KEHILANGAN orang yang disayangi pastinya sangat menyedihkan. Lebih-lebih lagi jika saat bersamaan kita kehilangan orang-orang yang dikasihi dengan proses yang tak alami. Berikut ini penuturan Nurmawati (20) yang terpaksa kehilangan ayah dan adik karena penembakan yang diduga dilakukan oknum anggota TNI.
Gurat kesedihan yang mendalam masih terlihat jelas di wajah Nurmawati (20) yang kehilangan dua orang yang disayanginya akibat ditembak saat sedang mencari ikan di perairan Pulau Papan Distrik Misool Kabupaten Raja Ampat. Berkali-kali, air mata mahasiswi STIKES Sorong ini jatuh membasahi pipinya, saat terkenang akan ayahandanya, (Alm) La Huni, dan adiknya, (Alm) La Pula.
Mahasiswi jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat ini masih menyimpan duka yang mendalam, terlihat saat ditanyai mengenai sosok ayahnya di mata anak-anaknya, tak terasa air matanya bercucuran. Kendati demikian, dengan suara tertahan bercampur tangis, ia menjawab jika bapaknya adalah seorang yang bijaksana dan tidak suka menggunakan cara-cara kekerasan dalam mendidik anak-anaknya.
Isak tangis sedih gadis berjilbab ini membuat suasana terasa memilukan, seolah semua yang ada saat itu merasakan kesedihan gadis yang tanggal 15 April mendatang ini genap berusia 21 tahun. Didampingi kerabatnya, Nurmawati menceritakan firasat yang didapatkannya melalui mimpi, dua hari sebelum ayah dan adiknya berangkat melaut, yang pada akhirnya merenggut nyawa dua orang yang dikasihinya ini.
”Saya mimpi ada tentara dua orang yang menangkap bapak. Pada saat tertangkap itu, bapak diberi pilihan oleh tentara itu, antara ditahan pada saat itu ataukah ditahan pada bulan depan,” kenangnya. Mimpinya itu tidak berlanjut, karena dirinya langsung terbangun.
Namun saat itu, dirinya tidak sempat memberitahukan perihal mimpinya tersebut kepada ayahandanya. Ia mengaku mulai sadar akan makna firasat melalui mimpinya tersebut, setelah mendengar kabar bahwa sang ayah dan adiknya telah pergi untuk selama-lamanya.
Mengenai sang adik, gadis berjilbab ini mengakui jika dirinya tidak selalu akur dengan adiknya, lantaran La Tula merupakan anak laki satu-satunya dalam keluarga yang tentunya dimanjakan. ”Ya sering berantem gitu mas, tapi berantemnya ya seperti saudara berantem gitu mas. Soalnya dia anaknya manja, lantaran selalu dimanjakan oleh keluarga,” ungkapnya sembari menahan perasaan sedihnya mengenang sang adik yang kini sudah tidak lagi bersamanya.
(Alm) La Huni meninggal dunia meninggalkan seorang istri, 5 anak dan 10 orang cucu. Ia dikenal sebagai sosok yang bijaksana dan tidak suka semena-semena, terutama kepada anak buahnya. Setidaknya, hal itulah yang dinilai oleh dua anak buahnya yang selamat dari maut, La Udin dan La Amo yang mendampingi almarhum hingga maut menjemput.
Sebelum berangkat melaut mengikuti sang ayah, ada perilaku tak biasanya yang ditunjukkan La Tula kepada kakak perempuannya ini, ia sempat makan malam bersama Nurmawati dalam satu piring makan berdua. “Padahal biasanya tidak pernah seperti itu. Saya sendiri juga merasa aneh pada waktu itu,” kenang Nurmawati yang kembali tak kuasa menahan air mata sedihnya mengenang saat-saat bersama adiknya tersebut.
Kepergian dua orang yang disayanginya ini secara bersamaan, Nurmawati sangat bersedih dan terpukul, apalagi segala biaya kuliahnya dahulu dipikul oleh sang ayah yang kini sudah tiada lagi. ”Tidak tahu lagi mas bagaimana nanti kelanjutan kuliah saya,” tuturnya.
Ditanyai kenangan terakhir mengenai sang ayah, Nurmawati bertutur bahwa sebelum berangkat melaut, sang ayah memberinya uang 250 ribu sebagai pegangannya selama 3 minggu di Sorong untuk kuliah. Saat itu, ia sempat meminta ijin agar 100 ribu dipergunakanmya jajan. ”Tapi waktu saya bilang kalau dari 250 ribu saya ijin untuk pakai 100 ribu untuk jajan, bapak cuma diam saja dan langsung pergi melaut,” kenangnya sambil kembali meneteskan air mata.
“Saya cuma berharap agar pelaku itu bisa dihukum seberat-beratnya,” harapnya. (ans)
Gurat kesedihan yang mendalam masih terlihat jelas di wajah Nurmawati (20) yang kehilangan dua orang yang disayanginya akibat ditembak saat sedang mencari ikan di perairan Pulau Papan Distrik Misool Kabupaten Raja Ampat. Berkali-kali, air mata mahasiswi STIKES Sorong ini jatuh membasahi pipinya, saat terkenang akan ayahandanya, (Alm) La Huni, dan adiknya, (Alm) La Pula.
Mahasiswi jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat ini masih menyimpan duka yang mendalam, terlihat saat ditanyai mengenai sosok ayahnya di mata anak-anaknya, tak terasa air matanya bercucuran. Kendati demikian, dengan suara tertahan bercampur tangis, ia menjawab jika bapaknya adalah seorang yang bijaksana dan tidak suka menggunakan cara-cara kekerasan dalam mendidik anak-anaknya.
Isak tangis sedih gadis berjilbab ini membuat suasana terasa memilukan, seolah semua yang ada saat itu merasakan kesedihan gadis yang tanggal 15 April mendatang ini genap berusia 21 tahun. Didampingi kerabatnya, Nurmawati menceritakan firasat yang didapatkannya melalui mimpi, dua hari sebelum ayah dan adiknya berangkat melaut, yang pada akhirnya merenggut nyawa dua orang yang dikasihinya ini.
”Saya mimpi ada tentara dua orang yang menangkap bapak. Pada saat tertangkap itu, bapak diberi pilihan oleh tentara itu, antara ditahan pada saat itu ataukah ditahan pada bulan depan,” kenangnya. Mimpinya itu tidak berlanjut, karena dirinya langsung terbangun.
Namun saat itu, dirinya tidak sempat memberitahukan perihal mimpinya tersebut kepada ayahandanya. Ia mengaku mulai sadar akan makna firasat melalui mimpinya tersebut, setelah mendengar kabar bahwa sang ayah dan adiknya telah pergi untuk selama-lamanya.
Mengenai sang adik, gadis berjilbab ini mengakui jika dirinya tidak selalu akur dengan adiknya, lantaran La Tula merupakan anak laki satu-satunya dalam keluarga yang tentunya dimanjakan. ”Ya sering berantem gitu mas, tapi berantemnya ya seperti saudara berantem gitu mas. Soalnya dia anaknya manja, lantaran selalu dimanjakan oleh keluarga,” ungkapnya sembari menahan perasaan sedihnya mengenang sang adik yang kini sudah tidak lagi bersamanya.
(Alm) La Huni meninggal dunia meninggalkan seorang istri, 5 anak dan 10 orang cucu. Ia dikenal sebagai sosok yang bijaksana dan tidak suka semena-semena, terutama kepada anak buahnya. Setidaknya, hal itulah yang dinilai oleh dua anak buahnya yang selamat dari maut, La Udin dan La Amo yang mendampingi almarhum hingga maut menjemput.
Sebelum berangkat melaut mengikuti sang ayah, ada perilaku tak biasanya yang ditunjukkan La Tula kepada kakak perempuannya ini, ia sempat makan malam bersama Nurmawati dalam satu piring makan berdua. “Padahal biasanya tidak pernah seperti itu. Saya sendiri juga merasa aneh pada waktu itu,” kenang Nurmawati yang kembali tak kuasa menahan air mata sedihnya mengenang saat-saat bersama adiknya tersebut.
Kepergian dua orang yang disayanginya ini secara bersamaan, Nurmawati sangat bersedih dan terpukul, apalagi segala biaya kuliahnya dahulu dipikul oleh sang ayah yang kini sudah tiada lagi. ”Tidak tahu lagi mas bagaimana nanti kelanjutan kuliah saya,” tuturnya.
Ditanyai kenangan terakhir mengenai sang ayah, Nurmawati bertutur bahwa sebelum berangkat melaut, sang ayah memberinya uang 250 ribu sebagai pegangannya selama 3 minggu di Sorong untuk kuliah. Saat itu, ia sempat meminta ijin agar 100 ribu dipergunakanmya jajan. ”Tapi waktu saya bilang kalau dari 250 ribu saya ijin untuk pakai 100 ribu untuk jajan, bapak cuma diam saja dan langsung pergi melaut,” kenangnya sambil kembali meneteskan air mata.
“Saya cuma berharap agar pelaku itu bisa dihukum seberat-beratnya,” harapnya. (ans)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Demam Berdarah Renggut 19 Nyawa
Redaktur : Tim Redaksi