SURABAYA - Kelas menengah Indonesia bakal tumbuh pesat dalam satu dekade ke depan. Bank Dunia menyebut, pada 2020 jumlah masyarakat ekonomi menengah mencapai 142 juta jiwa atau berlipat jika dibandingkan dengan tahun lalu yang masih 74 juta jiwa. Perusahaan asuransi berminat serius menyasar segmen yang gurih itu.
Direktur Utama PT Asuransi Jiwa Generali Indonesia Edy Tuhirman mengatakan, dengan membesarnya kelas menengah, penetrasi pasar kebanyakan dilakukan oleh agen. Itulah yang membuat bancassurance atau pemasaran asuransi dengan menggandeng perbankan mulai ditinggalkan. "Bancassurance lebih menyasar kelas atas. Harga premi di atas Rp 3 juta. Sedangkan kelas menengah, untuk kemampuan premi Rp 300 ribu sampai Rp 500 ribu per bulan banyak yang mampu," katanya.
Saat ini, tambah Edy, penetrasi pasar asuransi masih rendah, yakni 2 persen dari total penduduk yang mencapai 250 juta. Dengan bertambahnya kelas menengah, kesadaran untuk proteksi diri dan keluarga juga makin tinggi. "Idealnya bisa mencapai 30 persen."
Generali Indonesia mencatat pertumbuhan premi yang cukup tinggi sepanjang semester pertama tahun ini. Perusahaan yang berbasis di Italia itu mampu meningkatkan premi sebesar 252 persen. Pada semester awal tahun ini pihaknya menghimpun premi sebesar Rp 826 miliar. Sedangkan di periode yang sama tahun sebelumnya premi yang terhimpun senilai Rp 234 miliar. "Masyarakat Indonesia masih senang unit link. Sebanyak 77 persen dari total premi adalah unit link," terang dia.
Edy menyebut, bundling asuransi dan investasi memang memiliki risiko. Pihaknya pun mengurangi risiko itu dengan menggunakan sistem "pengereman" berlabel Auto Risks Management System (ARMS) yang ditawarkan perusahaan kepada nasabah unit link. (dio/c11/sof)
BACA JUGA: Bermodal Rp 50 Juta, Untung Rp 5 Juta
BACA ARTIKEL LAINNYA... BRI Siapkan 15 Ribu ATM untuk Lebaran
Redaktur : Tim Redaksi