Ayah Yosua Lagi Berduka, Kombes Anak Buah Ferdy Sambo Sodorkan Tanda Terima Jenazah

Rabu, 02 November 2022 – 19:06 WIB
Ayah mendiang Nofriansyah Yosua Hutabarat (Brigadir J), Samuel Hutabarat, menjadi saksi pada persidangan terhadap Kuat Ma'ruf dan Ricky Rizal di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Jakarta, Rabu (2/11). Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Ayah mendiang Nofriansyah Yosua Hutabarat (Brigadir J), Samuel Hutabarat, menceritakan momen ketika dirinya disodori sepucuk surat oleh Kombes Leonardo Simatupang pada 9 Juli 2022 sekitar pukul 22.00 WIB.

Pada saat itu, Kombes Leonardo merupakan pemeriksa utama di Divisi Profesi dan Pengamanan (Divpropam) Polri yang mengantar jenazah Yosua kepada Samuel di Sungai Bahar, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi.

BACA JUGA: Konon Ferdy Sambo & Putri Pengin Bayi Laki-Laki, Lalu Minta Tolong kepada Brigadir Yosua

Menurut Samuel, dirinya dan Rosti baru saja pulang dari berziarah di Padang Sidempuan, Sumatera Utara.

Pada malam itu di halaman rumah Samuel ada tenda yang didirikan untuk pelayat.

BACA JUGA: Bersaksi, Briptu Daden Ungkap Asal-Usul Anak Keempat Ferdy Sambo

Adapun peti jenazah Yosua diletakkan di ruangan tengah rumahnya. Istri Samuel, Rosti Simanjuntak, terus meratapi Yosua yang meninggal dalam kondisi tak wajar di rumah Ferdy Sambo pada 8 Juli 2022.

"Spontan kami bersedih, menjerit, menangis, apalagi istri saya selalu menjerit sepanjang jalan hingga sampai ke rumah kami," ujar Samuel saat bersaksi untuk persidangan perkara Ricky Rizal dan Kuat Ma'ruf di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan (PN Jaksel), Rabu (2/11).

BACA JUGA: Kesaksian Janggal ART Keluarga Ferdy Sambo soal Yosua Mengangkat Putri Candrawathi

Samuel menjelaskan dirinya yang sedang berada dalam suasana duka tiba-tiba didatangi Kombes Leonardo. Mantan anak buah Ferdy Sambo di Divpropam Polri sepucuk kertas tentang tanda terima jenazah Yosua.

Namun, Samuel enggan menandatangani surat dari Kombes Leonardo.

"Saat itu saya enggak mau tanda tangani. Saya bilang ini surat apa, Pak?” kata Samuel mengenang pembicaraannya dengan Kombes Leonardo.

“Ini surat terima jenazah," tutur Samuel menirukan jawaban lawan bicaranya itu.

Samuel pun menyodorkan alasan dirinya tak mau menandatangani surat serah terima jenazah itu.

Pria yang berprofesi sebagai petani itu enggan tanda tangan tanpa melihat langsung kondisi Yosua di dalam peti jenazah.

"Macam mana saya tanda tangani (surat serah terima) isi peti jenazah? Saya enggak tahu anak saya apa bukan," kata Samuel dengan logat Batak yang kental.

Adu argumen pun tak terhindarkan. Pihak keluarga Yosua meminta peti jenazah itu dibuka.

Namun, Kombes Leonardo bersikukuh menolak permintaan keluarga almarhum. ?

"Istri saya sampai mohon-mohom buat buka peti jenazah," tutur Samuel.

Leonardo, tutur Samuel, merespons permintaan itu dengan menyerahkan surat hasil visum terhadap jenazah Yosua.

Memang akhirnya Leonardo mengizinkan peti jenazah Yosua dibuka, tetapi sebagian saja.

"Lama-lama peti jenazah boleh dibuka, tetapi enggak boleh semua. Hanya boleh sebatas dada dengan alasan sudah diformalin dan sudah divisum," kata Samuel.

Perantau asal Sumut itu pun langsung melihat kejanggalan pada wajah putranya.

"Saya pertama lihat dua luka di wajah, saya lihat hidung dijahit, bibir sebelah kiri,” tuturnya.

Syahdan, Samuel membuka dua kancing di seragam yang dikenakan pada jenazah Yosua.

“Saya lihat luka dada sebelah kanan," ujar Samuel.

Saat itu, Samuel yang sedang menangis langsung bertanya kepada Kombes Leonardo ihwal yang terjadi pada Yosua.

“Ini diapakan anak saya?” kata Samuel mengenang pertanyaannya kepada Leonardo.

Samuel menjelaskan Leonardo saat itu bediam diri. Suami Rosti Simanjuntak itu pun langsung menutupi jenazah putranya.

“Saya tutup pakai kain," ujar Samuel.

Dialog antara Samuel dengan Leonardo tak berhenti di situ. Sang tuan rumah sempat ditanya oleh tamunya tentang kapan jenazah Yosua akan dimakamkan.

Namun, Samuel tidak bisa memastikan pelaksanaan pemakaman jenazah putranya.

“Saya berembuk dahulu dengan marga Hutabarat. Kesimpulan saya dimakamkan 11 Juli 2022," ujar Samuel.

?Selain itu, Samuel meminta kepada Loenardo agar Yosua dimakamkan secara kedinasan.

"Pak Leonardo menyanggupi apa yang saya minta," ujar Samuel.

?Meski demikian, Samuel belum memperoleh kepastian soal penyebab putranya tewas. Oleh karena itu, dia mendesak Leonardo menceritakan soal itu.

“Tolonglah, Pak," kata Samuel kembali mengenang dialognya dengan Leonardo.

Saat itulah Leonardo mengatakan Yosua tewas di rumah dinas Ferdy Sambo pada 8 Juli 2022.

Perwira menengah Polri itu menyebut insiden yang menewaskan Yosua dimulai saat keluarga Ferdy Sambo melakukan tes PCR.

Sembari menunggu hasil tes PCR keluar, istri Ferdy Sambo, Putri Candrawathi masuk ke kamar.

“Almarhum Yosua masuk ke kamar Bu Putri," ujar Samuel menirukan cerita Leonardo.

Samuel mengatakan Leonardo menyebut Yosua berbuat tidak senonoh kepada Putri. Akhirnya Putri menjerit dan Yosua keluar dari kamar.

Saat itulah Bharada Richard Eliezer muncul dan bertanya soal hal yang terjadi. Leonardo menyebut Yosua merespons pertanyaan Richard dengan tembakan.

"Jadi, terjadilah tembak menembak. Hanya sampai situ yang bisa diceritakan Pak Leonardo,” kata Samuel.

Setelah menceritakan soal itu, Leonardo meninggalkan rumah keluarga Yosua.

“Sesudah itu pulanglah Pak Leonardo ke Jambi," tutur Samuel.(Cr3/JPNN.com)
?


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler