PEKANBARU--Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Riau, telah mengeluarkan surat larangan pasokan itik dan ayam yang di datangkan dari tiga provinsi di Indonesia tempat ditemukannya jenis virus flu burung genetika baru. Masing-masing Provinsi Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Provinsi Jawa Timur.
Surat edaran pelarangan ini, bahkan sudah disampaikan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Riau November 2012 lalu ke 12 Kabupaten/Kota di Riau. "Ini kita lakukan agar virus flu burung yang mematikan itu tidak masuk dan menyebar ke Riau," kata Kabid Kesmavet, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Riau, drh Sri Mulyati yang ditemui Riau Pos (Grup JPNN), Selasa (8/1) di ruang kerjanya.
Dijelaskannya, kematian itik secara mendadak di temukan di daerah Jawa Tengah. Hasil uji labor, ternyata itik-itik yang mati secara mendadak itu, diakibatkan serangan virus flu burung ( H5N1). Sementara, flu burung biasanya tidak menyerang itik. bahkan itik termasuk unggas yang terbilang kebal dengan jenis virus ini.
Hasil uji laboratorium lebih lanjut, iti yang mati mendadak, ditemukan flek baru 232 yang pada jenis flu burung yang menyerang ayam flek yang ditemukan adalah 21. Direktur Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian RI, langsung menyurati Dinas Peternakan di seluruh provinsi. "Dan kita menerima surat Direktur Kesehatan Hewan, tanggal 9 November 2012. Dan sudah kita tindaklanjuti ke Kabupaten/Kota. Tapi sekarang kasusnya, mencuat lagi," tambah Sri Mulyati.
Selain mengirimkan surat pelarangan sementara memasok ternak-ternak unggas dari tiga provinsi ini. Dinas Peternakan Riau juga meminta agar Dinas Peternakan Kabupaten/Kota meningkatkan kewaspadaannya dengan menurunkan petugas PDSR (Particpatory Diseas Survillence and Response) yang melakukan monitoring, surveyland ke daerah-daerah. Melakukan pemeriksaan kesehatan terhadap ternak unggas yang masuk, terutama itik dan ayam dari luar Riau.
Dinas Peternakan Riau menegaskan, setiap ternak unggas yang masuk ke Riau, harus betul-betul di cek hasil uji laboratorium kesehatannya. Melaporkan dengan segera setiap ada kasus kematian pada itik dan ayam.
Sejauh ini, di Riau hanya ditemukan kasus kematian itik di Kabupaten Inhu sebanyak 2000 ekor sekitar November 2012 lalu. Itik yang ditemukan mati ini berasal dari daerah Cirebon, Jawa Tengah. Hasil laboratorium yang diterima Dinas Peternakan Riau, itik yang mati itu positif terserang virus flu burung. Namun belum di peroleh hasil, apakah jenis flu burung dengan genetika baru atau bukan.
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Riau, masih menunggu hasil dari Balai Penyidikan Penyakit Veteriner (BPPV) di Bukit Tinggi. "Sebelum ada hasil yang keluar, itik-itik yang di datangkan dari Cirebon di Kabupaten Inhu ini kita larang keluar. Ini sudah protap flu burung," katanya.
Dikatakannya, Riau memang termasuk daerah yang resiko tinggi kasus flu burung. Selain dikarenakan, Riau yang merupakan jalur lintas peredaran ternak di wilayah Sumatera, Riau memiliki beberapa lokasi peternakan itik dengan skala besar.
"Dan peternakan itik yang ada di Riau ini juga melakukan pengiriman ke beberapa provinsi tetangga dan kabupaten di Riau," ujarnya.
Untuk kasus flu burung, Inhu, Kampar, Siak dan Pekanbaru daerah yang paling banyak ditemukan kasus kematian ternak unggas yang positif flu burung. Sementara Kabupaten/Kota lainnya, tergolong kecil. Di Riau, selama tahun 2011 tercatat sebanyak 6.111 kasus flu burung, meningkat di tahun 2012 menjadi 7.336 ekor unggas. "Karena itu, sekali lagi ini harus diwaspadai," kata Sri Mulyati.(dac)
Surat edaran pelarangan ini, bahkan sudah disampaikan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Riau November 2012 lalu ke 12 Kabupaten/Kota di Riau. "Ini kita lakukan agar virus flu burung yang mematikan itu tidak masuk dan menyebar ke Riau," kata Kabid Kesmavet, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Riau, drh Sri Mulyati yang ditemui Riau Pos (Grup JPNN), Selasa (8/1) di ruang kerjanya.
Dijelaskannya, kematian itik secara mendadak di temukan di daerah Jawa Tengah. Hasil uji labor, ternyata itik-itik yang mati secara mendadak itu, diakibatkan serangan virus flu burung ( H5N1). Sementara, flu burung biasanya tidak menyerang itik. bahkan itik termasuk unggas yang terbilang kebal dengan jenis virus ini.
Hasil uji laboratorium lebih lanjut, iti yang mati mendadak, ditemukan flek baru 232 yang pada jenis flu burung yang menyerang ayam flek yang ditemukan adalah 21. Direktur Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian RI, langsung menyurati Dinas Peternakan di seluruh provinsi. "Dan kita menerima surat Direktur Kesehatan Hewan, tanggal 9 November 2012. Dan sudah kita tindaklanjuti ke Kabupaten/Kota. Tapi sekarang kasusnya, mencuat lagi," tambah Sri Mulyati.
Selain mengirimkan surat pelarangan sementara memasok ternak-ternak unggas dari tiga provinsi ini. Dinas Peternakan Riau juga meminta agar Dinas Peternakan Kabupaten/Kota meningkatkan kewaspadaannya dengan menurunkan petugas PDSR (Particpatory Diseas Survillence and Response) yang melakukan monitoring, surveyland ke daerah-daerah. Melakukan pemeriksaan kesehatan terhadap ternak unggas yang masuk, terutama itik dan ayam dari luar Riau.
Dinas Peternakan Riau menegaskan, setiap ternak unggas yang masuk ke Riau, harus betul-betul di cek hasil uji laboratorium kesehatannya. Melaporkan dengan segera setiap ada kasus kematian pada itik dan ayam.
Sejauh ini, di Riau hanya ditemukan kasus kematian itik di Kabupaten Inhu sebanyak 2000 ekor sekitar November 2012 lalu. Itik yang ditemukan mati ini berasal dari daerah Cirebon, Jawa Tengah. Hasil laboratorium yang diterima Dinas Peternakan Riau, itik yang mati itu positif terserang virus flu burung. Namun belum di peroleh hasil, apakah jenis flu burung dengan genetika baru atau bukan.
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Riau, masih menunggu hasil dari Balai Penyidikan Penyakit Veteriner (BPPV) di Bukit Tinggi. "Sebelum ada hasil yang keluar, itik-itik yang di datangkan dari Cirebon di Kabupaten Inhu ini kita larang keluar. Ini sudah protap flu burung," katanya.
Dikatakannya, Riau memang termasuk daerah yang resiko tinggi kasus flu burung. Selain dikarenakan, Riau yang merupakan jalur lintas peredaran ternak di wilayah Sumatera, Riau memiliki beberapa lokasi peternakan itik dengan skala besar.
"Dan peternakan itik yang ada di Riau ini juga melakukan pengiriman ke beberapa provinsi tetangga dan kabupaten di Riau," ujarnya.
Untuk kasus flu burung, Inhu, Kampar, Siak dan Pekanbaru daerah yang paling banyak ditemukan kasus kematian ternak unggas yang positif flu burung. Sementara Kabupaten/Kota lainnya, tergolong kecil. Di Riau, selama tahun 2011 tercatat sebanyak 6.111 kasus flu burung, meningkat di tahun 2012 menjadi 7.336 ekor unggas. "Karena itu, sekali lagi ini harus diwaspadai," kata Sri Mulyati.(dac)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Polisi Gemuk Bersepeda Untuk Diet
Redaktur : Tim Redaksi