Bahas Krisis Pangan, Dubes Rusia Tak Sedikit pun Singgung Perang di Ukraina

Rabu, 08 Juni 2022 – 21:16 WIB
Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva menyampaikan taklimat media di Jakarta, Rabu (4/9/2019). Foto: ANTARA/Yashinta Difa

jpnn.com, JAKARTA - Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva mengatakan pandemi COVID-19 mengakibatkan gangguan parah pada rantai pasokan, produksi, dan logistik global.

“Pandemi COVID-19 mengakibatkan gangguan parah pada rantai pasokan, produksi, dan logistik global. Lonjakan suntikan keuangan ke ekonomi Uni Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang untuk mendorong pemulihan pascapandemi menyebabkan peningkatan permintaan yang signifikan dan, akibatnya, melonjaknya inflasi,” ujar Duta Besar Lyudmila Vorobieva dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu.

BACA JUGA: Perang Rusia-Ukraina Harus Dapat Perhatian Khusus dari Pemerintah Indonesia

Ia menambahkan bahwa PBB memperingatkan tentang risiko krisis pangan global dua tahun lalu.

“Pertumbuhan harga pangan pertanian selama beberapa tahun terakhir didorong oleh dampak dari pandemi COVID-19, kebijakan ekonomi dan energi oleh negara-negara besar Barat, perang perdagangan, kondisi cuaca yang tidak menguntungkan, pembatasan sepihak ilegal yang diberlakukan oleh Barat melawan Rusia serta kekurangan dana dari sektor pertanian,” kata Dubes Lyudmila.

BACA JUGA: Ungkap Borok Militer Rusia, Jurnalis Investigasi Diburu Rezim Putin

Namun demikian, menurut data UNCTAD, tampaknya tidak ada kekurangan pangan secara fisik secara global.

“Masalahnya ada pada struktur distribusinya. Faktor harga juga berperan,” kata dia.

BACA JUGA: Rusia Harus Tahu, Ukraina Tidak Akan Menerima Hasil Remis

Ia mengatakan lonjakan harga pangan pertanian sudah tercatat pada 2020.

Indeks Harga Pangan FAO (FFPI) naik 50 persen antara 2019 dan 2022. Menurut data bursa, harga gandum naik 25 persen pada 2021.

Pada Februari 2022 sudah 31-62 persen lebih tinggi dari rata-rata untuk lima tahun sebelumnya. Harga jagung telah meningkat 162 persen selama dua tahun terakhir. Lobak – sebesar 175 persen.

Sementara itu, stok pangan berada pada level terendah dalam 5-10 tahun. Transisi "energi hijau" Uni Eropa yang keliru menyebabkan rekor harga energi.

Hal ini, pada gilirannya, memicu kenaikan biaya produksi pertanian: harga bahan bakar dan listrik naik secara substansial (harga minyak – lebih dari 22 persen pada 2020-2022, harga rata-rata listrik di Eropa mencapai titik tertinggi dalam sejarah pada Maret 2022 – sebesar 350 -530 persen di beberapa negara Eropa dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2021).

Hal ini langsung terlihat pada pupuk (harga carbamide dan saltpeter melonjak 3,5-4 kali lipat, lainnya – 2,5-3 kali lipat) dan produksi cereal. Faktor-faktor ini diperparah oleh kondisi cuaca yang tidak mendukung dan bencana alam di beberapa bagian dunia.

Pengeluaran transportasi tumbuh karena pembatasan perjalanan internasional anti-COVID, gangguan logistik, dan penurunan volume pengiriman. Tarif angkutan hampir dua kali lipat.

Dubes Lyudmila mengatakan dampak buruk pada ekonomi global diperparah oleh tindakan pembatasan Barat yang sepihak dan tidak sah terhadap Rusia, termasuk hambatan pengiriman barang, kesulitan pembayaran, larangan transaksi, dan masalah bea cukai, yang telah menjadi faktor risiko tambahan bagi ketahanan pangan global.

Ia mengatakan Uni Eropa secara terbuka mendeklarasikan perang ekonomi dan perdagangan habis-habisan terhadap Rusia – dengan mengabaikan posisi Rusia sebagai pemasok global utama produk pertanian dasar (gandum, jelai, bunga matahari, pupuk mineral, dan tanaman pakan ternak), termasuk untuk negara berpenghasilan rendah yang rentan terhadap risiko kekurangan pangan.

Alih-alih membuat tuduhan yang tidak berdasar, para pemimpin Eropa sebaiknya mengalihkan perhatian mereka untuk memperbaiki kesalahan perhitungan sistemik dalam kebijakan makroekonomi, moneter, perdagangan, energi, dan agroindustri mereka sendiri.

Mereka harus berhenti menarik arus komoditas dengan mengorbankan negara-negara berkembang dan meninggalkan praktik sesat dalam memaksakan tindakan pembatasan sepihak terhadap hukum internasional. (ant/dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler