ATM Ngadat, Gubernur BI Minta Perbankan Pindah Satelit

Selasa, 29 Agustus 2017 – 05:55 WIB
Ilustrasi ATM BCA. Foto: Jawa Pos/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Ngadatnya sejumlah ATM sebagai dampak gangguan satelit telkom 1 diprediksi tidak terlalu lama terjadi.

Bank Indonesia sudah meminta kalangan perbankan untuk segera memindahkan jaringan komunikasi di ATM maupun layanan lainnya yang terganggu ke satelit lain. Sehingga, pelayanan nasabah tidak sampai terganggu.

BACA JUGA: Ini Penyebab Ribuan ATM Offline Akhir Pekan Kemarin

Hal itu disampaikan Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo usai bertemu Presiden di kompleks Istana Kepresidenan kemarin (28/8).

Dia menjelaskan, sejak gangguan terjadi Jumat (25/8) lalu, pihaknya sudah mengumpulkan kalangan perbankan untuk membahas solusinya.

Dari pembahasan bersama provider, didapati sejumlah alternatif yang bisa diambil. ’’Ada satelit lain,seperti Telkom 2 dan Telkom 3s yang bisa digunakan,’’ terangnya.

Kedua satelit itu bisa menjadi solusi bagi perbankan yang selama ini masih mengandalkan satelit Telkom 1 sebagai penyedia jaringan.

Perbankan yang menggunakan satelit Telkom 1 sejak Jumat lalu sudah diminta beralih ke Telkom 2, 3s, atau satelit lain yang menyediakan jaringan komunikasi.

Kemarin, pihaknya sudah meminta laporan terkait pemindahan sistem komnikasi itu. Dari situ, diharapkan sitem layanan yang sempat terganggu bisa segera normal lagi.

Hal senada disampaikan Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimbo Santoso. Sejak awal OJK bersama BI sudah menyiapkan alternatif kontijensi dengan menggunakan satelit lain.

’’Kan Telkom bukan satu-satunya. Bisa BCA,’’ terangnya. Dia mengapresiasi perbankan yang tidak mengenakan charge bagi nasabah yang terpaksa menarik dari ATM bank yang berbeda.

Sementara itu, di tengah tumbangnya satelit Telkom-1, muncul gagasan pengalihan fungsi. Yakni fungsi atau misi dari satelit Telkom 1 dialihkan ke Telkom-2 atau Telkom-3.

Namun menurut analisa dari Pusat Teknologi Satelit (Pusteksat) Lapan, upaya itu membutuhkan upaya yang ekstra keras.

Kepala Pusteksat Lapan Mujtahid menuturkan kasus rusaknya satelit Telkom-1 itu murni karena usianya sudah tua.

Tidak terpengaruh dengan gangguan cuaca antariksa. Menurut catatannya satelit Telkom-1 itu mengorbit pada 4 Agustus 1999 lalu di Pusat Antariksa Guyana.

’’Kalau belajar dari pengalaman, satelit memasuki usia 15 tahun itu sudah waktunya regenerasi,’’ katanya kemarin (28/8).

Dengan perhitungan itu, masa ideal operasional satelit berbobot 2.763 kg itu hanya sampai 2014 lalu. Selebihnya sangat dimungkinkan sejumlah komponen rusak dengan sendirinya karena termakan usia.

Sayangnya PT Telkom tidak segera tanggap dengan mengorbitkan satelit baru untuk mem-backup kerja dari Telkom-1.

Bahkan Mujtahid mendapatkan kabar bahwa PT Telkom baru akan meluncurkan satelit Telkom-4 tahun depan.

Kebijakan ini tentu kurang tepat, karena satelit Telkom-1 usianya kinerja komponenya sudah tidak layak.

Menurutnya ada beberapa komponen satelit yang rentan tidak berfungsi jika sudah melewati batas usianya. Diantara yang paling riskan adalah panel surya.

Panel ini merupakan alat vital untuk pengisian daya atau tenaga satelit. Jika panel ini mati, maka satelit yang berputar-putar di angkasa tidak bisa berbuat apa-apa.

Mujtahid menerima kabar bahwa operator Telkom-1 sudah berhasil membereskan masalah yang muncul. Namun dia cukp sansi. ’’Membereskan seperti apa,’’ jelasnya.

Dia menegaskan satelit itu adalah benda yang mengorbit bebas di angkasa. Jika ada komponen yang rusak, sulit untuk dilakukan perbaikan.

Terkait kemungkinan skenario pengalihan tugas dari Telkom-1 ke Telkom-2 atau Telkom-3 menurut Mujtahid bukan sebuah upaya yang mustahil. ’’Tetapi membutuhkan effort yang besar,’’ tuturnya.

Sebab stasiun satelit yang ada di bumi tidak bisa begitu saja mengalihkan koneksinya dari Telkom-1 ke Telkom-2 atau Telkom-3. Apalagi Telkom-2 dan Telkom-3 sudah memiliki cantolan stasiun bumi sendiri.

Mujtahid lantas membandingkan dengan satelit riset atau esperimental milik Lapan. Yakni Lapan A1, Lapan A2, maupun Lapan A3.

Meskipun fungsinya tidak sekomplek satelit Telkom-1, tetapi Lapan memperkirakan usia satelit milik mereka hanya sepuluh tahun.

Sehingga setiap tahun Lapan terus mengebut proyek pembuatan satelit baru untuk menggantikan satelit yang sudah tua.

Satelit Lapan A1 misalnya, diorbitkan pada pada 10 Januari 2007 lalu. Sehingga masa efektif satelit bernama Tubsat ini hanya sampai 10 Januari 2017.

Namun ternyata satelit ini masih bisa mengirim gambar ke stasiun bumi.

Ketika nanti satelit Lapan A1 sudah tidak berfungsi karena usia, sudah ada pengganti satelit Lapan A2 (Lapan-Orari).

Satelit ini berhasil diorbitkan pada 28 September 2015 lalu. Sedangkan satelit Lapan A3 (Lapan-IPB) berhasil mengorbit pada 22 Juni 2016. (byu/wan)


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler