Ribuan warga negara bagian Victoria dengan ibu kota Melbourne akan bisa bekerja meski pernah terpapar COVID-19 karena menjadi 'close contact' atau kontak erat.

Aturan yang berlaku saat ini adalah mereka yang menjadi kontak erat karena serumah, atau pernah kontak dengan kasus positif COVID setidaknya selama empat jam, harus menjalani isolasi mandiri.

BACA JUGA: SE MenPAN-RB Nomor 03 Tahun 2022, Seluruh ASN Wajib Tahu

Tapi mulai pukul 23:59 hari Selasa minggu depan (18/11), pekerja di layanan darurat, pendidikan, penyedia listrik, gas, dan air, serta fasilitas tahanan seperti penjara, sektor transportasi dan pengiriman barang, berada dalam daftar pekerja yang dikecualikan untuk menjalani isolasi setelah jadi kontak erat.

Sebelumnya pengecualian ini hanya diberikan kepada pekerja kesehatan dan atau mereka yang bekerja di bidang distribusi makanan dan minuman.

BACA JUGA: 6 Sekolah di Jakarta Timur Menghentikan PTM karena Covid-19, Ini Daftarnya

Namun ada kekhawatiran, karena mereka yang tidak menjalani isolasi mandiri malah akan menularkan virus corona jika tidak punya gejala.

Apalagi status COVID-19 mereka akan sulit diketahui karena tidak bisa dites saat ini akibat sedang kosongnya pasokan alat tes rapid antigen di Australia.

BACA JUGA: Covid-19 Kembali Menyasar Siswa, 7 Sekolah di DKI Jakarta Ditutup

Ada ancaman rekomibinasi varian virus

Epidemiolog asal Indonesia dari Griffith University, dr Dicky Budiman menilai, kebijakan Pemerintah beberapa negara bagian di Australia yang memperbolehkan tenaga kesehatan yang terpapar COVID-19 dan berstatus kontak erat dan berisiko positif COVID-19 perlu dievaluasi.

"Karena bicara soal potensi penularan, lebih tinggi [penularan] di fasilitas kesehatan sehingga bisa mendatangkan potensi klaster yang lebih besar," kata dr Dicky.

Dokter Dicky mengatakan kekurangan tenaga kesehatan akibat penularan yang sedang tinggi tidak bisa dihindari, namun solusinya mungkin tidak harus demikian.

Menurut dr Dicky, ada potensi risiko ganda: bukan hanya untuk yang bersangkutan secara individu, tetapi juga untuk masyarakat umum, baik yang datang ke rumah sakit dan yang tinggal bersama nakes tersebut.

Namun, ancaman yang perlu diperhitungkan adalah rekombinasi varian vrius.

"Tidak aja jaminan, seseorang yang sedang terinfeksi satu varian, tidak bisa terinfeksi oleh varian lainnya, dan ini yang dikhawatirkan."

"Ketika kita membiarkan varian Omicron ini merajalela, kita sebenarnya telah mengundang masalah baru, yakni rekombinan varian, yaitu [kasus di mana] seseorang yang terinfeksi lebih dari satu varian akhirnya akan melahirkan suatu varian baru." 'Tak ada solusi instan'

Di Melbourne sendiri saat ini ada lebih dari 221.726 kasus COVID-19 aktif dan menyebabkan jumlah tenaga kerja di bidang kesehatan dan industri penting menjadi berkurang.

Komandan tanggap COVID-19 di negara bagian Victoria, Jeroen Weimar mengatakan mereka yang tidak perlu diisolasi hanyalah pekerja di bidang esensial dan mereka diminta untuk tidak berpartisipasi dalam kegiatan sosial apa pun.

Ia juga mengatakan seperempat hingga setengah yang menjadi kontak erat berakhir dengan menjadi tertular.

Kepala negara bagian Victoria, Premier Daniel Andrews mengatakan ada ribuan perawat, dokter, dan paramedis yang melapor tidak bisa bertugas, padahal angka yang masuk ke rumah sakit mencetak rekor tertinggi sepanjang pandemi.

Ia mengatakan aturan ini "masuk akal", karena tidak ada "solusi instan" untuk mengatasi kekurangan pekerja nasional karena ratusan ribu orang Australia tertular Omicron.

"Tidak ada solusi sederhana ... kita perlu melakukan yang terbaik yang kita bisa, kita perlu membuat semua orang mendapatkan booster," katanya.

Premier Daniel menambahkan, pekerja yang dikecualikan dari isolasi karena berstatus kontak erat harus menjalani tes antigen cepat setiap hari dan menerima hasil negatif sebelum berangkat kerja.

Mereka juga harus memakai masker wajah setiap saat, diutamakan masker N95.

Pemberi kerja bertanggung jawab untuk menyediakan alat tes rapid antigen dan masker N95. Kasus harian Australia naik 5.000 kali lipat dibanding tahun 2021

Kurangnya pekerja di berbagai sektor di Australia dalam pekan ini dipicu meningkatkanya penularan COVID-19 di Australia, baik angka kasus harian maupun angka kasus aktif.

Rabu kemarin (12/01), angka kasus aktif di Australia tercatat sebanyak 819.196, naik lebih dari 2.000 kali lipat dibanding jumlah kasus aktif 12 Januari 2021 yang hanya 312 kasus.

Sementara jumlah rata-rata kasus harian naik 5.000 kali lipat, dari 17 kasus pada 12 Januari tahun lalu, menjadi 90.974 kasus hari ini. 

Dalam dua belas hari terakhir di tahun 2022, angka kasus aktif dan rata-rata harian naik hampir lima kali lipat.

Untuk menangani wabah terbaru dari varian Omicron, Pemerintah Australia gencar meminta warga untuk menerima vaksinasi dosis ketiga atau booster.

Hingga kemarin tercatat hampir 20 persen penduduk Australia sudah menerima dosis ketiga.  

BACA ARTIKEL LAINNYA... The Daddies Melesat ke Perempat Final India Open 2022 di Tengah Ancaman Covid-19

Berita Terkait