Spesies domba pedaging unggul baru berhasil diperkenalkan setelah dikembangkan selama 25 tahun dari Kawasan Margaret River yang terkenal dengan produk anggur dan lokasi berselancar di Perth, Australia barat (WA).

Neil Garnett adalah sosok di balik program pemuliaan domba selama 25 tahun yang berhasil melahirkan domba pedaging baru dengan sebutan "domba utama" atau ‘master lamb’.

BACA JUGA: Masjid Terbaru Di Sydney Segera Dioperasikan

Neil Garnett merupakan sosok yang amat dikenal dalam industri wol halus. Dia pernah menjadi peternak domba merino paling sukses di Australia, dan berhasil memegang rekor domba termahal dalam industri ini – dan rekor ini bertahan selama 30 tahun – dengan memiliki seekor domba jantan senilai $ 450.000 atau sekitar Rp 4,7 miliar. Photo: Bulu domba merino.
(ABC Rural: Emma Brown)

BACA JUGA: China Buka Kamp Indoktrinasi di Wilayah Muslim Xinjiang

Dia telah muncul kembali setelah hampir seperempat abad absen dari sorotan media yang memang sengaja dilakukannya untuk meluncurkan spesies domba biakan barunya, yang merupakan domba pedaging yang tumbuh dengan cepat dan mudah dirawat dengan merek dagang terdaftarnya sendiri.

Neil Garnett mendapatkan reputasi nasional sebagai pemilik dari peternakan domba merino Collinsville yang bersejarah dari Australia Selatan.

BACA JUGA: Bekas Neo-Nazi Kembali ke Australia Setelah Perang di Ukraina

Peternakan domba itu bangkrut pada tahun 1990, dan meninggalkan beban utang pada saat itu dilaporkan bernilai $43 juta atau setara Rp 457 miliar. Jumlah itu menempatkannya sebagai pengusaha yang mengalami kebangkutan terbesar dalam sejarah di negara bagian Australia Selatan.

Kejatuhan dan kemunduran parah dialami industri ternak domba Australia setelah Pemerintah Australia menarik jaminan harga dasar cadangan untuk produk wol, yang memicu krisis terbesar dalam sejarah panjang industri wol Australia, dimana terjadi kerugian senilai lebih dari $ 15 miliar dan 12 juta domba yang tidak diinginkan terpaksa disembelih. Photo: Nilai wol Australia telah mencapai rekor tertinggi belakangan ini.
(Disediakan: Mecardo)

Dari wol ke daging domba

Neil Garnett kemudian pindah dari Gnowangerup di Australia Barat (WA) pada tahun 1985 dan mengambil alih peternakan Collinsville dan segera mendapat gambaran baru bagi industri itu melalui sebuah inovasi.

Dia memelopori teknik-teknik pemuliaan seperti sperma beku, inseminasi laparoskopi dan sinkronisasi siklus kesuburan.

Sekarang, untuk pertama kalinya dia membeberkan secara terbuka peristiwa yang menyebabkan kebangkrutan Collinsville.

Dia mengaku bertanggung jawab atas utang senilai $ 23 juta tetapi mengatakan dirinya adalah kambing hitam yang tidak bersalah atas keadaan yang terjadi di luar kendalinya.

"Ketika Anda masuk ke situasi di mana kesalahan diperlukan, Perusahaan Wol ketika itu berada dalam situasi keruntuhan," kata Garnett.

"Kami melakukan kerjasama dengan Bank di Negara bagian Australia Selatan, satu-satunya bank dalam sejarah Australia yang mengalami kebangkrutan. Kondisinya saat itu sangat kacau ... sangat bermasalah.

"Kami dibebani tingkat suku bunga 19 persen. Saya tidak yakin bagaimana orang-orang sekarang akan mampu menghadapi situasi seperti itu.

"Sementara saya tidak mencoba menyalahkan orang lain, tentu saja ada keputusan kebijakan yang Anda buat terutama ketika pemerintah menjamin harga terendah untuk wol dan itu tidak akan pernah berubah." Photo: Neil Garnett memegang rekor dunia untuk domba Merino termahak di dunia sebanyak enam kali.
(Landline: Glyn Jone)

Neil Garnett mengatakan seluruh rencana bisnisnya didasarkan pada keberhasilan Corporation Wool, yang dikagumi secara global atas kepemimpinan di industri ternak domba.

"Saya adalah satu-satunya pemegang saham di Collinsville. Tidak ada orang lain, hanya ada saya," kata Garnett.

Neil Garnett menambahkan dia bangga berhasil memperoleh gelar rekor dunia bersama peternakan dombanya Collinsville pada sekitar 10 kali kesempatan dan membawa teknologi mutakhir ke industri perkawinan silang domba merino.

Sebelum perusahaannya bangkrut, ia telah meningkatkan modal peternakan itu dari $ 2 juta menjadi $ 10 juta dalam satu tahun dan menjual sperma senilai $ 1 juta dari seekor domba jantan. External Link: Paddock pilots muster their flock

"Saya menanggung sebagian besar kesalahan, Ini Hukum Murphy, ini yang terjadi," kata Garnett.

"Jika saya lima tahun sebelumnya atau lima tahun kemudian, itu akan menjadi cerita yang sama sekali berbeda.

"Kami hanya harus bekerja menggunakan teknologi dan menggunakan semua yang pernah saya pelajari untuk memperkenalkan perubahan ke dalam industri wol," kata Garnett.

Master domba adalah gabungan dari delapan breed domba pedaging yang berbeda dan berutang genesis untuk keterlibatan Neil Garnett dengan kelompok penangkaran, yang mengimpor 10.000 embrio dari domba pedaging breeding seperti Damara ke Australia pada awal 1990-an.

Sejak saat ini Neil Garnett berkutat pada upaya melahirkan ‘domba master’, yang secara selektif dikembangbiakan dari keturunan domba pedaging terbaik di Afrika, Israel dan Eropa. Photo: Generasi baru domba master yang dikembang biakan selama 25 tahun. (Landline: Robert Koenig-Luck)

"Saya merasa semacam berhasil mendaki puncak Gunung Everest dalam  industri wol dan saya benar-benar ingin melakukan sesuatu yang benar-benar berbeda dan tentu saja domba-domba ini tidak bisa lebih berbeda karena kulit mereka seperti sapi," katanya.

"Benar-benar tidak ada bulu wol, peternak tidak perlu mencukur mereka, tetapi memiliki banyak ciri-ciri domba pada umumnya dan juga prinsip umum dalam mengembangkan jenis baru ini."

Neil Garnett mengatakan dia telah memilih sifat-sifat genetik yang menekankan pada perawatan yang mudah, konfirmasi yang kuat, tingkat kesuburan yang tinggi dan kaki yang baik untuk berjalan jarak jauh.

Domba pedaging unggulan baru ini sangat cocok untuk penggembalaan di padang rumput marginal atau di blok-blok kecil yang membutuhkan domba dengan pemeliharaan yang tidak terlalu lama yang dapat memelihara rumput sebagaimana juga ternak.

Simak beritanya dalam Bahasa Inggris disini.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jejak DNA, Petani Pertama Asia Tenggara Migrasi dari China

Berita Terkait