BALIKPAPAN-Asosiasi Perusahaan Penjual Tiket Penerbangan Indonesia (Astindo) Kaltim berang. Aksi maskapai menghentikan operasional secara mendadak, kembali terulang. Setelah beberapa waktu lalu makapai Mandala, kali ini Batavia Air. Tentu saja, ini menjadi malapetaka bagi travel agent lantaran menjadi pihak yang paling dikorbankan.
Maklum saja, banyak dana yang ditanamkan dalam bentuk deposito atau top up. Sebab sejatinya, dana yang sudah didepositokan berfungsi untuk menerbitkan tiket bagi reservasi yang sudah dibuat. Dengan sistem pembayaran seperti ini, menurut Asrindo, berarti operasional maskapai penerbangan dimodali oleh dana dari agen perjalanan. Sayang, justru travel agent yang selalu terpojok tatkala maskapai dinyatakan bangkrut dan lari dari kewajiban.
"Kami menuntut Batavia Air mengembalikan deposito," kata Ketua Astindo Kaltim, Akhmad Tauhid, kemarin. Itu karena, sambung dia, dana deposito tersebut murni milik travel agent yang terlibat kerjasama dengan Batavia Air. "Jadi bukan bagian dari aset Batavia Air dan itu harus dikembalikan," tegasnya.
Yang paling disesalkannya, penghentian operasional Batavia Air diikuti dengan menghilangnya karyawan, khususnya District Manager (DM) yang bertanggung jawab atas kantor perwakilan yang dipimpin. "Jangan ngumpet, berikan penjelasan tentang (metode) pengembalian tiket penumpang dan deposito," ujarnya mengingatkan.
Dia pun berpendapat, jika terus-terusan menghindar, aksi anarkis dari pihak yang dirugikan bukan tidak mungkin akan pecah ke permukaan. Tak sekadar maskapai swasta nasional tersebut, Astindo juga menuntut pemerintah utamanya Kementerian Perhubungan agar mengeluarkan peraturan tentang penempatan dana deposit agen perjalanan. Untuk menghindarkan agen perjalanan dari kerugian beruntun seperti ini.
"Supaya dana disetorkan dalam`rekening gabungan di pihak ketiga yang dapat ditarik oleh travel agent saat maskapai berhenti beroperasi," katanya.
Wacana ini, masih menurut dia, sudah digodok ditingkat Astindo pusat Jakarta dan akan diteruskan kepada pihak terkait. Meski menyebut sebagai pihak yang paling dirugikan, namun Tauhid tidak merinci besar kerugian yang diderita anggotanya. Hanya saja, pihaknya saat ini tengah melakukan pendataan. "(soal tindak lanjut) Kami masih berkoordinasi dengan Astindo pusat," pungkasnya.
Sementara itu, sampai kemarin belumada kejelasan pengembalian uang milik calon penumpang yang sudah terlanjur membeli tiket Batavia Air. Usaha para calon penumpang yang berjumlah ratusan meminta kembali uang, tidak diketahui harus ditempuh ke jalur mana.
Seperti diberitakan kemarin, setelah dinyatakan pailit oleh Pengadilan Tata Niaga, Jakarta, lantaran tak bisa membayar utang, semua kantor perwakilan Batavia tutup, termasuk Balikpapan. Hal ini menyulut kemarahan ratusan calon penumpang pesawat Batavia Air yang sudah membeli tiket. Para penumpang itu pun marah karena Batavia Airlines tidak mengurusi para calon penumpang.
Mereka menggeruduk kantor Batavia, meminta ganti rugi tiket dan pembatalan terbang, Kamis (31/1) kemarin sekira pukul 07.00 Wita. Puluhan calon penumpang dan travel agent sudah menduduki kantor perwakilan Batavia Air yang ada di Jalan MT Haryono. Masing-masing calon penumpang terlihat memegangi lembaran kertas putih yang tak lain tiket yang sudah dikeluarkan (issued) maskapai tersebut. Semuanya bersiap untuk menukar tiket yang sudah dibeli.
Sayang, harapan tersebut tak memperoleh hasil. District Manager (DM) Batavia Air cabang Balikpapan, Kris sejak kabar penghentian operasional hingga tadi malam tidak dapat dihubungi.
Calon penumpang menganggap karyawan maskapai swasta nasional Batavia Air dengan sengaja melakukan penipuan. Betapa tidak, detik terakhir beroperasional, masih tetap melayani penjualan. Padahal sudah menunjukkan gelagat akan ditutup. Hal ini diungkapkan Hendra, warga Gang Tanjung kawasan Damai yang memegang tiket tujuan Banjarmasin untuk keberangkatan 2 Februari.
"Tiket ini baru kemarin (Rabu, 30 Januari, Red) saya beli. Memang waktu kesini kantornya tutup, saya kira istirahat makan siang, jadi saya tunggu aja tapi dalam hati kok tumben kantor maskapai tutup," ujarnya mengisahkan saat menduduki kantor perwakilan Batavia Air di kawasan MT Haryono, kemarin.
Selang beberapa saat kemudian, lanjut dia, karyawan yang masih berada di dalam membuka kantor. Dia pun beranjak dari tempatnya memarkir kendaraan untuk kemudian bertransaksi. "Saya masuk dan nanya tiket tujuan Banjarmasin. Saya dilayani dengan baik enggak ada gelagat ada apa-apa," serunya.
Kala itu, hanya dia yang melakukan transaksi. Dan hebatnya, harga yang didapat terbilang murah. "Dapat Rp260 ribu, karena murah saya langsung beli," sambungnya.
Dari situ ia pun langsung bersiap untuk keberangkatan yang tinggal beberapa hari. "Kebetulan dalam rangka liburan jadi cukup bersemangat," paparnya.
Belum juga usai persiapan yang dilakukan, tiba-tiba dia mendengar kabar penutupan maskapai tersebut. "Lihat banyak orang yang kesini jadi saya ikut, mungkin ada jawaban atas tiket yang sudah hangus ini," teriaknya. (dra)
Maklum saja, banyak dana yang ditanamkan dalam bentuk deposito atau top up. Sebab sejatinya, dana yang sudah didepositokan berfungsi untuk menerbitkan tiket bagi reservasi yang sudah dibuat. Dengan sistem pembayaran seperti ini, menurut Asrindo, berarti operasional maskapai penerbangan dimodali oleh dana dari agen perjalanan. Sayang, justru travel agent yang selalu terpojok tatkala maskapai dinyatakan bangkrut dan lari dari kewajiban.
"Kami menuntut Batavia Air mengembalikan deposito," kata Ketua Astindo Kaltim, Akhmad Tauhid, kemarin. Itu karena, sambung dia, dana deposito tersebut murni milik travel agent yang terlibat kerjasama dengan Batavia Air. "Jadi bukan bagian dari aset Batavia Air dan itu harus dikembalikan," tegasnya.
Yang paling disesalkannya, penghentian operasional Batavia Air diikuti dengan menghilangnya karyawan, khususnya District Manager (DM) yang bertanggung jawab atas kantor perwakilan yang dipimpin. "Jangan ngumpet, berikan penjelasan tentang (metode) pengembalian tiket penumpang dan deposito," ujarnya mengingatkan.
Dia pun berpendapat, jika terus-terusan menghindar, aksi anarkis dari pihak yang dirugikan bukan tidak mungkin akan pecah ke permukaan. Tak sekadar maskapai swasta nasional tersebut, Astindo juga menuntut pemerintah utamanya Kementerian Perhubungan agar mengeluarkan peraturan tentang penempatan dana deposit agen perjalanan. Untuk menghindarkan agen perjalanan dari kerugian beruntun seperti ini.
"Supaya dana disetorkan dalam`rekening gabungan di pihak ketiga yang dapat ditarik oleh travel agent saat maskapai berhenti beroperasi," katanya.
Wacana ini, masih menurut dia, sudah digodok ditingkat Astindo pusat Jakarta dan akan diteruskan kepada pihak terkait. Meski menyebut sebagai pihak yang paling dirugikan, namun Tauhid tidak merinci besar kerugian yang diderita anggotanya. Hanya saja, pihaknya saat ini tengah melakukan pendataan. "(soal tindak lanjut) Kami masih berkoordinasi dengan Astindo pusat," pungkasnya.
Sementara itu, sampai kemarin belumada kejelasan pengembalian uang milik calon penumpang yang sudah terlanjur membeli tiket Batavia Air. Usaha para calon penumpang yang berjumlah ratusan meminta kembali uang, tidak diketahui harus ditempuh ke jalur mana.
Seperti diberitakan kemarin, setelah dinyatakan pailit oleh Pengadilan Tata Niaga, Jakarta, lantaran tak bisa membayar utang, semua kantor perwakilan Batavia tutup, termasuk Balikpapan. Hal ini menyulut kemarahan ratusan calon penumpang pesawat Batavia Air yang sudah membeli tiket. Para penumpang itu pun marah karena Batavia Airlines tidak mengurusi para calon penumpang.
Mereka menggeruduk kantor Batavia, meminta ganti rugi tiket dan pembatalan terbang, Kamis (31/1) kemarin sekira pukul 07.00 Wita. Puluhan calon penumpang dan travel agent sudah menduduki kantor perwakilan Batavia Air yang ada di Jalan MT Haryono. Masing-masing calon penumpang terlihat memegangi lembaran kertas putih yang tak lain tiket yang sudah dikeluarkan (issued) maskapai tersebut. Semuanya bersiap untuk menukar tiket yang sudah dibeli.
Sayang, harapan tersebut tak memperoleh hasil. District Manager (DM) Batavia Air cabang Balikpapan, Kris sejak kabar penghentian operasional hingga tadi malam tidak dapat dihubungi.
Calon penumpang menganggap karyawan maskapai swasta nasional Batavia Air dengan sengaja melakukan penipuan. Betapa tidak, detik terakhir beroperasional, masih tetap melayani penjualan. Padahal sudah menunjukkan gelagat akan ditutup. Hal ini diungkapkan Hendra, warga Gang Tanjung kawasan Damai yang memegang tiket tujuan Banjarmasin untuk keberangkatan 2 Februari.
"Tiket ini baru kemarin (Rabu, 30 Januari, Red) saya beli. Memang waktu kesini kantornya tutup, saya kira istirahat makan siang, jadi saya tunggu aja tapi dalam hati kok tumben kantor maskapai tutup," ujarnya mengisahkan saat menduduki kantor perwakilan Batavia Air di kawasan MT Haryono, kemarin.
Selang beberapa saat kemudian, lanjut dia, karyawan yang masih berada di dalam membuka kantor. Dia pun beranjak dari tempatnya memarkir kendaraan untuk kemudian bertransaksi. "Saya masuk dan nanya tiket tujuan Banjarmasin. Saya dilayani dengan baik enggak ada gelagat ada apa-apa," serunya.
Kala itu, hanya dia yang melakukan transaksi. Dan hebatnya, harga yang didapat terbilang murah. "Dapat Rp260 ribu, karena murah saya langsung beli," sambungnya.
Dari situ ia pun langsung bersiap untuk keberangkatan yang tinggal beberapa hari. "Kebetulan dalam rangka liburan jadi cukup bersemangat," paparnya.
Belum juga usai persiapan yang dilakukan, tiba-tiba dia mendengar kabar penutupan maskapai tersebut. "Lihat banyak orang yang kesini jadi saya ikut, mungkin ada jawaban atas tiket yang sudah hangus ini," teriaknya. (dra)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Masyarakat Adat Riau Melapor ke Mabes Polri
Redaktur : Tim Redaksi