BAIS Sadap Australia dengan Alat dari China

Sabtu, 30 November 2013 – 04:42 WIB

jpnn.com - SEOLAH luput dari hiruk-pikuk pemberitaan tentang aksi penyadapan terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) oleh intelijen Australia, ternyata Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI juga melakukan aksi serupa terhadap berbagai pihak di negara tetangga yang kini dipimpin Tony Abbott itu. Sasaran aksi penyadapan BAIS bukan hanya pejabat Australia, tetapi juga perusahaan dan warga sipil di Negeri Kanguru itu.

Seperti dilansir News Corp belum lama ini, BAIS dikabarkan menggunakan alat sadap canggih dari China untuk menyadap Australia. Indonesia dan China tengah mengembangkan operasi intelijen gabungan melawan Australia.

BACA JUGA: Vietnam Siapkan Sanksi Pengecam Pemerintah di Facebook

Menurut sumber News Corp, telepon seluler warga Australia disadap oleh perusahaan yang memiliki hubungan langsung dengan TNI. Hasil sadapan itu kemudian didistribusikan ke pejabat militer di China melalui BAIS.

Penyadapan itu disebut hanya elemen kecil dari target operasi spionase untuk mengintersep jaringan telepon seluler ataupun jaringan tetap (fixed line) yang digunakan perusahaan, warga biasa maupun diplomat Australia. Skandal penyadapan yang telah telah membuat tegang hubungan Canberra dengan Jakarta, membuat intelijen Indonesia berupaya masif memata-matai warga Australia yang bekerja di negeri ini.

BACA JUGA: Penderita HIV AIDS di Asia Pasifik Meningkat

Alat sadap yang digunakan BAIS untuk menguping pejabat maupun warga Australia itu ada yang berupa mobil van lengkap dengan peralatan  terkini buatan China. Sebagian besar alat yang digunakan merupakan rancangan dari barat yang dicuri oleh Departemen III Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) di China. BAIS disebut punya hubungan erat dengan departemen yang jawab atas segala aktivitas telik sandi China di dunia maya, termasuk Departemen IV yang menangani perang cyber.

Mengacu pada jurnal Intelligence Online, kesepakatan intelijen antara Indonesia dengan negeri Tirai Bambu itu terjadi setelah Kepala Staf Angkatan Udara China, Jenderal Ma Xiaotian berkunjung ke Jakarta para Maret 2011 silam untuk menghadiri Pameran Pertahanan se-Asia Pasifik. Jenderal Ma adalah mantan Wakil Kepala  Departemen III di PLA.

BACA JUGA: Mantan Menlu Australia Sarankan Abbott Minta Maaf ke SBY

Sumber News Corp itu  juga membeber ke News Corp bahwa hubungan Jakarta-Beijing sangat erat dan China sangat tertarik menggunakan kedekatan itu untuk memata-matai kepentingan Australia dan negara barat lainya di Indonedia.
 
"Ada upaya yang jelas terkoordinasi antara China dan Indonesia untuk memaksa apa yang bisa mereka keluarkan dari kita," ucap sumber itu. "China tertarik pada olok-olok birokrasi, gosip bisnis tentang kontrak sumber daya alam dan aktivitas militer. Ada daftar panjang isu yang mereka tertarik."

Namun tak seperti Australia dan Amerika Serikat, telik sandi China menggunakan pola ala KGB di era Uni Sovet untuk mengumpukan berbagai informasi.

Menurut mantan mata-mata Australia, Warren Reed, intelijen electronik sangat sulit ditangkal. "Langkah pertamna adalah mengenali dan memahami masalahnya," ucapnya.

Sementara itu, jurnal mingguan Jane's Defence melaporkan bahwa China telah menawarkan ke Indonesia untuk membangun jaringan radar pantai di titik-titik strategis. Rincian tentang sistem radar dari China itu tak diketahui, namun diyakini akan dibangun di sejumlah lokasi antara lain Lombok, Selat Sunda, Kalimantan Barat dan barat daya Pulau Sulawesi.

Tawaran China untuk membuat radar pantai bagi Indonesia itu disampaikan saat lawatan Presiden SBY ke Beijing Maret lalu yang dibalas dengan kunjungan Presiden Xi Jinping ke Indonesia Oktober silam sebagai bagian rangkaian lawatan perdananya ke Asia Tenggara. Presiden Xi sangat memahami Indonesia ketika dia menjadi petinggi Partai Komunis di Fujian, tempat banyak para taipan di negeri ini berasal.

China juga merupakan mitra dagang kedua terbesar bagi Indonesia dengan nilai transaksi mencapai AUD 66 miliar. Sementara nilai transaksi perdagangan Indonesia dengan Australia hanya AUD 15 miliar.(ara/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... PM Yingluck Masih Unggul


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler