Awal Tahun Depan, Bursa Kantongi Empat Emiten Baru

Kamis, 12 Desember 2013 – 05:50 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Di tengah kurang kinclongnya kondisi pasar, perusahaan baru yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) justru ramai. Sebanyak 31 emiten akan melantai sampai akhir tahun ini atau melampaui 30 emiten sesuai target Bursa Efek Indonesia (BEI) dan empat perusahaan siap menyusul awal tahun depan.

PT Logindo Samudramakmur Tbk (LEAD) resmi menjadi emiten ke 29 yang tercatat di tahun ini atau menambah jumlah emiten menjadi 482 di BEI. Saham ini dibuka di harga 2.800, sempat menguat ke 3.100 namun akhirnya ditutup flat di 2.800. Dijadwalkan PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk masuk papan bursa hari ini dan ditutup PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) jelang penghujung Desember 2013.

BACA JUGA: KPPU Tahan XL Akuisisi Axis

Direktur Penilaian Perusahaan BEI, Hoesen, mengatakan masih ada empat perusahaan yang sudah masuk pipeline untuk segera listing namun tidak akan tertampung di tahun ini sehingga mundur ke awal 2014. Mereka adalah PT Bank Panin Syariah, PT Bank Ina, PT Blue Bird Grup, dan PT Bali Tower.

"Untuk saat ini, yang bisa saya katakan ada empat perusahaan siap IPO. Keempatnya memakai buku laporan keuangan periode September 2013. Untuk Bali Tower akan melaksanakan mini expose akhir pekan ini," ujarnya usai pencatatan saham LEAD di gedung BEI, kemarin.

BACA JUGA: Jumlah Penumpang Udara Diprediksi Capai 93,56 Juta

Hoesen menilai jumlah emiten baru relatif tinggi tidak lepas dari kondisi pasar yang positif setidaknya sampai pertengahan tahun. Dalam kondisi pasar bullish berimbas pada kenaikan rata-rata Price to Earning Ratio (PER) sehingga emiten baru bisa menawarkan harga sahamnya pada harga maksimal.

Namun, penawaran harga maksimal itu tetap diupayakan di bawah PER rata-rata dari perusahaan yang bergerak di industry sejenis yang sudah tercatat di BEI. Itu lah yang menjadi poin penting agar menarik minat investor untuk membeli.

BACA JUGA: Gunakan Biomassa, Semen Indonesia Paling Efisien Se-Asia

"Logikanya kan begitu. Ibarat mobil saja, kalau tipe mobil yang lama masih bagus dan harganya bagus kenapa harus beli yang baru dan belum ketahuan kualitasnya tapi harganya sama atau malah lebih mahal?" ungkapnya.

Meski begitu harus diakui bahwa tidak ada yang bisa memerediksi pasar secara pasti di masa mendatang. Sehingga saat pasar dalam kondisi baik itu lah magnetnya dan persoalan pada akhirnya saat listing pasarnya berbalik arah menjadi merah, resikonya harus sudah diantisipasi.

"Jangan kan memerediksi pasar beberapa bulan ke depan. Seminggu ke depan seperti apa kita tidak tahu. Tapi kan kebutuhan pendanaan dari perusahaan tidak bisa menunggu dan itu yang terbaik ya mencari di pasar modal, masuk bursa," terangnya.

Direktur Utama LEAD, Eddy K Logam, meyakini situasi pasar memang memberikan imbas terhadap harga saham di bursa. Namun yang paling berpengaruh besar adalah kinerja perusahaan. Sejauh perusahaan positif, seperti apapun kondisi pasarnya, kata dia, saham akan tetap diburu investor.

"Dan kami yakin fundamental perusahaan kita kuat jadi kami optimistis, tidak terlalu menghkawatirkan situasi pasar. Investasi kita bersifat jangka panjang," yakinnya.(gen)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Perluas Pabrik Feronikel Pomalaa, Antam Gandeng Daesung


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler