Autisme pada Anak Perempuan Lebih Sulit Dikenali

Rabu, 22 Januari 2014 – 00:22 WIB

jpnn.com - BEBERAPA penelitian menunjukkan bahwa diagnosis tentang autisme bisa lebih terlihat pada anak laki-laki. Bahkan, guru untuk anak berkebutuhan khusus pun mengatakan, enam kali lebih mungkin mengidentifikasi anak laki-laki yang memiliki autism spectrum disorder (ASD) dibanding perempuan.

Pararel dengan itu, kalangan orang tua juga menilai diagnosis autisme pada anak lelaki dua kali lebih mudah daripada anak perempuan. Lantas, apa yang membuat autisme pada anak laki-laki lebih mudah dikenali?

BACA JUGA: Jalan Kaki Lebih Lama, Turunkan Risiko Stroke

Sebuah studi yang dilakukan University College London menemukan fakta bahwa sebenarnya ciri-ciri autis justru lebih sering terjadi pada anak perempuan. Kesimpulam itu diketahui dari serangkaian tes untuk menganalisis reaksi emosional 3500 peserta di University of Bristol.

Dalam tes itu, peserta diminta mengidentifikasi emosi orang seperti senang, sedih, marah, dan takut. Kemudian, mereka diminta memasukkan atribut emosi itu ke segitiga dan lingkaran animasi yang bergerak. Anak laki-laki dan perempuan yang sebelumnya diidentifikasi memiliki ciri autisme cenderung membuat kesalahan ketika mengidentifikasi wajah sedih dan takut dengan wajah bahagia.

BACA JUGA: 5 Olahraga Bagi yang Mudah Sesak Napas

Sedangkan anak perempuan dengan ciri-ciri autis lebih baik dalam mengenali emosi dalam foto. Namun, kemampuannya tidak begitu baik ketika dihadapkan pada animasi segitiga dan lingkaran.

Menurut para peneliti, hal itu menunjukkan perempuan mungkin lebih baik menutupi ciri autisme mereka dalam situasi sosial dalam kesehariannya. Tapi, mereka kurang mampu melakukannya ketika berada di lingkungan sosial yang tidak biasa.

BACA JUGA: Ini Dia Hormon yang Bikin Suami Selalu Tertarik Istri

"Kurangnya hubungan antara kesulitan komunikasi sosial dan pengenalan emosi pada anak perempuan menunjukkan bahwa mereka bisa belajar untuk mengkompensasi kesulitan dalam mengidentifikasi emosi," kata Dr. Radha Kothari, penulis utama studi seperti dilansir laman news.com.au, Senin (20/1).

Menurut Dr Radha, studi ini bisa menjadi alternatif untuk mendiagnosa anak perempuan yang bisa saja memiliki gejala autisme dan ia bisa kehilangan pengobatan yang semestinya mereka butuhkan.(fny/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ini Cara agar Tetap Dekat dengan Anak Sibuk Kerja


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler