AstraZeneca Menggandeng Pemprov Jabar Pulihkan DAS Citarum

Sabtu, 07 September 2024 – 07:58 WIB
Ki-ka: Nani Hendiarti (Deputi Bidang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi), Esra Erkomay (Presiden Direktur AstraZeneca Indonesia), Dodit Ardian Pancapana (Kepala Dinas Kehutanan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Foto: Mesya/JPNN.com.

jpnn.com - JAKARTA - Perubahan iklim dapat memperburuk tingkat kesehatan, termasuk peningkatan penyakit kronis.

Salah satu kontributor signifikan perubahan iklim yang bertanggung jawab atas sekitar 5 perden emisi gas rumah kaca (GRK) global adalah sektor kesehatan.

BACA JUGA: Menko Marves Luhut dan AstraZeneca Restorasi Kerusakan DAS Citarum

"Di AstraZeneca, kami menyadari bahwa mengambil tindakan untuk mendorong keberlanjutan adalah hal mendasar membangun masa depan yang sehat bagi manusia, masyarakat, dan bumi," kata Presiden Direktur AstraZeneca Indonesia Esra Erkomay dalam konferensi pers di acara Indonesia Sustainability Forum (ISF) 2024 yang berlangsung pada 5-6 September di Jakarta Convention Center (JCC). 

Melalui program unggulan global AZ Forest, AstraZeneca telah menanam lebih dari 7,5 juta pohon di lahan seluas 19.000 hektar.

BACA JUGA: Adik Dilantik jadi Anggota DPRD Jabar, Raffi Ahmad Merespons Begini

Selain itu, lebih dari 21.000 keluarga petani serta kesempatan peningkatan keterampilan yang diberikan, yang berdampak pada 71.000 petani. 

Bulan lalu, AstraZeneca baru saja menandatangani perpanjangan kerja sama dengan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) untuk memperluas komitmen menanam hingga 20 juta pohon di sekitar Sungai Citarum. 

BACA JUGA: Tindaklanjuti Arahan Jokowi, Mentan Tinjau DAS Citarum Pastikan Pertanian Terus Berproduksi

"Kolaborasi menjadi kunci utama karena tidak dapat menyelesaikan masalah perubahan iklim sendirian, " ungkapnya. 

AstraZeneca Indonesia sebagai sustainability knowledge partner dari industri farmasi, juga menjadi bagian dari Indonesia Sustainability Forum (ISF) 2024.

Salah satunya menyoroti kebutuhan mendesak bagi seluruh pemangku kepentingan untuk secara aktif berkontribusi melindungi lingkungan dan keanekaragaman hayati.

Deputi Bidang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kemenko Marves Nani Hendiarti menyebut, kolaborasi lintas sektor sangat penting untuk memenuhi komitmen Net Zero Emission 2060 atau lebih cepat.

Keterlibatan sektor swasta diperlukan dalam keberpihakan terhadap pengelolaan lingkungan. 

"Kami berterima kasih kepada AstraZeneca atas kolaborasi strategis dan aksi nyata yang menghasilkan hasil yang terukur dan berdampak signifikan terhadap lingkungan dan masyarakat, " katanya. 

Kementerian juga mendorong semua pemangku kepentingan untuk terus memperkuat kolaborasi pentahelix, antara pemerintah, sektor swasta, akademisi, masyarakat, dan media.

Hal ini untuk memastikan keberlanjutan dapat dicapai secara komprehensif. 

"Hanya dengan sinergisitas kuat semua upaya akan berjalan baik dan membawa manfaat jangka panjang,” imbuhnya. 

Sebagai tindak lanjut komitmen reboisasi dan revitalisasi lahan kritis, AstraZeneca menandatangani Kesepakatan Bersama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat tentang Revitalisasi Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum Melalui Penyediaan Bibit Pohon dan Penyusunan Studi Kelayakan Terkait Percontohan Karbon.

"Kolaborasi ini akan mempercepat pengelolaan kerusakan lingkungan di Daerah Aliran Sungai Citarum,” kata Penjabat Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin. (esy/jpnn)


Redaktur : M. Kusdharmadi
Reporter : Mesyia Muhammad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler