Australia Negara Maju, tetapi Jumlah Warganya yang Kelaparan Meningkat Tajam

Selasa, 13 Oktober 2020 – 07:32 WIB
Dolar Australia. Foto: ABC.net.au

jpnn.com, CANBERRA - Jumlah warga Australia yang membutuhkan donasi makanan naik hampir dua kali lipat selama COVID-19 merebak. Pekerja lepas dan pelajar internasional adalah kelompok yang terdampak paling parah.

Menurut Foodbank, lembaga penyedia donasi dan bahan makanan terbesar di negara itu, tiga dari 10 warga Australia yang mengalami kerentanan pangan pada 2020 tidak merasakannya sebelum COVID-19 merebak.

BACA JUGA: Apa Saja Perubahan Imigrasi Australia dan Biaya Visa Apa yang Dikembalikan?

"Laporan itu menyoroti bahwa, di saat kebutuhan atas donasi makanan menjadi tidak menentu dan tidak bisa diprediksi, sejumlah badan amal melaporkan bahwa total permintaan naik 47 persen dan banyak dari mereka yang kini mengalami kerentanan pangan sebelumnya tidak pernah membutuhkan bantuan," tutur CEO Foodbank Australia Brianna Casey.

Pekerja lepas, yang menghadapi kemungkinan lebih besar untuk kehilangan pekerjaan akibat pandemi, dan pelajar internasional, yang biasanya tidak memenuhi syarat untuk memperoleh bantuan pemerintah, merupakan dua kelompok yang lebih rentan jika dibandingkan dengan kelompok lain.

BACA JUGA: Pramugari Malindo Air Selundupkan Narkoba ke Australia

Selain itu, anak muda mengalami kerentanan pangan pada level yang jauh lebih tinggi dibanding generasi tua, dengan 65 persen penderita kerentanan pangan berusia 18-25 tahun mengalami kelaparan sedikitnya sekali dalam sepekan.

Meski pemerintah telah mengeluarkan paket kesejahteraan yang bertujuan untuk membantu mereka yang terdampak pandemi, ada kekhawatiran tentang bagaimana mereka bisa bertahan hidup saat pembayaran dihentikan atau dipangkas, menurut laporan itu.

BACA JUGA: Pemerintah Australia Umumkan Anggaran Baru, Apa Artinya Bagi Diaspora Indonesia?

Sementara itu, banyak pelajar internasional yang tinggal di Australia selama pandemi, yang biasanya juga termasuk dalam kelompok pekerja rentan, tidak dapat mengakses bantuan apa pun.

"Karena status visa mereka, pelajar internasional biasanya tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan bantuan pemerintah meski banyak di kelompok ini bergantung pada pekerjaan yang pertama kali hilang ketika pandemi mulai merebak," sebut laporan itu.

"Banyak dari mereka berada di posisi yang sangat sulit, tidak bisa kembali ke kampung halaman serta memiliki keluarga yang mungkin juga sedang mengalami kesulitan dan tidak mampu membantu mereka." (xinhua/ant/dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler