Ayah dan Anak Imigran El Salvador Tewas Mengenaskan dalam Perjalanan ke Amerika

Kamis, 27 Juni 2019 – 21:54 WIB
Ilustrasi mayat. Foto: Radar Bogor

jpnn.com, MEXICO CITY - Rosa Martinez kini hanya bisa memeluk boneka kesayangan sang cucu, Valeria, itu. Menciumi baunya, sembari tak henti-henti terisak.

"Saya sudah mengingatkan Alberto agar tetap di sini. Tak usah ke Amerika Serikat," kata perempuan yang tinggal di San Martin, El Salvador, itu kepada Associated Press. Alberto Martinez Ramirez adalah anak lelaki Rosa, ayah Valeria.

BACA JUGA: Astronaut AS dan Rusia Rampungkan Misi 204 Hari di Luar Angkasa

Pada Senin pagi waktu setempat (25/6), ribuan kilometer dari San Martin, di Sungai Rio Grande yang memisahkan Negara Bagian Tamaulipas, Meksiko, dengan Negara Bagian Texas Amerika Serikat, ayah dan anak itu ditemukan meninggal.

Dalam kondisi yang sungguh merobek hati. Valeria yang masih berusia 23 bulan itu berada di dalam kaus Alberto. Tangannya lunglai merangkul leher sang ayah. Terbujur di sisi Matamoros, Meksiko. Foto mereka diabadikan fotografer harian La Jornada Julia Le Duc.

BACA JUGA: Pertama dalam Sejarah, Tak Ada Wakil Asia Masuk 8 Besar Piala Dunia Wanita 2019

Mereka tewas dalam upaya menyeberang ke tanah harapan: AS. Sedangkan sang istri, Tania Vanessa Avalos, harus menyaksikan horor pada Minggu siang (24/6) itu dari tepi Rio Grande sisi Meksiko. Kala sang suami dan buah hati tak berdaya dihajar arus sungai, timbul tenggelam, sampai akhirnya baru bisa ditemukan keesokan harinya.

"Alberto nekat menyeberangi sungai karena frustrasi," kata Avalos sembari terisak.

BACA JUGA: Militer Amerika Jauh Lebih Kuat, Tetapi Iran Punya Teknologi Mematikan

Keluarga kecil itu sudah meninggalkan negara mereka, El Salvador, sejak 3 April lalu. Mereka berharap bisa menjadi imigran di AS dan memiliki kehidupan yang lebih baik. Namun, selama dua bulan mereka terjebak di tempat penampungan yang terletak di Tapachula, Meksiko.

Alberto merasa frustrasi karena tidak bisa mengajukan suaka secepatnya. Sejak adanya karavan pengungsi dari negara-negara Amerika Tengah, arus masuk ke AS dibatasi.

Para imigran diminta untuk menunggu di kamp-kamp yang berada di Meksiko. Pemerintah Tamaulipas mengungkap bahwa Alberto dan keluarga tiba di Matamoros Minggu pagi dan langsung pergi ke Konsulat AS untuk mengetahui tanggal pengajuan suaka. Namun, daftar antreannya panjang.

Di Matamoros, setiap minggu hanya 40-45 pencari suaka yang diwawancarai. Padahal, daftar antrean mencapai 800-1.700 orang dan terus bertambah. Itulah kemungkinan yang membuat Alberto frustrasi dan akhirnya memilih berenang untuk mencapai Texas.

Sejatinya sudah ada peringatan agar imigran tak menyeberangi Rio Grande. Air sungai sedang naik karena bendungan dibuka untuk irigasi. Dari permukaan, air memang terlihat tenang. Tapi, sejatinya arus di bawahnya sangat deras.

Alberto tak menggubris peringatan itu. Pada Minggu siang itu, dia berenang dengan membawa Valeria lebih dulu. Begitu sampai di sisi AS, dia meletakkan putrinya di tepi sungai.

Alberto meminta Valeria menunggu. Dia akan menjemput sang istri yang berada di seberang.

Begitu Alberto kembali berenang ke sisi Meksiko, Valeria ikut masuk ke sungai. Dia takut ditinggal sendirian oleh sang ayah. Tubuh kecilnya terseret derasnya arus sungai. Dengan sekuat tenaga Alberto berusaha menggapai putrinya. Sepertinya agar tak terlepas, dia memasukkan Veleria ke kausnya dan memintanya untuk berpegangan erat di leher.

"Saya bisa membayangkan saat itu dia (Alberto, Red) berkata kepada dirinya sendiri bahwa dia sudah sampai sejauh itu. Maka, mereka harus tetap bersama," ujar Rosa.

Perbatasan AS-Meksiko yang membentang 3.218 kilometer dari Gurun Sonoran hingga Rio Grande itu memang dikenal sebagai perlintasan yang memakan banyak korban jiwa. Tahun lalu total ada 283 imigran yang tewas. Jumlahnya naik turun tiap tahun, tapi hampir selalu di angka 200-300-an orang.

Foto Alberto dan putrinya mengingatkan dunia akan kejadian serupa empat tahun silam. Saat Aylan Kurdi, bocah 3 tahun asal Syria yang tenggelam di laut Mediterania dekat Turki 2015, ditemukan terdampar dengan kondisi telungkup.

Setelah kejadian tersebut, Eropa membuka keran imigran besar-besaran, terutama Jerman. Belum diketahui apakah kasus Alberto itu akan berdampak pada kebijakan imigrasi AS. (sha/c10/ttg)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Iran Klaim Gagalkan 33 Juta Serangan Siber AS


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler