Australia mengutuk penggunaan senjata kimia dan mendukung hak Inggris untuk melakukan pembalasan atas sebuah serangan yang terjadi pada awal bulan ini yang menyebabkan seorang mata-mata dan anak perempuannya sakit kritis.

Perdana Menteri Inggris, Theresa May, telah mengumumkan bahwa 23 diplomat Rusia akan dikeluarkan dari negaranya setelah Moskow menolak untuk menjelaskan bagaimana gas saraf buatan Rusia digunakan terhadap Sergei Skripal dan putrinya Yulia Skripal.

BACA JUGA: Pakai Uang Klien Biayai Gaya Hidup, Agen Properti Dipenjarakan 5 Tahun

Poin kunci:Perdana Menteri Inggris Theresa May mengusir 23 diplomat Rusia karena serangan gas saraf Rusia telah membantah terlibat, namun PM Australia, Malcolm Turnbull mengatakan PM Inggris Theresa Mei telah membuat "kasus yang meyakinkan" dalam penalarannyaPM Malcolm Turnbull menambahkan bahwa Australia mempertimbangkan tanggapannya sendiri untuk mendukung Inggris

Mantan mata-mata Rusia dan anak perempuannya yang berusia 33 tahun itu keduanya dalam kondisi kritis setelah serangan di kota Salisbury, Inggris, pada 4 Maret lalu.

BACA JUGA: Pencurian Menurun di Victoria, Kejahatan Seksual Meningkat

Inggris mengatakan gas saraf Novichok - senjata kimia yang dikembangkan oleh Uni Soviet pada 1980-an – telah digunakan dalam serangan tersebut.

Rusia membantah terlibat dalam serangan itu.

BACA JUGA: Semakin Banyak Iklan Kerja Mensyaratkan Bukan Perokok di Australia

Photo: Mantan mata-mata Sergei Skripal, 66, dan putrinya yang berusia 33 tahun Yulia Skripal, menjadi sasaran serangan tersebut.
AP: Misha Japaridze (L) dan Facebook: Yulia Skripal (R)

Perdana Menteri (PM) Australia Malcolm Turnbull mengatakan PM Inggris Theresa Mei, telah menyampaikan bukti yang meyakinkan mengenai tanggung jawab Rusia atas apa yang dia sebut sebagai "penggunaan kekuatan secara tidak sah terhadap Inggris dan rakyatnya oleh Rusia".

"Australia berdiri bersama Inggris dalam solidaritas dan dukungan, dalam bentuk yang terkuat, tanggapan Perdana Menteri Theresa May terhadap serangan keji itu, penggunaan senjata kimia pertama di Eropa sejak Perang Dunia II," kata PM Malcolm Turnbull dalam sebuah pernyataan. Photo: Alexander Litvinenko meninggal tiga minggu setelah diberi zat radioaktif langka polonium-210, sebuah pemeriksaan yang ditemukan.
(Reuters)

Menurut PM Turnbull, Australia mempertimbangkan tanggapannya untuk mendukung Inggris dan secara dekat telah berkonsultasi dengan Pemerintah Inggris dan mitra lainnya.

Menteri Luar Negeri Australia, Julie Bishop, mengatakan bahwa Rusia memiliki pertanyaan yang sangat serius untuk dijawab karena telah dituduh mengerahkan senjata ilegal ke negara lain.

Dia mengatakan bahwa sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB, Rusia memiliki tanggung jawab khusus untuk menegakkan perdamaian dan keamanan internasional.

"Australia berdiri dalam solidaritas dan mendukung Inggris dalam menuntut jawaban dari Rusia dan dalam mengambil tindakan terhadap negara Rusia," katanya. Video: UK PM says no ministers or royal family to attend World Cup in Russia (Indonesian)

Wakil Komisaris Tinggi Inggris, Ingrid Southworth, mengatakan di Canberra Kamis (15/3/2018) siang bahwa serangan tersebut bukan hanya sebuah tindakan melawan Inggris, ini adalah tantangan ‘bagi kita semua yang percaya pada hukum internasional dan sistem berbasis peraturan’.

"Ini adalah bagian dari pola perilaku Rusia mulai dari pembunuhan Alexander Litvinenko sampai penembakan pesawat MH-17 di mana, ironisnya, warga Australia tewas.”

"Kami sangat berterima kasih atas dukungan pemerintah Australia," kata Inggrid Southworth.

Dia tidak akan mengatakan tanggapan seperti apa yang diinginkan Inggris dari Australia namun dia mengatakan bahwa dia telah memberi pengarahan kepada para pejabat Australia selama dua hari terakhir dan akan terus melakukannya.

“Sudah jelas tanggapan dari Australia adalah sebuah hal penting bagi pemerintah Australia, namun sebagai salah satu mitra keamanan nasional terdekat kami akan terus bekerja sangat erat dengan pihak berwenang Australia di masa depan," kata Inggrid Southworth.

Pernyataan Turnbull mengatakan Australia berbagi kemarahan dengan Inggris atas upaya yang ditargetkan untuk melakukan pembunuhan dengan menggunakan senjata kimia.

Dia mengatakan bahwa tidak ada situasi yang membenarkan penggunaan "senjata secara sembarangan dan tidak senonoh semacam itu".

PM Malcolm Turnbull mengatakan Australia mendukung hak Inggris untuk mengusir para diplomat Rusia tersebut sebagai bentuk pembalasan dan meminta penyelidikan penuh untuk membawa mereka yang bertanggung jawab ke pengadilan.

Tapi PM Turnbull tidak akan mengatakan apakah Australia akan ikut mengusir diplomat Rusia manapun.

Turnbull mencatat bahwa Australia menyampaikan keprihatinan serius pada sebuah pertemuan untuk melarang senjata kimia yang berlangsung Rabu (14/3/2018) malam di Den Haag, Belanda dan juga mengungkapkan kekhawatiran besar tentang serangan di Dewan Hak Asasi Manusia di Jenewa minggu ini. Video: UK and US accuse Russia of spy poisoning at UN (Indonesian)

Simak beritanya dalam Bahasa Inggris disini.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Marty Natalegawa: Negara-negara ASEAN Perlu Lebih Ambisius

Berita Terkait