Awal Tahun, BI Prediksi Tren Inflasi Rendah

Kamis, 25 Januari 2018 – 10:54 WIB
Bank Indonesia. Foto: Ilana Adi Perdana/Jawa Pos.Com/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memprediksi tren inflasi rendah kembali terjadi pada Januari 2018.

Prediksi tersebut tidak terlepas dari keberhasilan pemerintah dalam mengendalikan harga pangan bergejolak (volatile food) sepanjang 2017.

BACA JUGA: Sri Mulyani Minta Masyarakat Tidak Gunakan Bitcoin

Pendorong utama inflasi justru berasal dari harga-harga komoditas yang diatur pemerintah (administered prices).

Menurut Gubernur BI Agus Martowardojo, tahun lalu realisasi inflasi volatile food hanya sebesar 0,71 persen.

BACA JUGA: Waspada! Uang Palsu Marak di Pantura

Angka tersebut merupakan yang terendah dalam 14 tahun terakhir.

Nah, berdasar survei inflasi BI hingga pekan ketiga, Agus memproyeksikan inflasi awal tahun berada di angka 0,6 persen.

BACA JUGA: Makin Populer, Bitcoin Tak Bisa Dibendung

”Inflasi Januari minggu ketiga ada di kisaran 0,6 persen month-to-month (mtm). Kami melihat ada di bawah 3,5 persen (year on year),” jelas Agus saat ditemui di gedung MUI, Rabu (24/1).

Mantan menteri keuangan tersebut menguraikan beberapa faktor pendorong inflasi awal tahun ini.

Di antaranya, kenaikan beberapa volatile food seperti kenaikan harga beras, cabai, dan tanaman hortikultura.

Karena itu, pihaknya menyambut baik keputusan pemerintah untuk mengimpor beras, terutama menjelang masa panen dalam waktu dekat.

”Ada kenaikan harga beras dan cabai serta hortikultura. Tetapi, kami melihat dan menyambut baik ketika pemerintah memutuskan impor beras. Kami tahu dalam waktu yang tidak lama lagi panen beras berlangsung sehingga harga akan terkendali,” jelasnya.

Agus menambahkan, pihaknya berharap ada koordinasi antara otoritas moneter dan pemerintah.

Termasuk pemerintah daerah dalam mengendalikan harga pangan pada awal tahun sehingga mampu mengendalikan inflasi sepanjang 2018.

Tahun lalu, koordinasi BI dengan pemerintah dalam menjaga stabilitas harga pangan cukup berhasil.

Di sisi lain, harga-harga komoditas pangan dunia memang sedang rendah.

Hal tersebut juga terbantu dengan stabilnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.

Karena itu, Agus berharap koordinasi yang baik tersebut bisa kembali dilakukan tahun ini.

Pemerintah menargetkan, tingkat inflasi tahun ini di angka 3,5 persen plus minus satu.

”Targetnya ini lebih rendah daripada 2017. Karena itu, ada komitmen yang kami sepakati dengan TPID (tim pengendali inflasi daerah) pusat,” jelasnya.

Yang pertama, disepakati bahwa inflasi volatile food tidak boleh melebihi 4–5 persen.

”Kami juga mewaspadai volatile food. Misalnya, beras, cabai, bawang. Insyaallah bisa mencapai target,” lanjut Agus.

Sementara itu, pengamat ekonomi Indef Bhima Yudhistira juga memperkirakan besaran inflasi di kisaran 0,6–0,7 persen (mtm).

Faktor pendorongnya, antara lain, kenaikan harga pangan, khususnya beras dan ayam potong.

Dia menuturkan, komponen volatile food atau bahan pangan memang akan menyumbang inflasi paling besar pada Januari.

’’Sementara dari sisi harga yang diatur pemerintah atau administered price, ada penyesuaian harga BBM nonsubsidi, khususnya pertalite dan pertamax,’’ ujar Bhima. (ken/c7/fal)

BACA ARTIKEL LAINNYA... BI Larang Penggunaan Cryptocurrency jadi Alat Pembayaran


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler