jpnn.com, JAKARTA - Pendiri Lingkar Survei Indonesia (LSI), Denny JA menilai, perlu adanya suatu kalender global Islam yang berlaku secara internasional.
Dengan begitu, seluruh umat Muslim di dunia memiliki kalender global hijriah yang sama untuk menetapkan 1 Syawal.
BACA JUGA: Ditjen Hubdat: Program Mudik Gratis yang Kami Lakukan Berjalan Lancar & Sukses
Hal itu sebagaimana umat Nasrani merayakan Natal pada tanggal dan hari yang sama setiap tahunnya.
Menurut Denny JA, jika ada kalender global Islam, maka umat Muslim di seluruh dunia akan mengetahui kapan waktunya Idul Fitri berbulan-bulan sebelumnya. Misalnya, Hari Raya IdulFitri jatuh pada hari Rabu 3 Mei, maka umat Muslim di Indonesia akan merayakannya serentak pada tanggal tersebut.
BACA JUGA: Gegara Payung Elektrik, Tak Ada Salat Idulfitri di Halaman Masjid An-Nur
Hal yang sama juga berlaku bagi umat Muslim di Arab Saudi yang akan melaksanakannya pada Rabu di tanggal 3 Mei.
“Sehingga, umat Muslim di seluruh dunia akan bersama-sama merayakan hari kemenangan, bertakbir bersama, silaturahmi, saling kunjung, pada momen hari dan tanggal yang sama,” kata Denny JA.
BACA JUGA: Venna Melinda Ternyata 10 Tahun Salat Id Tanpa Verrell Bramasta, Ini Sebabnya
Denny berpandangan, setiap kali menyaksikan perayaan IdulFitri di Indonesia dalam dua versi dan dalam dua hari yang berbeda, ada perasaan campur aduk di dalamnya.
Di satu sisi, ada rasa bangga melihat luasnya toleransi atas perbedaan melaksanakan hari raya. Namun, di sisi lain, ada rasa keprihatinan dengan perbedaan itu.
“Kita bangga melihat luasnya toleransi atas perbedaan itu. Tapi sekaligus juga prihatin atas perbedaan waktu tersebut. Perlukah dan mungkinkah suatu hari kelak umat Islam di seluruh dunia mengembangkan kalender hijriah global, sehingga jauh lebih cepat mengetahui dan bisa bersama di tanggal dan hari yang sama merayakan Idul Fitri?,” ujar Denny JA.
Denny menjelaskan, secara keilmuan, di era saat ini sangat mudah membuat kalender bersama secara global bagi seluruh umat Islam di muka bumi. Dengan kecanggihan teknologi yang ada, sangat mudah untuk mengetahui kapan hilal di bumi muncul sebagai syarat datangnya 1 syawal, hari raya IdulFitri.
Fakta yang ada saat ini, jadwal salat di seluruh dunia bisa dan sudah disusun dengan mudah.
Kapan jadwal salat di Arab Saudi, Tiongkok, dan Indonesia bisa ditentukan hingga ke satuan angka jam, menit, dan detik, bahkan untuk satu bulan ke depan. Lewat jadwal salat itu, kawasan Muslim bisa bersepakat menyelenggarakan ibadah wajib itu di hari yang sama.
Denny menambahkan, ilmu pengetahuan saat ini bahkan bisa memprediksi akan terjadi gerhana matahari pada 50 tahun mendatang.
Ilmu pengetahuan kini bisa menghitungnya dengan presisi yang tinggi. Bahkan, dapat mengetahui di daerah mana gerhana matahari 50 tahun mendatang bisa dilihat.
“Cukup kita ketik saja di Google. Kurang dari satu menit, Google memberitahu bahwa gerhana total matahari di 2073, 50 tahun dari sekarang, akan terjadi di tanggal 21-22 Februari. Lengkap pula dituliskan di negara mana total gerhana matahari itu bisa dilihat,” ungkapnya.
Belum adanya kalender global hijriah, menurutnya, bukan karena ilmu pengetahun, namun pada pilihan interpretasi aturan, ego nasionalisme, maupun ego organisasi kemasyarakatan.
Upaya merumuskan kalender global bersama umat Islam sudah diserukan sejak puluhan tahun lalu.
Pada 1958, seorang ahli hadis asal Mesir bernama Ahmad Muhammad Syäkir sudah menyatakannya. Menurut Syakir, memiliki kalender global bersama bagi umat Islam di seluruh dunia adalah keharusan. Bukan saja kalender itu berguna secara sosial, tapi juga memiliki implikasi hukum Islam sendiri.
Kalender itu bisa menentukan secara global agar awal dan akhir Ramadhan di seluruh dunia jatuh di tanggal dan hari yang sama. Tidak seperti sekarang di mana hari Idul Fitri jatuh di hari yang berbeda.
Denny menegaskan, terciptanya kalender global hijriah akan menjadi perkembangan penting dunia Muslim yang sudah 15 abad berdiri.
Oleh karena itu, kini saatnya umat Muslim memiliki kalender hijriah global yang sama.
“Dunia sudah menjadi global. Tak hanya diperlukan cara berpikir global, tapi juga waktu global yang sama. Di era kalender global hijriah itu nanti, siapa pun, dengan kekasihnya, suaminya, istrinya, orang tuanya, anaknya, tak lagi merayakan Idul Fitri di hari yang berbeda,” tegas Denny JA.(chi/jpnn)
Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?
BACA ARTIKEL LAINNYA... Hingga H1 IdulFitri 2023, Jumlah Penumpang Kapal Naik Dibanding 2022
Redaktur & Reporter : Yessy Artada