Bank sentral Reserve Bank Australia (RBA) menaikkan suku bunga menjadi 0,35 persen dari sebelumnya 0,1 persen. Kenaikan ini merupakan yang pertama kalinya dalam 11 tahun, di tengah laju inflasi yang sudah di atas 5,1 persen.

Kalangan perbankan dari empat bank terbesar di Australia menyatakan akan menyesuaikan tingkat bunga yang selanjutnya akan dikenakan kepada konsumen.

BACA JUGA: Ribuan Guru di Sydney Berunjuk Rasa Menuntut Kenaikan Gaji

Sebagai contoh, konsumen yang mengambil kredit dari bank sebesar A$500.000, akan terkena dampak tambahan kenaikan cicilan sebesar A$65 per bulan.

Commonwealth Bank Australia (CBA) adalah bank besar pertama yang merespon dengan menaikkan suku bunga hipotek variabel standar sebesar 25 basis poin mulai 20 Mei nanti, sementara Bank ANZ akan memberlakukan suku bunga yang sama mulai 13 Mei.

BACA JUGA: Berlinang Air Mata, Perempuan Asal Afghanistan Memohon kepada PM Australia

Langkah ini tidak terlalu mengejutkan bagi pasar keuangan yang telah memperkirakan kenaikan suku bunga RBA bulan ini.

Menurut Gubernur RBA, Philip Lowe, kombinasi angka inflasi yang sangat tinggi dan kenaikan upah pekerja menjadi faktor pertimbangan untuk "menormalkan" suku bunga posisi terendah yang sudah berlangsung sangat lama.

BACA JUGA: Beasiswa Dicabut Pemprov Papua, Mahasiswa Indonesia Memohon kepada Selandia Baru

"Dewan RBA berkomitmen untuk memastikan bahwa inflasi di Australia kembali ke target yang diharapkan dari waktu ke waktu," katanya.

"Hal ini akan membutuhkan kenaikan suku bunga lebih lanjut dalam periode mendatang," ujar Gubernur Lowe.

Ia mengatakan kenaikan tingkat suka bunga saat ini masih jauh dari normal di mana setidaknya harus sesuai dengan tingkat inflasi.

"Seiring waktu, bukan hal yang tidak masuk akal bila suku bunga mencapai 2,5 persen," ucapnya.

Pasar memperkirakan kenaikan suku bunga berikutnya akan terjadi di bulan Juni menjadi sekitar 0,7 persen atau dua kali dari kenaikan 0,35 saat ini.

Ekonom di bank-bank besar memperkirakan kenaikan dari 1,6 persen dari Bank Commonwealth hingga lebih dari 3 persen yang diperkirakan oleh Bank ANZ.

Bank Westpac berada di tengah, memberi bocoran tingkat bunga 2 persen sekitar tahun depan.

RateCity memperkirakan kenaikan ini akan menambah cicilan A$512 per bulan untuk pinjaman A$500.000, dan A$1.025 per bulan untuk pinjaman satu juta dolar. Biaya hidup akan terdampak

RBA telah meningkatkan perkiraan inflasi secara dramatis, menyebutkan harga konsumen akan naik 6 persen tahun ini, dan akan tumbuh 3 persen per tahun pada 2024.

Ekonom Bank ANZ Adelaide Timbrell yang dimintai komentarnya mengaku belum pernah melihat kenaikan suku bunga selama dia bekerja di bank.

"Ini adalah kenaikan suku bunga pertama saya sebagai seorang ekonom," ujarnya.

"Kenaikan cash rate terakhir terjadi pada 2010, saat itu saya baru lulus SMA," ujarnya.

"Mereka akan terus menaikkan suku bunga untuk membuat pengusaha berpikir dua kali soal investasi, soal mempekerjakan pegawai, dan bagaimana membelanjakan uang," jelas Adelaide Timbrell.

"Mereka juga akan membuat konsumen berpikir dua kali dalam membelanjakan uangnya," tambahnya.

Menurut dia, kenaikan suku bunga ini bertujuan memperlambat efek spiral, di mana banyak orang membeli barang pada saat yang sama, menyebabkan harga barang tersebut menjadi jauh lebih mahal.

"Jadi RBA sebenarnya berusaha menaikkan biaya pinjaman uang demi mengurangi laju kenaikan biaya hidup," jelas Adelaide.

Namun dalam jangka pendek kenaikan ini akan menjadi biaya hidup ganda bagi kreditur seperti Bashir Naim.

Dia mengambil berbagai pinjaman kredit awal tahun ini untuk membangun rumah baru bagi keluarganya di Sydney.

"Beberapa tahun terakhir, yang kita dengar hanyalah penurunan suku bunga. Pemerintah mendorong orang untuk membeli dan pasar perumahan berkembang pesat. Sekarang malah kebalikannya yang terjadi," katanya.

"Bagi kami, dengan biaya pembangunan rumah yang begitu tinggi, kenaikan ini tidak tepat," ucap Bashir. Risiko resesi 'double-dip'

Bashir menyebut keluarganya harus mampu mengatasi kenaikan biaya, sehingga terpaksa mengurangi belanja yang tidak penting.

"Jika naik secara dramatis, saya rasa banyak orang yang kesulitan, bukan hanya kami," ujarnya.

Gubernur RBA, Philip Lowe, mengakui tantangan yang akan dialami para kreditur yang tahun lalu mengambil pinjaman besar setelah RBA mengumumkan suku bunga tidak mungkin naik sampai 2024.

"Saya akui bahwa kenaikan suku bunga kali ini terjadi lebih awal," katanya seraya menambahkan bahwa RBA akan selalu berhati-hati dalam menaikkan suku bunga.

"Keluarga memiliki lebih banyak utang daripada sebelumnya. Banyak rumah tangga tidak pernah mengalami kenaikan suku bunga. Jadi kenaikan kali ini akan kami amati dengan sangat hati-hati selama beberapa bulan ke depan," papar Gubernur Lowe.

Profesor Steven Hamilton dari George Washington University yang dimintai komentarnya menyebut beberapa informasi dari RBA selama pandemi menimbulkan masalah.

"Menurut saya RBA sangat keliru dalam memberikan panduan yang terlalu kaku," katanya.

"Mereka menyampaikan bahwa mereka tidak akan menaikkan suku bunga hingga 2024 apa pun yang terjadi. Itu konyol karena kita tidak pernah tahu seberapa cepat pemulihan akan terjadi," jelasnya.

"Kemudian RBA harus menarik pedomannya sendiri, yang tidak bagus bagi kredibilitas mereka," ujar Profesor Hamilton.

Menurut dia, dengan banyaknya kreditur yang meminjam ke bank karena mengantisipasi suku bunga super rendah untuk tahun-tahun mendatang, risiko resesi akan terjadi.

"Risikonya adalah jika kita bertindak terlalu keras, terlalu cepat, itu mengancam terjadinya situasi double-dip di mana ekonomi mulai berkontraksi sebagai respons terhadap kenaikan suku bunga," jelasnya. Penabung senang dengan kenaikan suku bunga

Tidak semua orang khawatir dengan kenaikan suku bunga.

Pensiunan Grant Agnew saat ini hanya menerima bunga 1,09 persen dari tabungannya di bank. Dia adalah salah satu dari sekitar dua pertiga penduduk Australia yang tidak memiliki kredit perumahan.

"Saya tidak mendapatkan apa-apa dari tabungan. Orang lain diizinkan untuk meminjamnya, tapi saya tidak diizinkan untuk mendapatkan apa pun dari tabungan saya itu," katanya.

"Saya ingin suku bunga naik sehingga saya bisa mendapatkan bunga sebagai pengembalian uang tabungan yang layak," ujar Grant..

"Saya ingin naiknya lebih dari 20 persen, seperti yang mereka lakukan tiga kali di tahun 1980-an. Hidup begitu indah saat itu, seperti uang jatuh dari langit," tuturnya.

Namun, Direktur Riset RateCity, Sally Tindall, memperingatkan penabung seperti Grant mungkin tidak akan mendapatkan peningkatan besar bunga tabungannya dalam jangka pendek.

"Meskipun kita berharap bank mulai menaikkan suku bunga deposito, tidak ada jaminan mereka akan mencerminkan kenaikan dari RBA," katanya.

Dalam mengumumkan kenaikan suku bunga pinjaman kredit perumahan mereka, baik Bank CBA maupun Bank ANZ sama sekali tidak menyebutkan adanya suku bunga tabungan dan deposito. Bisa menurunkan harga rumah

Menurut Adelaide Timbrell, kenaikan suku bunga kali ini kemungkinan akan menurunkan harga rumah, yang berpotensi menguntungkan calon pembeli.

"Jika harga perumahan turun sebagai akibat dari kenaikan cash rate ini, tentunya akan membantu calon pembeli masuk ke pasar perumahan dengan uang muka yang lebih rendah," katanya.

Namun, analis perumahan Louis Christopher mengatakan hal itu mungkin juga mengurangi jumlah yang dapat dipinjam oleh calon pembeli, yang akan tetap memberikan tekanan pada harga perumahan.

"Dengan kenaikan suku bunga pinjaman, tingkat rintangan keseluruhan untuk menguji pemohon kredit rumah akan naik dan akan mendiskualifikasi banyak calon pembeli rumah dan investor," katanya.

Diproduksi oleh Farid Ibrahim untuk ABC Indonesia dari berbagai artikel ABC News.

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Cari Gambar Traktor, Legislator Inggris Malah Tersasar ke Situs Porno, Karier Politik Langsung Tamat

Berita Terkait