JAKARTA - Serangan sejenis serangga bernama Tomcat sudah mulai menjalar ke sejumlah daerah. Pertama kali kasusnya di temukan di 13 kecamatan di Surabaya, saat ini diberitakan sudah merambah Tuban dan Yogyakarta. Bisa jadi, diam-diam saat ini sudah menyerang warga di sejumlah daerah. Hanya barangkali belum terdeteksi.
Kemungkinan bisa menjalar ke semua daerah, berdasar keterangan Prof. Dr. Sumali Wiryowidagdo, Apt, Kepala Pusat Studi Obat Bahan Alami, Departermen Farmasi Fakultas MIPA Universitas Indonesia (UI), kepada JPNN, Rabu (21/3). Menurutnya, pola penyebaran Tomcat ini mirip-mirip dengan serangan ulat bulu yang sempat heboh beberapa waktu lalu.
Menurut Sumali, pola penyebaran bukan berantai berdasarkan kedekatan dengan Surabaya. Melainkan, bisa terjadi di mana pun yang terdapat tanaman yang menjadi makanan idola serangga Tomcat itu.
"Seperti serangan ulat bulu dulu itu, di daerah mana pun, jenis tanaman yang dihinggapi sama," ujar Sumali. Hanya saja, Sumali mengaku tidak tahu jenis tanaman apa yang menjadi sasaran Tomcat, serangga berwarna hitam orange itu. Yang pasti, lanjutnya, serangga itu habitat awalnya di kawasan-kawasan pertanian, pinggir-pinggir sungai, dan daerah berawa.
Karena sudah sulit menemukan makanan di habitatnya, Tomcat hijrah ke pemukiman-pemukiman penduduk, mulai dari desa dekat kawasan pertanian, hingga masuk ke kawasan perkotaan. Sebenarnya, kata Sumali, Tomcat bukan menyerang manusia. "Hanya karena jumlahnya banyak, ada yang hinggap di tubuh manusia," ujarnya.
Bagaimana cara mengatasi jika ada Tomcat hinggap di tubuh manusia? "Jangan dipukul. Tapi cukup diusir dengan cara halus sehingga dia tidak merasa terganggu. Kalau merasa terganggu dia mengeluarkan semacam enzim yang bisa menyebabkan kerusakan kulit, panas dan melepuh," sarannya. Sedang kalau dipukul, otomatis tubuhnya pecah dan enzimnya menempel di kulit.
Jika sudah telanjur kena cairan Tomcat bagaimana? Sumali mengatakan, cepat-cepat saja bagian kulit yang kena cairan itu disiram dengan air dan jangan digosok. "Kalau bisa kasih insektisida alami yakni minyak serai," ujarnya. Minyak serai adalah minyak atsiri yang diperoleh dengan jalan menyuling bagian atas tumbuhan tersebut.
Untuk jangka panjang, lanjutnya, harus diidentifikasi jenis tanaman apa yang menjadi makanan Tomcat itu. Jika sudah ditemukan, maka harus disosialisasikan ke masyarakat. Untuk antisipasi, tanaman itu harus disemprot insektisida, atau sekalian dibabat untuk dimusnahkan.
Selain itu, juga mesti dicari binatang apa yang menjadi pemangsa serangga itu. "Kalau itu burung, harus jelas jenis burungnya. Saya tak tahu karena saya bukan ahli hama, bukan juga ahli burung," pungkasnya.
Seperti diberitakan, serangga jenis kumbang yang memiliki bahasa latin rove-bettle ini memang berukuran kecil, namun bila terkena cairan tubuhnya yang mengandung racun, maka dampaknya cukup mengerikan pada kulit. Kulit menjadi panas, merah bahkan menimbulkan benjolan yang perih.
Panjang tubuh serangga Tomcat, sekitar 1-35 mm dengan perpaduan warna orange dan hitam. Bila dilihat sekilas, bentuknya seperti semut dan kalajengking namun memiliki sayap.(sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ditangkap di Bali, Mochtar Mohammad Langsung Dieksekusi
Redaktur : Tim Redaksi