jpnn.com, BANYUWANGI - Suliono, 23, ditembak polisi karena melakukan penganiayaan pada empat jemaat gereja Katolik St Lidwina, Dukuh Jambon, Desa Trihanggo, Kecamatan Gamping, Sleman, Jogjakarta, pada Minggu pagi (11/2).
Orang tua Suliono, Mistaji, 57, dan Edi Susiyah, 53, yang tinggal di Dusun Krajan, RT 2, RW 1, Desa Kandangan, Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi, Jatim, shock berat mendengar anaknya ditembak.
BACA JUGA: Tokoh Agama Diteror, Cak Imin Siap Hadapi Perobek Kebinekaan
Mistaji sempat menangis histeris, saat Forpimka Pesanggaran datang ke rumahnya dan mengabari kalau Suliono terluka dan dirawat di RSUP dr. Sardjito, Jogjakarta.
Ibunya lebih parah. Saat mendengar Suliono ditembak langsung menangis sambil guling-guling di lantai rumahnya yang masih belum diplester.
BACA JUGA: Gereja Diserang, Bamsoet Minta Masyarakat Tak Terpancing
Suliono yang diduga pelaku utama penganiayaan di gereja Katolik itu anak ketiga dari empat bersaudara. Kakak pertamanya Totok Atmojo, 30, kini berada di Papua.
Kakak keduanya Moh, Sarkoni, 29, saat ini berada di Sulawesi. Sedang adiknya, sedang tinggal di salah satu pesantren di Kecamatan Genteng.
BACA JUGA: Menag: Tindakan Ini Tidak Bisa Dibenarkan Sama Sekali
“Anakku ditembak polisi, engko lek ga dipateni kedowo-dowo (Anak saya ditembak polisi, nanti kalau tidak dibunuh jadi berkepanjangan)” teriak Edu Susiyah sambil menangis histeris.
Sambil berguling-guling di lantai rumahnya, Susiyah yang sepertinya kurang sadar itu terus menangis sambil memanggil nama anaknya.
Perempuan itu terus menyatakan polisi telah menembak anaknya. “Polisi jagoan negara, mesti ngono kui polisi (polisi jagoan negara, mesti seperti itu polisi),” katanya. (sli/abi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Polisi Minta Jemaat Gereja St. Lidwina dan Warga DIY Tenang
Redaktur & Reporter : Soetomo