KETUA Badan Anti Diskriminasi negara bagian New South Wales Stepan Kerkyasharian menegaskan Australia sedang menghadapi ancaman gesekan rasial terbesar dalam 30 tahun terakhir.
Hal itu disampaikan Kerkyasharian kepada ABC, menanggapi aksi demonstrasi kelompok yang menamakan dirinya Reclaim Australia dalam dua hari berturut-turut di sejumlah kota di negara itu.
BACA JUGA: 5 Isu yang Perlu Diketahui Mengenai Papua Barat
Sepanjang Sabtu dan Minggu (18 dan 19 Juli 2015) puluhan pendukung Reclaim Australia yang anti Islam turun ke jalan-jalan dengan tujuan untuk apa yang mereka sebut "mempertahankan budaya dan cara hidup Australia".
Namun di setiap tempat, mulai dari Melbourne, Hobart, Perth, Sydney hingga Mackay, kelompok ini selalu mendapat aksi demonstrasi tandingan dari para aktivis anti rasis. ABC mencatat aksi demo kelompok Reclaim Australia berlangsung di 18 tempat selama dua hari itu.
BACA JUGA: Bernard Tomic Ditahan Polisi di Miami Setelah Mabuk
Bahkan di Melbourne, kedua kelompok ekstimis kanan tersebut terlibat bentrok dengan aktivis anti rasis dan terjadi saling dorong serta saling lempar di pusat kota di sekitar gedung parlemen pada hari Sabtu (18/7/2015).
Anggota Parlemen Australia George Christensen berorasi dukung aksi demo Reclaim Australia.
BACA JUGA: Warga Indonesia Rayakan Idul Fitri di Tengah Musim Menggigit di Melbourne
Di kota Mackay di Queensland utara, seorang anggota Parlemen Australia dari partai pemerintah (Partai Liberal Nasional) George Christensen bahkan menjadi pembicara utama aksi demo Reclaim Australia hari Minggu.
Christensen menilai bahwa kelompok Reclaim Australia itu "memiliki argumentasi yang kredibel" dan para pendukungnya "memiliki kredibilitas".
Di Sydney, aksi demo berlangsung di sekitar Martin Place dihadiri 150 pendukung Reclaim Australia, di antaranya dengan mengenakan pakaian ala prajurit Yunani kuno.
Dalam aksi demo terpisah di Rockhampton, bekas pemimpin Partai One Nation Pauline Hanson turut menjadi pembicara mendukung kelompok anti Islam.
Menurut Kerkyasharian, kemungkinan kejadian kerusuhan rasial seperti peristiwa Kronula beberapa tahun silam bisa saja terjadi kembali, mengingat semakin meluasnya aksi-aksi kelompok Reclaim Australia.
"Warga masyarakat yang ketakutan karena menjadi target dan sasaran akibat agama yang mereka anut, sementara di sisi lain ada warga yang merasa di antara mereka ada yang setiap saat siap meledakkan bom. Maka, itulah formula bencana," jelasnya.
Seorang aktivis anti rasis dengan berani menentang kerumunan kelompok Reclaim Australia.
Di mata Badan Anti Diskriminasi harmoni sosial di Australia saat ini berada dalam level terendah, dan akibatnya kelompok yang mendukung perpecahan rasial akan semakin berkembang.
"Saya sendiri belum pernah melihat kohensi sosial terancam seperti sekarang ini selama 30 tahun terakhir," kata Kerkyasharian.
"Namun saya percaya masyarakat Australia. Setiap kali ada kelompok rasis uyang muncul, masyarakat kebanyakan selalu mengalahkan mereka," jelasnya.
Pemantauan ABC, aksi demo di kebanyakan lokasi dalam dua hari tersebut diwarnai kehadiran kelompok anti rasis yang lebih besar jumlahnya.
Para aktivis anti rasis melakukan demo tandingan menentang aksi Reclaim Australia.
Sesekali anggota salah satu kelompok mencoba mendekati kelompok lawannya, membuat polisi yang berjaga-jaga selalu bersiaga mencegah terjadinya bentrokan.
Menurut pengataman ABC, aksi di Sydney berlangsung relatif damai sepanjang hari Minggu, tidak sama seperti yang terjadi di Melbourne.
Alan Clarke dari Kepolisian NSW menyatakan, aksi demo berjalan tertib. "Ada dua orang yang ditangkap dan kemungkinan ada diproses lebih lanjut," katanya.
Sebaliknya di Melbourne pada hari Sabtu, sedikitnya 400 polisi harus diturunkan mengatasi keributan. Polisi terpaksa menyemprotkan capsicum spray (semprotan yang mengandung zat yang pedas).(admin)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mahasiswa Australia Pertahankan Gelar Juara Dunia Robot di China