Atasi Konflik, Modal Manajemen Ring Tinju

Dirjen Kesbangpol Kemdagri

Jumat, 08 Oktober 2010 – 19:16 WIB

JAKARTA -- Sejumlah konflik massa yang terjadi belakangan ini membuat Direktur Jenderal Kesatuan Bangsa Politik (Kesbangpol) Kemdagri, Tanribali Lamo, sangat sibukAda kasus penusukan pendeta HKBP di Bekasi, dia meluncur ke sana

BACA JUGA: Baasyir Dukung Perampokan Masih Sebatas Pengakuan

Untuk mengatasi kerusuhan di Tarakan, mantan  Asisten Personil Kepala Staf TNI Angkatan Darat itu juga terlibat di dalamnya.

Begitu pun, saat ada rusuh di Bogor yang terkait dengan Jamaah Ahmadiyah, pria berkumis tebal itu juga terlibat langsung untuk meredakan
Pria asal Makassar itu juga rajin turun ke Papua yang masih rawan persoalan.

Apa kiatnya dalam menangani konflik? "Kita juga menggunakan manajemen ring tinju, dengan menyempitkan persoalan dan mencari inti masalah," terangnya, saat berdialog dengan Pokja Wartawan Kemdagri di gedung Kemdagri, Jumat (8/10).

Manajemen ring tinju? Tanri menjelaskan, di atas ring tinju, hanya ada tiga orang

BACA JUGA: SBY: Korban Wasior Capai 101 Orang

Yakni, dua orang yang bertarung dan satu wasit
Bahkan, dalam tinju, penilainya berada di luar ring

BACA JUGA: Bantah Tudingan JK, SBY Tinjau Wasior

Filosofi ring tinju itu yang dia jabarkan di lapangan saat mengatasi konflik massa.

Tanri menjelaskan, hampir semua konflik massa berawal dari persoalan sepeleKarenanya, dia akan berupaya mencari sumber masalah, menyekatnya, dan sebisa mungkin menemukan adanya dua orang yang menjadi pemicu konflik"Jika sudah ketemu, kita sekat, kita ajak dialog," ujarnya meyakinkanUntuk penilainya, dalam hal ini masyarakat, cukup di "luar" saja.

Saat bicara dengan wartawan, banyak hal yang dia ceritakan terkait bagaimana sikapnya saat di lapangan berhadapan dengan dua pihak yang bertikaiHanya saja, cerita fakta itu tak boleh dikutip media massa.

Apa penyebab gampangnya terjadi kerusuhan massa yang melibatkan dua kelompok akhir-akhir ini? Dia katakan, ada yang karena fanatisme, tapi ada juga karena benturan kepentingan dua kelompokHal ini, lanjutnya, berkaitan dengan mulai surutnya rasa berkebangsaan di masyarakatPemahaman mengenai empat pilar berbangsa, yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika, sudah mulai dilupakan.

Karenanya, dia mengusulkan agar diterapkan kembali penanaman nilai-nilai dari empat pilar ituApakah bentuknya penataran? "Tak harus penataran, tapi yang penting pemahaman," ujarnyaDia mengusulkan agar dibentuk badan lagi, semacam Badan Pembinaan Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila( BP7) yang dulu pernah ada, yang bisa konsisten memberikan penanaman nilai-nilai kebangsaan(sam/ara/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dampak Pembalakan Liar


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler