jpnn.com - Ada dua peristiwa yang berhubungan dengan terorisme yang terjadi hampir bersamaan dan mempunyai benang biru yang saling menyambung.
Pertama, pasukan drone Amerika Serikat berhasil membunuh buron nomor satu Ayman Al-Zawahiri yang sekarang menjadi pemimpin tertinggi Al Qaeda menggantikan Osama bin Laden.
BACA JUGA: Abu Bakar Baasyir Bebas, Keluarga Korban Bom Bali Bersuara
Zawahiri dibunuh di tempat tinggalnya di pusat kota Kabul, Afghanistan, Minggu (1/8) pagi.
Kedua adalah beredarnya video pendek yang berisi ‘’pernyataan tobat’’ Ustaz Abu Bakar Baasyir (ABB) yang menyatakan bahwa dia menerima Pancasila sebagai dasar negara dan tidak lagi menganggapnya sebagai produk syirik, menyekutukan Allah.
BACA JUGA: Respons Arab Saudi untuk Kematian Pengganti Osama di Al-Qaeda
Pernyataan tobat ABB ini menjadi anti-klimaks bagi perjalanan panjang ABB yang sepanjang hidupnya dikenal dengan dakwahnya yang dianggap radikal dan anti-Pancasila.
Pembunuhan terhadap Zawahiri dirayakan dengan sukacita oleh Amerika Serikat.
BACA JUGA: Pimpinan Al Qaeda Pengganti Osama Bin Laden Tewas, Kepala BNPT: Waspada
Dia menjadi buron nomor wahid selama 20 tahun.
Kepalanya dihargai dengan hadiah sayembara sebesar USD 25 juta atau sekitar Rp 370 miliar.
Selama hidupnya, Zawahiri menjadi orang kepercayaan sekaligus dokter pribadi Osama bin Laden.
Zawahiri mengambil alih kepemimpinan Al Qaeda dari Osama bin Laden yang terbunuh pada 2011.
Sepanjang hidupnya, Osama bin Laden menghabiskan perjuangannya tanpa kompromi untuk menghancurkan Amerika.
Tidak ada negosiasi, tidak ada kata mundur. Perjuangan itu dilanjutkan oleh Zawahiri.
Dua tokoh ini menjadi otak di balik pengeboman menara kembar WTC New York 11 September 2001 yang menewaskan hampir 3 ribu orang.
Ini merupakan serangan terorisme terbesar yang terjadi di jantung wilayah Amerika yang sekaligus mempermalukan harga diri Amerika sebagai negara adi daya tunggal dunia.
Presiden George W. Bush kemudian melancarkan program perang global melawan terorisme internasional, memburu Osama bin Laden ke Iraq sampai ke Afghanistan.
Dengan alasan memburu Osama bin Laden itu, Bush menggempur Iraq dan menduduki Afghanistan.
Osama bin Laden yang bersembunyi di wilayah pegunungan terakota Afghanistan dan Pakistan sulit terdeteksi karena berpindah-pindah tempat.
Sepuluh tahun buron, Osama bin Laden akhirnya terkepung di rumahnya di Abbottabad, Pakistan.
Terjadi tembak-menembak sampai 40 menit sebelum akhirnya Osama bin Laden tewas.
Operasi perburuan terhadap Zawahiri relatif lebih mulus.
Rumahnya di Kabul, Ibu Kota Afghanistan, sudah diincar oleh intelijen Amerika selama 6 bulan terakhur.
Pagi setelah subuh, Zawahiri terlihat sedang berdiri di balkon terbuka di lantai 3 rumahnya.
Intelijen Amerika mengirim dua drone bersenjatakan peluru kendali dengan hulu ledak dan lempengan ujung tombak tajam.
Zawahiri yang berusia 71 tahun tewas tertembus dua rudal itu.
Istri, anak perempuan, dan cucunya yang tinggal di rumah itu tidak menjadi korban karena ledakan peluru kendali itu minimal dan akurat mengenai tubuh Zawahiri dan hanya mengakibatkan kerusakan bangunan yang tidak parah.
Al Qaeda adalah gerakan perlawanan internasional yang mempuyai anggota di seluruh dunia, terutama di negara Islam.
Di Indonesia, Ustaz ABB termasuk salah satu tokoh yang menjadi bagian dari jaringan Al Qaeda.
Akan tetapi, ABB kemudian tidak dianggap lagi sebagai bagian dari A Qaeda, karena selama perjalanan perlawanannya ABB sering berganti-ganti afiliasi organisasi.
Salah satu ciri khas Al Qaeda adalah militansi dan radikalisme yang tak kenal kompromi terhadap Amerika.
Al Qaeda juga tidak mau mendirikan negara tersendiri seperti ISIS (Islamic States of Iraq and Syria).
Itulah sebabnya dua organisasi ini akhirnya bermusuhan.
Al Qaeda menghindari upaya membangun negara berbasis syariat Islam sebagaimana yang dilakukan ISIS.
Dua organisasi ini bersaing keras dan saling memusuhi.
Al Qaeda lebih suka berhubungan dengan sekutu lama Taliban yang sekarang berkuasa di Afghanistan.
Pertobatan ABB menjadi anti-klimaks perjalanan seorang radikal.
Dari semula menjadi bagian dari Al Qaeda, kemudian berafiliasi dengan ISIS, sampai akhirnya bertobat dan menerima Pancasila.
ABB sekarang berusia 83 tahun. Dia pemimpin Pondok Pesantren Al Mukmin di Desa Ngruki, Sukoharjo, Jawa Tengah.
Selama ini, dia menjadi ikon ulama kontroversial sekaligus radikal.
Dia menolak asas tunggal Pancasila selama zaman Orde Baru.
Dia menjadi amir atau pemimpin Majelis Mujahidin Indonesia yang diduga terlibat dalam serangkaian aksi terorisme.
ABB ditangkap oleh penguasa Orde Baru.
Bersama rekan seperjuangannya, Abdullah Sungkar, karena terlibat dalam kegiatan menghasut orang banyak menolak asal tunggal Pancasila.
ABB juga melarang hormat pada bendera merah putih karena menganggapnya perbuatan syirik.
ABB dan Sungkar dijatuhi hukuman 19 tahun penjara.
Setelah naik banding, hukuman keduanya turun menjadi 15 tahun.
ABB dipenjara selama empat tahun (1978-1982) sebelum kemudian mendapat keringanan menjadi tahanan rumah.
Pada suatu kesempatan, ABB melarikan diri ke Malaysia.
Di Negeri Jiran, dia membentuk gerakan radikal Jamaah Islamiyah dan nama ABB masuk dalam incaran Badan Intelijen Amerika Serikat, CIA.
Setelah menetap di Malaysia, Ba’asyir kembali ke Indonesia saat runtuhnya Orde Baru, 1998, kemudian bergabung dalam organisasi Majelis Mujahidin Indonesia (MMI).
Sejak itu, ABB berkali-kali ditangkap polisi dan menerima vonis penjara.
Pada 19 Oktober 2002, dia ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus bom Bali dan divonis 2,6 tahun penjara.
Selepas kasus itu, dia ditangkap oleh polisi dengan tuduhan pembentukan dan pelatihan cabang Al Qaeda di Aceh dan dijatuhi vonis 15 tahun penjara pada 2011.
Dia ditahan di tempat yang di Lapas Pasir Putih, Nusakambangan, Cilacap, kemudian dipindah ke Lapas Gunung Sindur, Bogor, sampai berakhirnya masa pemenjaraan.
Ketika tubuhnya makin ringkih karena digerogoti usia dan berbagai penyakit, ABB tetap menolak berkompromi.
Ada upaya untuk mencarikan pengampunan pada 2019 melalui program pembebasan bersyarat dengan alasan kemanusiaan.
Namun. rencana itu batal karena ABB enggan menandatangani ikrar setia pada Pancasila dan NKRI.
Pengamat terorisme Al Chaidar menganggap walau pernah dikenal sebagai salah satu pemimpin gerakan Islam radikal peran dan pengaruh ABB sudah jauh berkurang.
Saat ini ABB dianggap pemimpin tua yang sudah lewat masa kejayaannya.
Pengaruhnya sudah menipis karena dianggap sudah tidak konsisten.
ABB dianggap sudah berada di titik nadir dan pendukungnya mungkin tinggal 10 persen atau ratusan orang saja.
Dalam pandangan Al Chaidar, ABB adalah pemimpin oportunis dan populis yang tidak konsisten.
Ketika dia meninggalkan Jamaah Islamiyah, banyak pendukungnya yang kecewa dan berpaling darinya.
Dia kemudian bergabung ke Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) dan menjadi pemimpin kelompok itu.
Namun, ABB kemudian mengkritisi sistem organisasi MMI yang disebutnya sebagai sistem Yahudi.
ABB meninggalkan MMI untuk mendirikan JAT (Jamaah Ansharut Tauhid) dan terlibat dalam pelatihan terorisme di Bukit Jalil, Aceh.
Di tengah proses hukuman pada 2014, ABB meninggalkan JAT dan membentuk Jamaah Anshorul Daulah (JAD) yang berafiliasi dengan ISIS (Islamic States of Iraq and Syria).
Pembelotan ini membuat Ayman Al-Zawahiri sebagai pemimpin tertinggi Alqaidah murka kepada ABB, karena selama ini ISIS menjadi musuh utama Al Qaeda dan berkonfrontasi langsung di Suriah, Irak, Yaman, dan Afghanistan.
Nama ABB makin redup di Indonesia karena gerakan radikal di Indonesia mempunyai idola baru seperti Aman Abdurrahman, yang dianggap lebih berani dan tidak takut mati ketika divonis mati pada 2018.
Ibarat daun tua yang sudah berguguran, akan tumbuh daun muda yang lebih segar.
Gerakan radikal tidak akan mati begitu saja oleh pertobatan ABB atau pembunuhan Zawahiri.
Masih banyak kader-kader baru yang siap mengambil alih kepimpinan dan mengisi kevakuman. (*)
Redaktur : M. Kusdharmadi
Reporter : Cak Abror