Ayip Rizal, Perwira Polda Jawa Timur Kapten Tim Nasional Voli Indonesia

Tampik Tawaran Main di Turki demi Karir di Kepolisian

Jumat, 07 November 2014 – 23:02 WIB
Iptu Ayip Rizal. Foto: Guslan Gumilang/Jawa Pos

jpnn.com - Karir Ayip Rizal di lapangan voli masih terang benderang. Dia pun ingin terus memimpin Indonesia di event internasional. Tapi, Ayip kini juga berfokus menggapai karir gemilang di kepolisian. Belajar dari anggota pun dilakoninya.

Laporan Miftakhul F.S., Surabaya

BACA JUGA: Desainer Oscar Lawalata, 16 Tahun Angkat Budaya Indonesia dalam Karya

MATAHARI hampir berada tepat di atas kepala. Tapi, wajah Ayip Rizal masih tampak segar, Rabu siang itu (5/11). Sorot matanya juga cukup tajam. Diamatinya dengan saksama berkas di mejanya. Siang itu pria yang akrab disapa Genter tersebut benar-benar terjaga. Genter adalah bahasa Jawa yang berarti galah. Buluh panjang untuk menjolok buah atau semacamnya.

Empat sampai sepuluh tahun lalu, Ayip tidak seperti itu. Ketika ketinggian matahari di atas kepala, bakal sulit menemukan Ayip terjaga dengan sorot mata begitu tajam.

BACA JUGA: Hidup dengan Tempurung Kepala dari Titanium

Masa-masa itu, pada jam tersebut, pria 29 tahun itu lebih banyak menggunakan waktunya untuk rebahan di tempat tidur. Bahkan, matanya sering terpejam dengan hanya mengenakan kaus dan celana kolor. ’’Itu salah satu perbedaan mencolok kehidupan saya sekarang setelah menjadi polisi,’’ katanya.

Sejak 2010, Ayip memang bergabung di kepolisian. Pangkatnya saat ini inspektur polisi satu (iptu). Pria kelahiran Banjarmasin tersebut kini berdinas di Direktorat Lalu Lintas (Ditlantas) Polda Jawa Timur.

BACA JUGA: Maklumi Wisata Seks, Targetkan Tiga Besar Dunia

Dengan status perwira polisi, kini Ayip memang harus selalu terjaga saat siang lantaran harus berdinas. Tentu saja, dia harus berpakaian resmi layaknya polisi pada umumnya.

Jauh sebelum menjadi polisi, Ayip lebih lekat dengan dunia bola voli. Bahkan, sampai saat ini, suami Elsa Permata Sakti itu tidak bisa lepas dari voli. Sampai saat ini, Ayip masih tercatat sebagai kapten tim nasional (timnas) voli Indonesia. Namanya juga masih menjadi kandidat kuat daftar pemain timnas untuk proyeksi SEA Games 2015 di Singapura.

Di lapangan voli, prestasi Ayip juga sangat mengilap. Bersama Surabaya Samator, pemain bertinggi 193 cm tersebut pernah mencicipi dua kali podium juara. Ayip juga dua kali mengantarkan Indonesia merebut medali emas SEA Games pada 2007 dan 2009.

Ayip juga pernah dinobatkan sebagai pemain voli terbaik Asia Tenggara pada 2009. Prestasi gemilangnya itu membuatnya pernah dikontrak salah satu klub Vietnam. ’’Saat ini saya juga masih mendapat tawaran dari klub Turki dan Thailand. Tentu bayarannya sangat menggiurkan. Tapi, saya memutuskan tetap di sini,’’ ungkapnya.

Pebola voli yang bermain di posisi all round itu sadar bahwa dirinya tidak bisa meninggalkan voli. Apalagi saat ini karirnya masih bersinar terang. Kendati begitu, Ayip saat ini juga ingin berfokus mengejar karir di dunia lain, dunia yang sudah diputuskan menjadi kehidupan keduanya: polisi. Apalagi, sejak bergabung dengan polisi, Ayip belum sekalipun menduduki kursi penting di kepolisian. Baik di tingkat kepolisian sektor (polsek) atau kepolisian resor (polres) sesuai dengan pangkatnya.

Selepas lulus pendidikan sekolah perwira (sepa) pada 2010, Ayip ditugaskan sebagai perwira pertama (pama) di bagian SDM Mabes Polri. Terhitung mulai Agustus 2014, penghobi nonton tersebut juga hanya ditempatkan sebagai pama di Ditlantas Polda Jawa Timur.

Ayip memang tidak bisa menolak posisi tersebut. Sebab, itu merupakan keputusan pimpinan. ’’Tapi, sebagai polisi, tentu saya ingin berkarir sebaik-baiknya di sini (polisi). Artinya, saya ingin mendapat kepercayaan memegang jabatan dalam kepolisian,’’ ujarnya.

Untuk mendapat kepercayaan tersebut, Ayip pun mulai mengurangi intensitasnya di voli. Karena itu, dia menampik tawaran dari klub luar negeri. Kendati begitu, tidak berarti Ayip mundur dari pentas bola voli. Dia memang masih ingin tampil di Proliga tahun depan dan membela Merah Putih di SEA Games 2015.

’’Mungkin Proliga dan SEA Games tahun depan menjadi penampilan terakhir. Setelah itu, saya ingin dekat dengan voli dari balik lapangan dan tentu saja mengejar karir di kepolisian,’’ paparnya.

Demi karir cemerlang di kepolisian, bukan sekadar intensitas di voli yang dikurangi, Ayip kini juga tekun belajar segala hal tentang kepolisian. Belajar berbagai hal yang berkaitan dengan masyarakat. ’’Sudah empat tahun saya jadi polisi. Tapi, bagi saya, ini dunia baru. Karena itu, saya berusaha terus belajar,’’ ungkapnya.

Misalnya, yang terlihat Rabu siang lalu, Ayip sengaja mencermati berkas di mejanya. Berkas itu berisi segala hal yang berkaitan dengan lalu lintas. Ada masalah kecelakaan, pengurusan perizinan permohonan SIM dan STNK, serta berkas yang berkaitan dengan rekayasa lalu lintas.

Ayip melahap berkas-berkas tersebut dengan khusyuk. Pria yang berulang tahun setiap 15 September itu ingin tahu banyak mengenai lalu lintas. Hal tersebut dilakukan demi menunjang pandangannya jika nanti memimpin unit-unit di lalu lintas.

Tidak hanya mempelajari berkas, Ayip juga tidak pernah sungkan menimba ilmu dari para anggota polisi lainnya. Baik yang berpangkat lebih tinggi maupun yang lebih rendah. Jalur pendidikan resmi yang disediakan Mabes Polri juga diikutinya. Selama sebulan lalu, dia mengikuti pelatihan lalu lintas di Pusdiklantas Serpong, Tangerang.

’’Saya sudah memutuskan menjadi polisi, maka saya harus total. Saya ingin memberi manfaat bagi masyarakat dengan status saya saat ini, seperti halnya yang saya lakukan di voli,’’ ujar ayah Axcel Haikal Rizal tersebut.

Ayip menyatakan sangat bangga menjadi bagian dari keluarga besar kepolisian. Sebab, sejak dulu, dirinya sangat terkesan pada polisi. Para personel korps Bhayangkara disebut punya peran penting dan besar di masyarakat. Baik untuk menjaga kelancaran arus lalu lintas, keamanan, maupun ketertiban.

’’Bayangkan kalau semua polisi libur sehari saja, saya yakin kacau kehidupan ini. Karena itu, saya yang awalnya ingin jadi pilot memutuskan menjadi polisi,’’ katanya. Tentu, Ayip tidak ingin menjadi polisi biasa. Dirinya sangat berharap bisa menjadi polisi dengan prestasi dan karir gemilang seperti karirnya di lapangan voli.

Selain tidak pernah berhenti belajar, Ayip akan memanfaatkan pengalamannya di voli untuk meniti karir gemilang di kepolisian. Statusnya sebagai kapten timnas voli disebutnya sebagai salah satu modal penting jika nanti dipercaya memimpin anak buah.

Ayip mengutarakan, kebanggaan-kebanggaan kecil sudah direngkuhnya di polisi. Salah satunya ketika dirinya diajak berfoto oleh masyarakat saat sedang berdinas. Misalnya, saat dirinya nge-pam arus mudik dan balik Lebaran 2014 di Cirebon–Indramayu selama 12 hari. Selama rentang waktu itu, dirinya kerap diajak berfoto oleh pemudik yang melihatnya berjaga di pinggir jalan atau pos.

Mayoritas pemudik itu langsung menghentikan laju kendaraan mereka begitu melihat Ayip berpakaian polisi. Sejurus kemudian, para pemudik itu meminta izin berfoto dengan memanggil dirinya dengan nama pak. Ayip pun merasa bungah dengan hal itu. Meski, dia sudah puluhan bahkan ratusan kali diajak berfoto bareng fans voli.

’’Ketika diajak foto orang saat saya berdinas, itu sesuatu yang luar biasa. Saya pun termotivasi untuk mencapai hal-hal yang lebih besar di kepolisian. Baik untuk saya pribadi, institusi, maupun masyarakat,’’ ujarnya. (*/c5/dos)

BACA ARTIKEL LAINNYA... M. Adlan Ciptakan Pedia, Aplikasi Kalkulator Kesehatan Multiguna


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler