jpnn.com - JAKARTA - Pakar ekonomi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Revrisond Baswir mengaku khawatir, dana desa yang dialokasikan dari APBN untuk desa, kembali disedot untuk kepentingan masyarakat di perkotaan melalui Perbankan.
Apalagi dana desa disetor lewat rekening pemerintah kabupaten/kota, sehingga tidak bisa langsung dipakai untuk program-program desa.
BACA JUGA: Soal Satu Pintu, Ibu Ini Ingin Berbagi Kisah ke Jokowi
“Saya khawatir dana desa diserap lagi ke kota melalui perbankan. Bank sebagai pengepul dana dengan nasabahnya adalah masyarakat desa, namun dana itu justru diputar ke kota-kota besar. Sedangkan dana yang kembali untuk desa dalam bentuk kredit usaha rakyat hanya sedikit,” ujar Revrisond, Jumat (18/9).
Kecurigaan Revrisond mengemuka karena menurutnya dalam perbankan ada istilah Loan to Deposit Ratio (LDR). Di mana bila datanya diamati akan terlihat perbankan lebih sering menarik dana dari desa, namun rasio penyebaran kreditnya lebih banyak di kota-kota besar.
BACA JUGA: Tersangka Kasus Alkes Universitas Ini Segera Disidang
“Ini yang saya katakan bank sebagai pengepul dana. Di Jawa misalnya, tabungan masyarakat 100 persen, namun yang kembali kepada masyarakat desa dalam bentuk kredit UMKM hanya sekitar 52 persen. Kalau di Kalimantan yang kembali ke masyarakat desa hanya sekitar 16 persen,” ujarnya.
Karena itu Revrisond menilai dana desa perlu didorong jangan sampai disedot perbankan untuk disalurkan ke kota-kota besar. Padahal yang tengah diupayakan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (DPDTT) sangat bagus, menggerakkan ekonomi desa dengan memanfaatkan dana desa,” ujarnya.(gir/jpnn)
BACA JUGA: Akhirnya, Jokowi dan Ibu Negara Hadiri Sail Tomini
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ditanya soal RJ Lino, Beginilah Reaksi Rizal Ramli
Redaktur : Tim Redaksi