NEWYORK--Ada anekdot yang menyatakan stress bisa memicu rambut seseorang menjadi abu-abu. Benarkah hal itu? Hal ini mungkin bisa jadi benar, pasalnya hasil studi yang dilakukan Dr Mayumo Ito dan rekannya di New York University menemukan munculnya uban setelah periode stres atau kerusakan kulit yang merupakan hasil dari hilangnya sel induk dari dasar folikel rambut.
Menurut laman abc (10/6), hasil penelitian terbaru ini dilaporkan dalam jurnal Nature Medicine, yang juga menunjukkan kemungkinan ditemukannya metode baru pengobatan untuk gangguan pigmentasi kulit seperti vitiligo atau piebaldism.
Dijelaskan, rambut dan kulit memiliki pigmen melanin yang diproduksi oleh sel yang disebut melanosit. Melanosit terletak di suatu daerah di bagian paling dasar folikel rambut yang disebut 'bulge'.
Dr Mayumo Ito dan rekan dari New York University menemukan bahwa ketika kulit rusak atau diradiasi, sel-sel induk melanosit membantu memperbaiki kerusakan kulit dengan meninggalkan folikel rambut dan menuju ke kulit untuk mengisi kekurangan melanosit di lapisan luar kulit.
Namun dalam prosesnya, mereka meninggalkan bagian paling dasar folikel rambut tanpa pasokan sel induk melanosit. "Biasanya sel induk hanya tinggal di mana mereka seharusnya berada di wilayah 'bulge', sel-sel membelah dan sel anak masuk ke folikel rambut untuk membuat pigmen rambut," kata Professor Rick Sturm, Institute of Molecular Biosciences University of Queensland.
Namun dalam kasus cidera kulit atau paparan UV, seperti yang terjadi dalam percobaan tikus, sel-sel induk muncul untuk bermigrasi keluar tanpa melakukan replikasi. "Ketika itu terjadi, rambut kehilangan kemampuan untuk membuat melanin sehingga menjadi putih," jelas Sturm.
Para peneliti juga menemukan reseptor kunci yang terlibat dengan migrasi sel induk atau MC1R, yang dipicu oleh hormon stres seperti hormon adrenokortikotropik (ACTH) dan hormon yang merangsang melanin. Hal ini menjelaskan mengapa stres dihubungkan dengan peningkatan uban.
"Hormon stres (ACTH) memicu migrasi melanosit dari folikel rambut menuju lapisan epidermis dan kami pikir itu menarik spekulasi bahwa stres yang berlebihan dapat menyebabkan migrasi ini terlalu banyak dengan mengorbankan melanosit dalam folikel rambut," kata Ito.
Berbeda dengan rambut abu-abu selama proses penuaan yang merupakan hasil dari kelelahan dan hilangnya sel induk melanosit. "Tentu saja stres dapat mempengaruhi sel-sel batang dan merupakan salah satu cara kehilangan sel induk lebih cepat," ujarnya.
Dengan penemuan ini para ilmuwan lebih memudah untuk melakukan pengobatan terhadap penyakit kelainan kulit seperti vitiligo atau depigmentasi kulit, dan pencegahan hiperpigmentasi yaitu terlalu banyaknya pigmen di kulit.(esy/jpnn)
Menurut laman abc (10/6), hasil penelitian terbaru ini dilaporkan dalam jurnal Nature Medicine, yang juga menunjukkan kemungkinan ditemukannya metode baru pengobatan untuk gangguan pigmentasi kulit seperti vitiligo atau piebaldism.
Dijelaskan, rambut dan kulit memiliki pigmen melanin yang diproduksi oleh sel yang disebut melanosit. Melanosit terletak di suatu daerah di bagian paling dasar folikel rambut yang disebut 'bulge'.
Dr Mayumo Ito dan rekan dari New York University menemukan bahwa ketika kulit rusak atau diradiasi, sel-sel induk melanosit membantu memperbaiki kerusakan kulit dengan meninggalkan folikel rambut dan menuju ke kulit untuk mengisi kekurangan melanosit di lapisan luar kulit.
Namun dalam prosesnya, mereka meninggalkan bagian paling dasar folikel rambut tanpa pasokan sel induk melanosit. "Biasanya sel induk hanya tinggal di mana mereka seharusnya berada di wilayah 'bulge', sel-sel membelah dan sel anak masuk ke folikel rambut untuk membuat pigmen rambut," kata Professor Rick Sturm, Institute of Molecular Biosciences University of Queensland.
Namun dalam kasus cidera kulit atau paparan UV, seperti yang terjadi dalam percobaan tikus, sel-sel induk muncul untuk bermigrasi keluar tanpa melakukan replikasi. "Ketika itu terjadi, rambut kehilangan kemampuan untuk membuat melanin sehingga menjadi putih," jelas Sturm.
Para peneliti juga menemukan reseptor kunci yang terlibat dengan migrasi sel induk atau MC1R, yang dipicu oleh hormon stres seperti hormon adrenokortikotropik (ACTH) dan hormon yang merangsang melanin. Hal ini menjelaskan mengapa stres dihubungkan dengan peningkatan uban.
"Hormon stres (ACTH) memicu migrasi melanosit dari folikel rambut menuju lapisan epidermis dan kami pikir itu menarik spekulasi bahwa stres yang berlebihan dapat menyebabkan migrasi ini terlalu banyak dengan mengorbankan melanosit dalam folikel rambut," kata Ito.
Berbeda dengan rambut abu-abu selama proses penuaan yang merupakan hasil dari kelelahan dan hilangnya sel induk melanosit. "Tentu saja stres dapat mempengaruhi sel-sel batang dan merupakan salah satu cara kehilangan sel induk lebih cepat," ujarnya.
Dengan penemuan ini para ilmuwan lebih memudah untuk melakukan pengobatan terhadap penyakit kelainan kulit seperti vitiligo atau depigmentasi kulit, dan pencegahan hiperpigmentasi yaitu terlalu banyaknya pigmen di kulit.(esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Imunisasi, Modal Immateri Anak
Redaktur : Tim Redaksi