Awas! Hawa Panas Hingga September

Minggu, 31 Mei 2015 – 09:18 WIB
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya. Foto: dok.JPNN

jpnn.com - JAKARTA – Hawa panas menyengat belakangan ini tampaknya belum akan berakhir dalam waktu dekat.

BMKG pusat memprediksi puncak musim kemarau terjadi pada September. Meski demikian, hawa panas itu tidak sangat tinggi. Sebab, fenomena El Nino yang akan terjadi di Indonesia masih di ambang batas normal.

BACA JUGA: Jika Terbukti Ijazah Palsu, PNS Dipenjara, ya Otomatis Bisa Dipecat

Cuaca panas itu membuat Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) ekstrawaspada. Salah satunya terkait dengan terjadinya kebakaran hutan dan lahan.

”Saya deg-degan dengan prediksi cuaca ini. Saya sudah berkoordinasi dengan beberapa pihak untuk tindak lanjut prediksi BMKG. Antisipasi kebakaran hutan yang paling gawat,” ujar Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya, Sabtu (30/5).

BACA JUGA: BKN Akui Banyak PNS Pesan Ijazah Kilat

Setiap tahun kebakaran hutan dan lahan (karhutla) terus terjadi dan mengakibatkan kabut asap yang bukan hanya hitungan hari saja. Salah satunya di Provinsi Riau.

”Saya juga sudah mendapatkan catatan dari Singapura terkait musim kemarau yang akan terjadi hingga beberapa bulan ke depan,” jelas Siti Nurbaya.

BACA JUGA: Ribut Ijazah Palsu, Lupa Isu Reshuffle?

KLHK pun sudah melakukan antisipasi terkait hal tersebut. Sejauh ini langkah-langkah yang masih dijalankan adalah membikin hujan buatan, water booming,membuat sekat kanal rawa gambut di daerah rawan karhutla, dan menyiapkan personel BNPB untuk posko di daerah dan pusat.

Berdasar data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), pembuatan sekat kanal rawa gambut memberikan solusi yang efektif. Pada Januari–Mei 2014 ada 7.271 hot spot (titik api), namun saat ini hanya tercatat 1.893 hot spot.

”Kami melihat situasi terjadinya kebakaran dan prediksi cuaca dari BMKG terlebih dahulu,” ujarnya. Kementerian LHK akan melakukan patroli, khususnya di Pulau Sumatera.

Beberapa daerah sudah menjadi sorotan utama akan terjadi karhutla. Di antaranya, Riau, Sumatera Selatan, Jambi, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah yang menjadi fokus utama. Selanjutnya, Sumatera Utara dan Kalimantan Selatan.

”Beberapa hari lalu saya mendapat laporan bahwa di Kalimantan Tengah titik api agak naik,” ujarnya. Jumlahnya masih belum diketahui.

Politikus Partai Nasional Demokrat itu pun lebih mengikuti data dan melakukan mapping daerah karhutla. ”Saya akan terus memantau. Minggu depan melakukan langkah konkret antisipasi bersama ahli-ahli perubahan iklim dan Dewan Pengarah Nasional,” jelasnya. (lus/c10/end)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ijazah Menteri juga Harus Dicek


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler