Atut Bakal Buka Soal Pemberian Uang Kepada Rano Karno

Selasa, 15 April 2014 – 17:27 WIB

jpnn.com - JAKARTA - ‎Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah segera menjalani persidangan. Hal ini menyusul berkas pemeriksaannya terkait perkara dugaan suap penanganan sengketa Pemilihan Kepala Daerah Lebak, Banten di Mahkamah Konstitusi sudah dilimpahkan ke penuntutan.

Pengacara Atut, Tubagus Sukatma menyatakan, soal pemberian uang kepada Wakil Gubernur ‎Banten, Rano Karno ‎sebesar ‎Rp 1,250 miliar akan dijelaskan di dalam persidangan. "Ya nanti dalam persidangan, beliau (Atut) akan bicara semuanya," kata Sukatma di KPK, Jakarta, Selasa (15/4).

BACA JUGA: Maftuh: Banyak Penyakit di Kemenakertrans

Begitu disinggung apakah Atut menceritakan soal pemberian uang kepada Rano itu sudah disampaikan kepada penasihat hukum, Sukatma tidak menjawabnya. Sebab, hal itu sudah berhubungan dengan proses persidangan.

"Ya nanti kita sampaikan di persidangan karena itu nanti berhubungan dengan proses persidangan," ujar Sukatma.

BACA JUGA: Jokowi Gerah Namanya Masuk di Soal UN

Sebelumnya, ‎Bendahara pribadi Atut, Yayah Rodiah membenarkan ada pengiriman uang sebesar Rp 1,250 miliar ke Rano Karno. Hal ini diungkapkannya saat bersaksi dalam persidangan terdakwa kasus dugaan suap penanganan sengketa Pilkada Lebak dan Pilgub Banten, Tubagus Chaeri Wardana Chasan alias Wawan.

Yayah mengaku dirinya pernah ditunjukan bukti pengiriman uang melalui cek kepada Rano Karno. Uang tersebut berasal dari kas PT Bali Pasific Pragama.

BACA JUGA: Hanura Siap Bubarkan WIN-HT

"Apakah transfer tersebut ada hubungannya dengan yang dikirim ke CV Ratu Samagat, perusahaan milik Ratu Rita, istri bekas Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar?" tanya Jaksa Penuntut Umum pada Komisi Pemberantasan Korupsi Dzakiyul Fikri.

"Saya lupa, karena saya tidak membuat pembukuan," jawab Yayah.

Yayah yang juga staf keuangan PT BPP itu cuma bilang dia dipercaya oleh Atut maupun Wawan untuk memegang uang dalam jumlah besar dan sering diminta untuk bertransaksi baik secara tunai, transfer, ataupun cek. "Sering memerintahkan (transaksi)," kata Yayah.

Terakhir, dia menambahkan bahwa transaksi ke politisi PDI Perjuangan tersebut dilakukan tanpa dicatat. Sebab, dia diperintahkan hanya secara lisan.‎ (gil/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dirut Indoguna Menyesal Kenal Elda dan Fathanah


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler