Atasi Tokophobia dengan Dukungan Suami

Ketakutan Berlebihan Hadapi Persalinan

Minggu, 02 Maret 2014 – 05:20 WIB

jpnn.com - MELAHIRKAN merupakan salah satu kodrat perempuan. Namun, tidak semua perempuan siap menghadapi persalinan. Bahkan, ada di antara mereka yang memiliki ketakutan berlebihan dalam menghadapi persalinan atau disebut dengan tokophobia.

Sejatinya masalah psikologis itu dapat diatasi dengan persiapan persalinan dan dukungan dari orang terdekat. Yuniati Widiastuti, 33, mengalami hal tersebut. Sejak kelahiran putri pertamanya, dia enggan hamil lagi. Padahal, usia putrinya sudah menginjak enam tahun.

BACA JUGA: Jutaan Orang Kelaparan tapi Orang AS-Inggris Suka Buang Makanan

“Aku trauma. Sebab, pada saat persalinan terasa sakit sekali dan bayiku tidak juga lahir selama 12 jam. Aku akhirnya menjalani operasi caesar,” ujarnya.

Pengalaman itu amat membekas dan menimbulkan traumatis dalam diri Yuniati. “Hingga kini, aku belum siap untuk hamil lagi. Aku tidak bisa membayangkan merasakan sakit itu lagi,” ungkapnya.

BACA JUGA: Rumput Laut Mampu Cegah Kegemukan

Dokter Renie Widianti SpOG dari Siloam Hospital mengungkapkan, ada beberapa faktor penyebab fobia tersebut. Pertama, biasanya terjadi pada kehamilan kedua karena mempunyai pengalaman yang traumatis pada saat kelahiran anak pertama. Misalnya, pernah menderita nyeri luar biasa dan proses persalinan panjang.

Fobia itu juga bisa dirasakan karena termakan dengan mitos-mitos nasihat orang zaman dulu. Misalnya, nasihat yang mengatakan jangan berani dengan orang tua karena nanti kalau melahirkan sakit. “Beberapa perempuan menangkap ini sebagai sesuatu hal yang menakutkan. Bukan nasihat positif,” kata spesialis obstetri dan ginekologi tersebut.

BACA JUGA: Cara Unik Memancing Keluar Sel Kanker

Ada juga yang takut melahirkan lantaran pernah berpengalaman melihat proses persalinan yang lama dan menyakitkan. Misalnya, pengalaman melahirkan yang terjadi kepada ibu atau saudaranya. Hal itu tertanam di alam bawah sadar bahwa persalinan merupakan hal yang menakutkan sehingga menimbulkan traumatis pada dirinya.

Renie menuturkan, sebenarnya fobia tersebut dapat dicegah. Pada saat anak menginjak usia remaja, orang tua bisa memberi penjelasan mengenai seks, reproduksi, hingga kehamilan dengan informasi yang benar. Yakni, kehamilan sejatinya adalah proses natural yang akan dialami semua perempuan. ''Memang sakit. Tapi, ada hasil akhir yang membahagiakan. Yaitu, lahirnya si buah hati,'' ungkapnya.

Karena itu, kata Renie, menikah harus memiliki persiapan. Terutama kesiapan mental. Dukungan suami juga sangat membantu istri menjelang persalinan. Suami harus siap mendengar berbagai keluhan istri selama kehamilan. “Itu sangat membantu psikologisnya. Sebab, saat hamil, perempuan mengalami perubahan hormon,” jelasnya.

Renie mengungkapkan, jika fobia dirasa sangat berlebihan, ada baiknya berkonsultasi dengan psikiater. Psikiater akan memberi terapi khusus. Bila perlu, pasien bisa menjalani persalinan tanpa rasa sakit. (kit/c14/dos)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ini Cara Wanita Depresi Bisa Bergairah Lagi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler