Perdana Menteri Australia Scott Morrison pada hari ini mengumumkan pendekatan baru untuk imigrasi yang akan lebih mendorong migran baru untuk tinggal di kota-kota kecil.Â
Pekerja terampil akan bisa melamar untuk izin tinggal permanen jika mereka tinggal dan bekerja di wilayah regional selama tiga tahun, untuk menggeser minat migran dari kota-kota besar seperti Sydney dan Melbourne.
BACA JUGA: Perusahaan Australia Dipusingi Banyaknya Karyawan yang Izin Sakit
Sebelum ini telah banyak migran baru seperti dari Indonesia yang memanfaatkan peluang tinggal di Australia dengan bekerja di kota-kota kecil atau pedalaman. Salah satunya, Dimas Rezki Adiputra. Photo: Dimas Adiputra dalam kelas menari di Broome. (ABC Kimberley: Ben Collins)
BACA JUGA: Paus Ini Tewas Setelah Telan 40 Kg Plastik di Pantai Filipina
Dimas hampir dua tahun tinggal di Broome, kota kecil di Australia Barat.
Broome adalah kota kecil destinasi wisata yang berlokasi sekitar 2.240 kilometer di utara Perth yang terkenal sebagai penghasil mutiara.
BACA JUGA: PM Selandia Baru Tak Mau Sebut Nama Pelaku Penembakan di Christchurch
Sebelumnya Dimas tinggal di Melbourne selama tujuh bulan dan berusaha mendapatkan kesempatan untuk tinggal permanen di Australia.
"Tadinya saya ingin pindah ke Darwin, karena dekat, kalau mau pulang ke Indonesia mudah. Lalu ada teman saya bilang coba pindah ke Broome," kata Dimas kepada Alfred Ginting dari ABC.
Dimas mendapatkan pekerjaan sebagai manajer restauran di Broome dan mengajukan temporary shortage skill visa atau yang juga dikenal sebagai visa subclass 482.
Dimas, yang berasal dari Kalimantan, akan mengajukan izin tinggal permanen tahun depan.
"Saya akan mengajukan PR [permanent residence] tahun depan karena tahun ini ada manajer lain di tempat saya bekerja yang dinominasikan, jadi giliran saya tahun depan," kata Dimas, yang pernah tinggal di Yogyakarta selama 14 tahun sebelum pindah ke Australia.
Mengelola populasi
"Populasi telah menjadi komponen kunci dari pertumbuhan ekonomi kita, populasi kita jika tidak dikelola dengan baik, dapat menghambat pertumbuhan," kata Scott Morrison.
Pemerintah akan menggunakan izin tinggal permanen sebagai iming-iming untuk memastikan pekerja terampil tinggal di kota-kota kecil Australia, dengan tingkat kepatuhan 99 persen dalam skema yang ada.
Menurut Menteri Imigrasi David Coleman akan ada 23.000 jatah visa regional tambahan, yang membutuhkan pekerja terampil untuk tinggal dan bekerja di kawasan regional selama tiga tahun sebelum mereka dapat mengajukan permohonan untuk tinggal permanen.
Kuota visa yang disponsori pemberi kerja akan menjadi 9.000 posisi, sedangkan skema yang dinominasikan oleh negara bagian dan wilayah terpencil akan menjadi 14.000 posisi.
"Dengan membuat persyaratan seseorang harus tinggal di wilayah regional selama tiga tahun untuk izin tinggal permanen mereka, kita akan melihat tingkat kepatuhan yang sangat, sangat tinggi dengan persyaratan itu," kata Coleman.
"Karena jika orang tidak mematuhi, mereka tidak akan mendapatkan izin tinggal permanen dan mereka tidak akan diizinkan untuk menetap di Australia."
Sebelumnya, Morrison mempertahankan waktu untuk mengumumkan keputusan memangkas 30.000 jatah migran sebagai bagian dari imigrasi yang meningkat, meskipun terjadi beberapa hari setelah serangan teroris Christchurch.
Pelaku penembakan pada hari Jumat lalu yang menewaskan 50 orang itu dituduh menyimpan kebencian terhadap imigran Muslim, tetapi Morrison mengatakan dia kecewa jika pemotongan migrasi dikaitkan dengan insiden itu.
"Ini persoalan mengelola populasi, ini persoalan investasi infrastruktur, ini persoalan menghilangkan kemacetan di jalanan," kata Morrison
"Ini tentang memiliki program kohesi sosial... lebih tentang menyatukan orang Australia."
Asupan migrasi tahunan Australia dikurangi sebanyak 30.000 posisi dalam upaya meringankan tekanan populasi di ibu kota negara bagian yang padat.
Morrison mengatakan dia ingin pekerja biasa di kota-kota besar menghabiskan lebih sedikit waktu terjebak dalam lalu lintas, sambil membantu masyarakat pedesaan dan regional.
Dia membantah kekhawatiran tentang kepadatan kota yang didorong oleh rasisme, mengatakan migran adalah bagian penting dari tatanan sosial dan ekonomi Australia.
"Kami tidak akan terganggu oleh tugas yang ada untuk membuat kota-kota Australia menjadi tempat yang lebih baik untuk hidup," kata Morrison.
"Orang-orang yang ingin bermain politik atau menjalankan kampanye menakut-nakuti dari pengumuman ini membuat Australia sebagai sasaran serangan."
Pemerintah memotong batas migrasi tahunan dari 190.000 menjadi 160.000 posisi selama empat tahun ke depan.
Ini diharapkan tidak berdampak pada pengurangan anggaran federal.
Morrison mengatakan Australia telah berkembang pesat dari pertumbuhan populasi yang stabil, tetapi selama dua dekade terakhir infrastruktur dan layanan telah kewalahan untuk mengimbangi populasi.
Dia menunjukkan sebagian besar migran menetap di ibu kota negara bagian, memberikan beban signifikan pada jalan dan transportasi umum.
Dalam upaya menahan tren ini, pemerintah memperkenalkan dua visa baru yang mewajibkan pekerja terampil untuk tinggal di daerah selama tiga tahun, sebelum mengajukan permohonan izin tinggal permanen.
Akan ada 23.000 yang disisihkan untuk visa regional baru.
Menteri Kependudukan Alan Tudge mengatakan banyak kota kecil berharap populasinya meningkat, dengan perkiraan 47.000 posisi di kawasan pedalaman Australia.
"Beberapa daerah tidak bisa mengisi pekerjaan yang tersedia," katanya.
Jumlah pekerja migran yang disponsori oleh penyedia kerja yang diizinkan masuk ke Australia sedikit meningkat menjadi 39.000 posisi, tetapi tidak akan ada perubahan pada visa untuk anggota keluarga, yang menyediakan 48.000 visa.
Sementara itu, beasiswa pendidikan tinggi senilai $15.000 akan ditawarkan kepada 1000 pelajar lokal dan internasional setiap tahun untuk masuk universitas di wilayah regional.
Pelajar dari luar negeri juga akan dapat bekerja di Australia selama satu tahun ekstra setelah lulus dari universitas regional.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sekolah Mosintuwu Rajut Perdamaian di Poso