Bagi Persebaya, Bonek Adalah Partner

Rabu, 03 Oktober 2018 – 07:13 WIB
Bonek. Ilustrasi Foto: Angger Bondan/dok.JPNN.com

jpnn.com, SURABAYA - Bukan perkara mudah bagi klub sepak bola untuk mengedukasi suporter dan mengontrol begitu banyak massa. Tak percaya? Persebaya Surabaya menjadi buktinya.

Ya, Green Force –julukan Persebaya– merupakan salah satu klub yang memiliki basis suporter paling besar di Liga 1, yakni Bonek.

BACA JUGA: Mungkinkah Aremania - Bonek Satu Tribun?

Apalagi, antusiasme Bonek tak hanya terasa kala laga kandang. Saat away, tak sedikit Bonek yang nekat berangkat. Bahkan, Bonek sudah merasakan pedihnya kehilangan suporter. Micko Pratama tewas di Solo usai away ke Bantul dalam laga kontra PS Tira (13/4) lalu.

Sejatinya, manajemen Persebaya sudah melakukan edukasi sejak dua tahun silam. Bonek tidak dianggap sebagai suporter, melainkan sebagai partner. Itu dibuktikan dengan beberapa langkah konkret yang diambil manajemen Persebaya.

BACA JUGA: PSSI Kembali Gulirkan Liga 1, Begini Respon PSMS Medan

Contoh kecil adalah soal keamanan penonton. Setiap koordinator tribun dilibatkan. Ada tiga koordinator, yakni tribun utara, tribun kidul, dan tribun timur. ”Masing-masing kordinator ikut memastikan keamanan di setiap tribun,” kata Fans Relation Persebaya Patriot Mariefulsyah.

Kalaupun masih ada tribun yang bandel dengan berbagai flare ataupun pelemparan botol, itu menjadi pekerjaan rumah (PR) manajemen. Koordinator tribun timur Hasan Tiro siap membantu. ”Ya, mungkin kami bisa sedikit kasih arahan di setiap koordinator tribun,” katanya.

BACA JUGA: Persebaya Sudah Kena Denda Komdis PSSI Rp 1 Miliar

Manajer Persebaya Candra Wahyudi juga mengaku terus memberikan pengertian kepada suporter. Hal itu dilakukan agar laga berjalan lancar, tanpa gangguan. ”Kami terus berupaya edukasi ke suporter agar bisa menerima apapun suasana laga,” katanya.

General Manager Arema FC Ruddy Widodo bahkan menilai hubungan harmonis dengan suporter sangat penting. ”Sebab, klub dan suporter itu bak dua sisi mata uang. Saling membutuhkan,” tegasnya.

Karena itu, manajemen Singo Edan –julukan Arema FC– terus berupaya agar Aremania tak melanggar regulasi. Bukan sanksi denda yang ditakutkan oleh manajemen, melainkan hukuman bertanding tanpa penonton. Ataupun melakoni laga usiran.

”Laga usiran dan tanpa penonton, ini yang paling menyakitkan. Sebab, kami harus keluar uang away, kemudian kami tak dapat pemasukan,” kata Ruddy.

Koordinasi terus dilakukan. Achmad Ghozali, Korwil Aremania Klayatan mengatakan pihaknya sering melakukan sharing dengan klub. ”Dua bulan sekali. Sharing untuk membicarakan apa yang masih perlu dibenahi,” tegasnya.

Apabila Bonek dan Aremania rutin berkomunikasi dengan manajemen, beda dengan K-Conk, fans Madura United. Mereka memilih untuk melakukan pembinaan secara mandiri.

”Saat awal musim, kami sebarkan soal peraturan atau hal apa saja yang bisa merugikan klub saat pertandingan,” kata Presiden K-Conk Mania Jimhur Saros.

BACA JUGA: Mungkinkah Aremania - Bonek Satu Tribun?

Meski bisa berjalan secara mandiri, tapi Jimhur berharap agar pihaknya bisa menjalin komunikasi yang intens dengan manajemen. ”Sediakan waktu untuk menyambangi para suporter. Sebab, supporter itu bagian yang tak terpisahkan dari klub selain pemain tentunya,” tambah Jimhur.

Nah, bukti pentingnya suporter terlihat di skuad Persela Lamongan. Dukungan LA Mania –julukan fans Persela– membuat Laskar Joko Tingkir belum ternoda selama berlaga di kandang. Dari 11 laga, mereka menang tujuh kali dan empat kali imbang. (gus/gil/ham)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Liga 1: Persija Dukung Deklarasi Rivalitas Tanpa Membunuh


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler