan Bazar dekat Kamp Kutupalong. Korban adalah perempuan dan dua anak-anak. Polisi tidak merilis nama maupun usia korban.

Pembagian tersebut memang tak resmi. Jadi, tak ada antrean. Penduduk Bangladesh yang kasihan dengan pengungsi Rohingya biasanya datang dengan truk dan melemparkan begitu saja makanan maupun pakaian yang dibawa.

BACA JUGA: Tak Rela Prabowo Tuding Jokowi Pencitraan soal Rohingya

Imbasnya, para pengungsi berebut dan pertengkaran kerap tak terelakkan. Mereka yang tidak kebagian kadang berusaha naik, tapi orang yang berjaga di bagian belakang truk akan memukul mereka dengan tongkat.

’’Yang paling bahaya adalah anak-anak karena pengemudi truk kadang tak melihat mereka,’’ ujar Juru Bicara Federasi Palang Merah Internasional (IFRC) Corinne Ambler.

Sistem distribusi bantuan makanan dari penduduk lokal itu sangat berbahaya. Tapi, para pengungsi tak peduli. Mayoritas sudah gelap mata. Mereka lapar dan hanya memiliki baju yang melekat di badan.

Semua harta benda mereka terpaksa ditinggal di Rakhine. Hujan yang mulai turun juga menambah penderitaan pengungsi karena tempat tinggal mereka tak layak sama sekali.

Akibatnya, banyak pengungsi yang sakit. Dalam kurun waktu sejam, rumah sakit bisa melayani lebih dari 50 pasien Rohingya.

Ambler mengungkapkan, bantuan kemanusiaan untuk pengungsi Rohingya memang terbatas. Karena itu, yang diprioritaskan adalah ibu hamil, anak-anak, dan lansia.

Padahal, di lapangan ada 409 ribu pengungsi baru. Hampir seluruhnya membutuhkan bantuan makanan, obat, dan pakaian.

’’Kami tidak bisa mengatasi seluruh pengungsi yang ada saat ini. Saya tidak tahu bagaimana kami akan mengatasinya jika masih ada yang bakal berdatangan lagi,’’ terangnya. (CNN/DhakaTribune/sha/c19/any)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sepertinya Prabowo Tak Tahu Beda Bantuan dengan Pencitraan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler