Bagian II: Empat Iven Pariwisata Riau Siap Mendunia

Minggu, 23 Oktober 2016 – 14:24 WIB
REPLIKA tongkang (perahu) berukuran 8x2 meter itu diarak dari Klenteng Ing Hok King, sebuah rumah ibadah tertua umat Kong Hu Chu yang terdapat di tengah Kota Bagan Siapi-api, Rokan Hilir, Provinsi Riau. Foto Riau Pos/JPNN.com

jpnn.com - Indonesia benar-benar kaya dengan budaya dan destinasi yang eksotis. Setiap daerah memiliki keragaman yang unik. 

Seperti Provinsi Riau yang kini menyiapkan empat iven parisiwisatanya yang layak dikunjungi. 

BACA JUGA: Dua Menteri Kompak Konsolidasi Akses Pariwisata

Gubernur Riau, H Arsyadjuliandi Rachman kini tengah mempersiapkan iven tersebut mendunia. Setelah Ombak Bono dan Pacu Jalur, ada dua lagi yang tak kalah menarik. Yakni, Ritual Bakar Tongkang dan Tour de Siak. Berikut ulasannya:

Ritual Bakar Tongkang

BACA JUGA: Merasa Punya Zodiak ini? Jangan Ungkit Masa Lalu ya

REPLIKA tongkang (perahu) berukuran 8x2 meter itu diarak dari Klenteng Ing Hok King, sebuah rumah ibadah tertua umat Kong Hu Chu yang terdapat di tengah Kota Bagan Siapi-api, Rokan Hilir, Provinsi Riau. Puluhan ribu warga tampak tumpah ruah ke jalanan. 

BACA JUGA: MFF Tegaskan Potensi Busana Muslim

Mereka tidak hanya berasal dari penduduk tempatan, tapi juga dari berbagai negara di belahan dunia.

Saat telah sampai di tempat yang disediakan, di tengah lapangan di tepian laut mengarah ke Selat Malaka, ribuan manusia memejamkan mata melantunkan doa. 

Menunggu jawaban dari arah jatuhnya tongkang yang telah dibakar.

Replika kapal yang terbuat dari kayu dan kertas dibakar di atas tumpukan kertas doa di dalam kapal juga terdapat replika patung Dewa Ki Ong Ya. 

Saat kapal ludes terbakar dimakan api, puluhan ribu warga Tionghoa menantikan arah jatuhnya tiang kapal. Mereka meyakini, jika tiang kapal jatuh ke arah laut, maka mereka percaya jika rezeki pada tahun ini datang dari arah laut atau nelayan dan jika tiang jatuh ke arah daratan, maka rezeki datang dari daratan atau bertani.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, ritual bakar tongkang biasanya berlangsung meriah. Iven internasional ini menarik wisatawan mancanegara dan lokal karena tradisi membakar tongkang di Bagansiapiapi adalah yang terbesar di dunia.

Kota di hilir Sungai Rokan itu sesak dengan pengunjung yang didominasi oleh etnis Tionghoa, terutama keturunan asli Bagansiapi-api yang merantau setelah produk hasil perikanan dari kota pesisir yang pernah tercatat sebagai produsen tertinggi di dunia ini mulai menurun.

Perayaan bakar tongkang biasanya digelar pada pertengahan bulan Juni atau tanggal 16 bulan kelima dalam kalender Imlek. Biasanya perayaan bakar tongkang akan mengubah wajah kota Bagansiapi-siapi menjadi serba merah-merah.

Musik tradisional China mengiringi tarian barongsai dan grup opera yang sengaja diundang memeriahkan suasana. Inilah salah satu bentuk kearifan lokal masyarakat Tionghoa di Bumi Melayu.

Tradisi ini merupakan tradisi yang mengagumkan dan menjadi bukti toleransi bangsa Indonesia terhadap keberagaman etnis dan budaya.

Berdasarkan catatan dari Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir, Riau, sedikitnya 40 ribu wisatawan lokal dan mancanegara menghadiri setiap upacara Bakar Tongkang.

Bila Anda tertarik ingin menyaksikan langsung upacara unik ini, dari Pekanbaru Anda bisa menggunakan jalur darat menuju Kota Bagan Siapi-api dengan jarak tempuh sekitar 5,5 jam perjalanan.

Tour de Siak

BANYAK cara yang dilakukan pemerintah daerah untuk menarik wisatawan agar berkunjung ke daerah mereka. Salah satunya apa yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Siak Sri Indrapura, Riau dengan menggelar iven Tour de Siak (TdS) setiap tahun.

Sejak digelar mulai tahun 2013 lalu, TdS kini menjadi salah satu andalan pariwisata Riau, khususnya Kabupaten Siak dan sudah bertaraf internasional.

Pelaksanaan event ini sudah masuk dalam kalander pariwisata Provinsi Riau. Biasanya TdS diikuti para pembalap sepeda profesional dari berbagai negara. 

Melalui TdS ini, para peserta lomba atau wisatawan mendapat suguhan menarik. Mereka bisa menikmati secara langsung keindahan negeri Siak dengan bersepeda melalui lintasan etape yang disiapkan oleh panitia lomba.

Setiap etape memiliki karakteristik tersendiri. Peserta lomba akan melintasi beberapa jembatan, seperti Jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah, Jembatan Tengku Abdul Jalil Rakhmadsyah dan juga Jembatan Sultan Syarif Qasim.

Peserta juga akan terpesona dengan keasrian dan kesejukan pepohonan serta perkebunan sawit yang berada di sebalah kiri-kanan jalur lintasan atau areal persawahan yang indah.

Kini, Siak tidak hanya dikenal dengan Istana Siak-nya, tapi juga keasrian atau keindahan alamnya yang bisa dinikmati para pembalap ketika berlangsungnya iven TdS.

Bila Anda tertarik mengikuti TdS atau berwisata ke Siak, Anda bisa dengan mudah datang ke Siak.

Bila Anda berangkat dari Pekanbaru, Anda bisa menggunakan jalur darat yang memakan waktu sekitar 2,5 jam perjalanan. Ayo, tunggu apalagi, mari berwisata ke Riau Negeri Melayu Lancang Kuning. (Adv/Bagian-II/Habis)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sasya Tranggono Hadirkan Karya Masterpiece


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler