Astra Salip BRI

Rabu, 16 April 2014 – 07:59 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Saham PT Astra International Tbk (ASII) kembali menjadi primadona di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sempat melorot ke urutan empat pada awal tahun, saham emiten yang membawahi beberapa produsen otomotif ini kembali merangsek ke urutan pertama. Namun secara kumulatif sejak awal tahun, nilai transaksinya masih di bawah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).

Pada sepanjang Maret 2014 nilai transaksi saham menempati urutan pertama dari daftar nilai transaksi tertinggi senilai Rp 9,61 triliun atau setara 6,51 persen dari total transaksi di periode ini.

BACA JUGA: Cari Momen Tembus Level 5.000

Di urutan kedua saham BBRI senilai Rp 8,56 triliun (5,80 persen), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) senilai Rp 7,78 triliun (5,27 persen), saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) senilai Rp 6,85 triliun (4,64 persen), dan saham PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) Rp 6,40 triliun (4,34 persen).


Sebelumnya pada Februari 2014 urutan pertama masih ditempati saham BBRI dengan nilai transaksi mencapai Rp 9,18 triliun dan ASII di urutan kedua senilai Rp 6,59 triliun. Pada Januari nilai transaksi saham ASII masih menempati nomor empat tertinggi senilai Rp 5,33 triliun di bawah BBRI yang menempati urutan pertama senilai Rp 7,53 triliun, saham BMRI senilai Rp 5,50 triliun, dan saham PT Trada Maritime Tbk (TRAM) Rp 5,49 triliun.

BACA JUGA: Asing Kuasai Industri Cokelat

Namun secara kumulatif sepanjang satu triwulan pertama ini saham BBRI masih paling favorit dengan nilai transaksi mencapai Rp 25,28 triliun (7,08 persen) diikuti saham ASII Rp 21,54 triliun (6,03 persen), BMRI Rp 19,62 triliun (5,50 persen), TRAM Rp 17,35 triliun (4,86 persen), dan TLKM Rp 16,71 triliun (4,68 persen). Secara total nilai transaksi saham sepanjang triwulan pertama 2014 mencapai Rp 357,07 triliun.

Analis PT CIMB Securities, Ayub Z Silalahi, mengatakan mulai meningkatnya nilai transaksi saham ASII salah satu penyebabnya karena mulai positif berita dan sentiment terhadap saham pemimpin pasar otomotif di Indonesia ini. "Terutama rencana mereka akan membangun pabrik di Cikarang untuk meningkatkan kapasitas produksi," ujarnya kepada Jawa Pos, kemarin.

BACA JUGA: Setahun, Aset PT Taspen Tambah Rp 5,64 Triliun

Pembangunan pabrik ASII di Cikarang itu akan menambah kapasitas produksi Toyota dan Daihatsu untuk mewujudkan tekad sebagai produsen kendaraan terbesar terutama di kawasan Asean mengalahkan Thailand.

"Kalau tidak salah targetnya tahun 2015 - 2016. Ini menjadi indicator bahwa demand memang akan meningkat dan perekonomian akan terus melaju. Sehingga secara umum memberikan optimisme masa depan karena kan pasti didukung pertumbuhan ekonomi," ulasnya.

Secara sektoral, saham ASII memang menarik meskipun masih menjadi salah satu penggerak utama tanpa diimbangi saham lain di sektor sejenis. Berbeda dengan saham di sektor keuangan dan properti yang kekuatannya hampir merata sehingga kenaikan saham dan nilai transaksi di sektor keuangan dan properti jauh lebih tinggi.

Ayub menyarankan, yang perlu menjadi penilaian adalah bukan dari besarnya transaksi saham semata. Yang lebih penting untuk dilihat adalah bagaimana arah tren pergerakan sahamnya. "Harus dilihat trennya ke mana. Kalau kemudian turun ya percuma," tegasnya.

Pihaknya juga mengamati tren penurunan kepemilikan saham oleh pihak institusi yang notabene investor asing. Belakangan ini, kata Ayub, trennya terus turun padahal mayoritas yang mentransaksikan saham-saham berkapitalisasi pasar besar adalah investor institusi.

"Saya cermati, dari institusi banyak yang keluar. Jadi katakanlah tadinya kepemilikannya 25 persen sampai 30 persen sekarang turun jadi 20 persen. Kita jadi curiga. Harus hati-hati," sarannya.

Harry Su, Head of Equity Research PT Bahana Securities, mengatakan pergerakan saham-saham unggulan dari sektor perbankan sepanjang kuartal I sangat positif. Hal ini didorong katalis positif yaitu tetapnya suku bunga acuan (BI rate) sebesar 7,5 persen dan data makroekonomi Indonesia dalam tiga bulan terakhir membaik.

Selain itu, investor dinilai cukup agresif mengakumulasi saham perbankan berskala besar setelah melihat realisasi kinerja keuangan sepanjang 2013 lalu yang jauh di atas ekspektasi. Misalnya, kinerja BBRI sepanjang 2013 lalu mencatatkan kenaikan laba bersih sebesar 14 persen menjadi Rp 21,35 triliun dibandingkan periode yang sama 2012. (JP)

Nilai Transaksi Saham Bulanan dan Kumulatif Januari - Maret 2014:
Maret:
ASII Rp 9,61 triliun (6,51 persen)
BBRI Rp 8,56 triliun (5,80 persen)
BMRI Rp 7,78 triliun (5,27 persen)
TLKM Rp 6,85 triliun (4,64 persen)
BTPN Rp 6,40 triliun (4,34 persen)

Februari:
BBRI Rp 9,18 triliun (8,16 persen)
ASII Rp 6,59 triliun (5,86 persen)
BMRI Rp 6,33 triliun (5,63 persen)
TRAM Rp 5,90 triliun (5,25 persen)
TLKM Rp 5,38 triliun (4,79 persen)

Januari
BBRI Rp 7,53 triliun (7,78 persen)
BMRI Rp 5,50 triliun (5,69 persen)
TRAM Rp 5,49 triliun (5,67 persen)
ASII Rp 5,33 triliun (5,51 persen)
TLKM Rp 4,47 triliun (4,62 persen)

Secara kumulatif Januari - Maret
BBRI Rp 25,28 triliun (7,08 persen)
ASII Rp 21,54 triliun (6,03 persen)
BMRI Rp 19,62 triliun (5,50 persen)
TRAM Rp 17,35 triliun (4,86 persen)
TLKM Rp 16,71 triliun (4,68 persen)
Sumber: BEI

BACA ARTIKEL LAINNYA... Menuju 51 tahun, Taspen Luncurkan Taspen Life


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler