Ayatollah Tuding AS dan Saudi di Belakang Serangan Teroris

Senin, 24 September 2018 – 18:56 WIB
Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei. Foto: AP

jpnn.com, TEHRAN - Ayatollah Ali Khamenei, pemimpin agung Iran, kalap menanggapi serangan teroris di Ahvaz. Tanpa bukti, dia menuding Amerika Serikat dan sekutunya di belakang aksi yang menewaskan sejumlah tentara, veteran dan warga sipil tersebut.

Menurut Khamenei, pemerintah AS berada di balik kelompok bersenjata tersebut. Lebih tepatnya, aksi itu didukung sekutu AS di wilayah Timur Tengah seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.

BACA JUGA: Teroris Serang Parade Militer Iran: 25 Tewas, 70 Luka

’’Kejahatan ini adalah plot dari negara yang menjadi boneka Amerika Serikat. Mereka ingin menciptakan kerusuhan di negara ini,’’ ungkapnya menurut Reuters.

Kabinet pemerintahan juga bereaksi sama keras. Setelah serangan tersebut, Kementerian Luar Negeri memanggil berbagai diplomat. Diplomat dari Uni Emirat Arab dipanggil karena berkomentar pasca serangan, sedangkan duta besar Inggris, Belanda, dan Denmark dipanggil karena dianggap memberikan suaka bagi tokoh-tokoh separatis.

BACA JUGA: Hukuman Pukul Bokong Gantikan Skors

’’Kami meminta pertanggungjawaban AS dan sponsor terorisme lainnya. Iran tak akan tinggal diam untuk melindungi nyawa rakyatnya,’’ tegas Menlu Iran Javad Zarif.

Sampai saat ini, ada dua kelompok yang mengklaim serangan tersebut. Pertama adalah kelompok Al Ahvaziya. Yang kedua adalah ISIS.

BACA JUGA: Naik Turun Tangga, Ritual Pemadam Kebakaran AS setiap 9/11

Namun, menurut pakar politik Iran Mostafa Koshcheshm, IRGC yakin bahwa Al Ahvaziya menjadi otak penyerangan tersebut. Kelompok separatis itu merupakan kekuatan yang didukung Arab Saudi.

’’Kelompok ini sudah beroperasi selama beberapa tahun. Mereka ingin memisahkan Khuzestan dari kekuasaan Iran,’’ ungkap Koshcheshm kepada Al Jazeera.

Menurut dia, Khuzestan memang wilayah penting. Provinsi tersebut menyimpan salah satu cadangan minyak terbesar untuk Iran. Hal itulah yang pernah menarik minat Saddam Hussein, mantan presiden Iraq, untuk berusaha merebut wilayah itu.

’’Mereka boleh mengaku sebagai nasionalis Arab. Namun, saya yakin mereka punya hubungan dengan organisasi ekstremis Mujahedin-e-Khalq,’’ tambahnya.

Sekarang banyak yang mereka-reka bagaimana langkah konkret Iran setelah menerima tamparan tersebut. Apalagi, Rouhani bakal bertemu dengan negara-negara yang dituduh berada di balik serangan tersebut. Dia kemarin sudah bertolak menuju Sidang Umum PBB di New York pada Selasa nanti.

Beberapa pakar merasa hal itu bakal membuat suhu diplomasi Iran dengan negara tersebut semakin panas. ’’Iran pasti paham motivasi di balik serangan tersebut. Pemerintah Iran tak pernah tergopoh-gopoh menanggapi aksi terorisme,’’ ujar Mohammad Hashemi, jurnalis di Teheran. (bil/c5/dos)

 

Tentang Korban Serangan Ahvaz:

Tentara Islamic Revolutionary Guards Corps (IRGC) menjadi korban tewas dalam serangan di Kota Ahvaz. Kematian mereka merupakan faktor utama kemarahan Iran. Sebab, mereka bukan sembarang pasukan elite.

 – IRGC adalah lembaga yang mengabdi langsung kepada Pemimpin Agung Iran. Posisi itu saat ini dipegang Ayatollah Ali Khamenei.

– Lembaga tersebut didirikan pada 1979 untuk menjaga sistem pemerintahan Shiite yang baru dibangun.

– Jumlah personel IRGC mencapai 125 ribu orang. Namun, mereka juga mengepalai kelompok militan lain seperti Basij Religious Militia yang mempunyai 1 juta personel.

– IRGC memiliki senjata misil balistik seperti Shahab-3 yang mampu menjangkau 2 ribu kilometer.

– Setiap tahun mereka mengadakan parade militer di beberapa kota besar, termasuk Ahvaz, untuk mengenang peperangan dengan Iraq.

Sumber: Reuters, Al Jazeera

BACA ARTIKEL LAINNYA... Rusia Serang Diplomat AS dengan Suara-Suara Aneh?


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler