jpnn.com, JAKARTA - Pengamat komunikasi politik Emrus Sihombing melihat ada kecenderungan perdebatan #2019GantiPresiden belum akan berhenti. Bahkan semakin hangat jelang kampanye Pilpres 2019.
"Merujuk pada perdebatan pro dan kontra yang mengemuka, saya berpendapat wacana publik tersebut lebih tepat disebut sebagai pepesan kosong," ujar Emrus di Jakarta, Senin (3/9).
BACA JUGA: Waketum MUI: Perang Tagar Pendukung Capres tidak Sehat
Emrus mengatakan demikian karena perdebatan mengabaikan materi yang substansial. Seperti perdebatan adu ide, adu gagasan dan adu program kebangsaan untuk kesejateraan rakyat Indonesia.
"Saya mengamati perdebatan di ruang publik, termasuk perdebatan di suatu program stasiun televisi swasta pekan lalu, itu narasumber berlatarbelakang parpol dan jabatan publik menunjukkan perdebatan sebagai tontonan yang sangat tidak bermutu," ucapnya.
BACA JUGA: Baca Aturan Sebelum Kritik Sandiaga Uno
Karena itu, tidak heran jika pengajar di Universitas Pelita Harapan menilai, perdebatan terkait #2019GantiPresiden dari aspek komunikasi politik, hanya bertujuan memanipulasi persepsi publik.
Apalagi perdebatan yang mengemuka mulai memasuki babak baru, saling serang antara yang pro dan yang kontra.
BACA JUGA: Kebijakan Polri untuk #2019GantiPresiden & #2019TetapJokowi
"Pilihan diksi pada pesan komunikasi politik yang mereka lontarkan pun sudah sangat menyedihkan. Tampaknya sudah tidak mengedepankan intelektualitas matang," katanya.
Emrus juga menilai, perdebatan yang mengemuka menyerupai diksi jalanan. Artinya, jika terus dibiarkan berpotensi menimbulkan polarisasi pro-kontra di tengah masyarakat. Gesekan sosial di tingkat akar rumput berpotensi terjadi.
"Realitas yang ada mengingatkan saya pada tesis yang dikemukakan Guru Bangsa Gus Dur. Menurutnya, mereka tak ubahnya seperti taman kanak-kanak. Perilaku komunikasi politik mereka sangat menyedihkan dan bahkan memalukan," katanya.
BACA JUGA: Nah Lho, FPI Merasa Diklaim Kubu Prabowo - Sandi
Padahal, perdebatan di ruang publik menurut Direktur Eksekutif EmrusCorner ini, sejatinya tontonan yang bisa menjadi tuntunan bagi rakyat Indonesia.
"Jadi, menurut saya pro-kontra #2019GantiPresiden multak harus dihentikan. Lebih cepat lebih baik," pungkas Emrus.(gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... PP Satria: Takut Sandiaga Boleh, Tapi Jangan Norak
Redaktur & Reporter : Ken Girsang