KETIKA banyak klub jor-joran membeli pemain mahal untuk mendapatkan prestasi, tak demikian dengan budaya di Jerman. Dalam satu dekade terakhir, bintang-bintang yang muncul di Liga Jerman selalu berasal dari akademi.
Hal itu tak lepas dari aturan ketat yang diberlakukan di Bundesliga. Keuangan klub-klub Bundesliga benar-benar dipelototi DFL. Mereka tak boleh melakukan transfer saat utang menumpuk. Jika melanggar, DFL tak segan-segan mendegradasikan klub tersebut.
Hasilnya, mayoritas klub di Bundesliga berada dalam keuangan yang sehat. Musim lalu, hanya ada empat klub yang berada dalam keuangan yang minus. Itu sebuah prestasi. Bandingkan dengan liga lainnya.
Inggris, contohnya. Pada periode yang sama, di Inggris malah terjadi fakta yang berbanding 180 derajat. Di sana hanya ada tiga tim yang bebas utang.
Otoritas sepakbola Jerman juga sangat tegas dalam hal kepemilikan klub. Seperti dilansir Bleacher Report pada 4 April lalu, system kepemilikan klub memang terlihat sangat mengandalkan cinta. Dengan aturan 50+1, seseorang tak bisa memiliki saham klub lebih dari 49 persen. Sementara, sebanyak 61 persen lainnya dikuasai oleh mayoritas fans.
Namun, hal tersebut tak berlaku kepada tim yang sudah melakukan kontrak jangka panjang selama 20 tahun dengan sebuah perusahaan.
“Ini adalah cara agar kami tak ada owner asing yang tidak mencintai Timnas Jerman. Klub memiliki ikatan yang sangat kuat dengan fans,” terang Chief Executive Bundesliga Christian Seifert kepada Observer Sport. (jos/jpnn)
Hal itu tak lepas dari aturan ketat yang diberlakukan di Bundesliga. Keuangan klub-klub Bundesliga benar-benar dipelototi DFL. Mereka tak boleh melakukan transfer saat utang menumpuk. Jika melanggar, DFL tak segan-segan mendegradasikan klub tersebut.
Hasilnya, mayoritas klub di Bundesliga berada dalam keuangan yang sehat. Musim lalu, hanya ada empat klub yang berada dalam keuangan yang minus. Itu sebuah prestasi. Bandingkan dengan liga lainnya.
Inggris, contohnya. Pada periode yang sama, di Inggris malah terjadi fakta yang berbanding 180 derajat. Di sana hanya ada tiga tim yang bebas utang.
Otoritas sepakbola Jerman juga sangat tegas dalam hal kepemilikan klub. Seperti dilansir Bleacher Report pada 4 April lalu, system kepemilikan klub memang terlihat sangat mengandalkan cinta. Dengan aturan 50+1, seseorang tak bisa memiliki saham klub lebih dari 49 persen. Sementara, sebanyak 61 persen lainnya dikuasai oleh mayoritas fans.
Namun, hal tersebut tak berlaku kepada tim yang sudah melakukan kontrak jangka panjang selama 20 tahun dengan sebuah perusahaan.
“Ini adalah cara agar kami tak ada owner asing yang tidak mencintai Timnas Jerman. Klub memiliki ikatan yang sangat kuat dengan fans,” terang Chief Executive Bundesliga Christian Seifert kepada Observer Sport. (jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tradisi Lawan Ambisi
Redaktur : Tim Redaksi