Babak Belur dan Tak Bisa Berkilah, Donald Trump Akhirnya Mengaku Kalah

Jumat, 08 Januari 2021 – 18:52 WIB
Presiden AS Donald Trump memegang Injil di depan Gereja St John, Washington, Senin (1/6). Foto: AP

jpnn.com, WASHINGTON DC - Dengan ancaman pemakzulan untuk kedua kalinya yang semakin meningkat dan reputasi babak belur, Donald Trump akhirnya mengakui kemenangan Joe Biden dalam pemilihan presiden, Kamis (7/1) malam waktu setempat.

Pengakuan yang sudah ditunggu sebagian besar warga AS sejak November tahun lalu itu terlontar sehari setelah ratusan pendukung Trump menyerang Gedung Capitol untuk mencegah Kongres mengesahkan hasil pemilu.

BACA JUGA: Ulah Pendukung Trump Bikin Malu Amerika, Apa Kata Dunia?

Trump, yang sehari sebelumnya masih melontarkan klaim sepihak terkait hasil pemilu, kini mengatakan bahwa fokusnya kini untuk memastikan transisi yang lancar ke administrasi Biden.

Dia pun mengecam aksi memalukan para pendukungnya dengan menyebut mereka perusak demokrasi Amerika.

BACA JUGA: Platform Medsos Ramai-Ramai Blokir Akun Donald Trump

"Melayani sebagai Presiden anda telah menjadi kehormatan terbesar dalam hidup saya," kata Trump melalui sebuah video yang direkam di Gedung Putih.

"Dan untuk seluruh pendukung saya yang hebat, saya tahu anda kecewa, namun saya juga ingin anda tahu bahwa perjalanan hebat kita baru saja dimulai."

BACA JUGA: Aksi Brutal Pendukung Trump Sia-Sia, Kongres AS Resmi Sahkan Kemenangan Biden

Trump memang tidak bisa berbuat apa-apa lagi setelah Kongres resemi mengesahkan kemenangan Biden kemarin. Ditambah lagi, ulah tak beradab para pendukungnya di ibu kota membuat pemimpin Partai Republik itu makin terpojok.

Dalam video tersebut, Trump juga mengutuk kekerasan yang terjadi di luar Gedung Capitol. Dia bahkan tak segan menyebut para pendukungnya perusak demokrasi Amerika. 

Trump sebenarnya tidak bisa dipisahkan dari peristiwa kemarin. Pasalnya, dialah yang memprovokasi ratusan perusuh itu untuk berunjuk rasa di depan Gedung Capitol. Namun, ternyata massa bukan sekadar berdemonstrasi. 

Ratusan orang menerabas barisan petugas kepolisian dan menginvasi gedung yang merupakan markas Kongres AS tersebut.

Aksi mereka memaksa para anggota Kongres untuk bersembunyi demi keselamatan masing-masing.

Para perwakilan dari partai Demkorat di Kongres pun langsung menyerukan kepada kabinet Trump dan Wapres Mike Pence agar menggunakan wewenang konstitusional mereka untuk mencopot Trump atas dasar menghasut pemberontakan.

Amandemen ke-25 dalam Konstitusi AS memperbolehkan jumlah mayoritas dari Kabinet untuk mencopot seorang presiden dari kekuasaan apabila dia tidak dapat melaksanakan tugasnya.

Namun seorang penasihat Pence mengatakan sang Wapers, yang harus menjadi pemimpin upaya semacam itu, menolak untuk menggunakan amendemen tersebut untuk mengusir Trump dari Gedung Putih.

Apabila Pence gagal untuk mengambil langkah, Pelosi memberikan sinyal bahwa dia akan mengumpulkan kembali anggota DPR untuk menginisiasikan proses pemakzulan terhadap Trump atas perannya dalam kericuhan pada Rabu, yang mengakibatkan kematian lima orang, termasuk seorang petugas kepolisian Capitol, yang kematiannya dikonfirmasi oleh anggota DPR Dean Phillips melalui Twitter.

Segelintir wakil rakyat dari partai Republik juga menyerukan pencopotan Trump. Laman editorial Wall Street Journal, yang dianggap sebagai suara terdepan dari pihak Republik, menyerukan pengunduran diri Trump pada Kamis malam.

Sejumlah anggota pemerintahan Trump, termasuk Menteri Transportasi Elaine Chao, yang juga merupakan istri Pimpinan Mayoritas Senat Mitch McConnell, mengundurkan diri sebagai sikap simbolis terhadap kekerasan itu. (ant/dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler