"Kadang ada suster, tapi cuma membantu, bukan ngurus anak," ujarnya. Dengan bijak, Ayu mengatakan bahwa memiliki anak adalah anugerah yang tak ternilai harganya. Karena itu, dia tidak mau berbagi anugerah tersebut dengan babysitter. Selama mampu, Ayu lebih suka mengurus sendiri.
Ayu mengaku bahwa semua harus dibagi waktunya dengan tepat. Termasuk kapan harus mengerti anak-anak perempuannya yang sudah menginjak remaja. Apalagi, kalau masuk premenstrual syndrome, dia belajar untuk memahami dan mengerti kondisi anak-anaknya.
"Jangan suruh anak mengerti kita. Kita yang harus mengerti anak. Karena dari situ, anak akan belajar," jelasnya. Di samping itu, perlu dibangun teamwork antaranggota keluarga. Membicarakan kemauan anak penting, namun harus ada konsekuensi dari setiap permintaan itu.
Misalnya, saat memberikan izin tentang hobi sepak bola anak laki-lakinya. Ayu tidak akan melarang menonton, tetapi ada batasan, yakni tak boleh begadang. Termasuk keinginan anak-anaknya untuk memiliki nilai bagus. Daripada bermain, Ayu lebih suka mengarahkan mereka pada belajar.
Tidak hanya itu, dia juga menerapkan jam malam bagi anak-anaknya. Tiap anak memiliki perbedaan batasan waktu yang disesuaikan dengan umur. Untung, kata Ayu, anak-anaknya tak pernah terlalu keras memprotes kebijakan tersebut. (dim/jan/c7/tia)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Berakting Harus Jujur
Redaktur : Tim Redaksi