BACA JUGA: 66 Jam Membeku di Dalam Balok Es
Kapal tersebut membawa 24 awak, di mana 17 di antaranya adalah Warga Negara Indonesia (WNI)."Kami sudah menurunkan tim untuk mengkonfirmasi kabar itu, dan ternyata 100 persen confirmed
Data teknis yang diterima Deplu, kapal tanker seberat 20 ribu ton itu bernama Pramoni dan dibajak ketika menjalani rute menuju ke arah India
BACA JUGA: CIA Kibarkan Bendera Setengah Tiang
Peristiwa pembajakan tersebut pertama kali diketahui ketika kapten kapal Singapura itu melaporkan upaya penguasaan kapal oleh "pihak asing", ketika berada di tengah laut"Dari 24 awak kapal yang berada di kapal tersebut, 17 adalah WNI, lima warga Tiongkok, serta masing-masing satu orang warga Nigeria dan Vietnam," tegas Teguh.
Lalu, langkah apa yang akan ditempuh pemerintah? Teguh dengan sangat menyesal mengatakan bahwa pihaknya saat ini masih menunggu keputusan pemerintah Singapura
BACA JUGA: Rusia Batasi Harga Minimum Vodka
Karena, walaupun mayoritas awak kapal itu adalah WNI, tapi armada itu sendiri berbendera Singapura."Ada nota-nota kesepakatan yuridis internasional yang mengatur tentang hal ituWalaupun kita bisa bertindak dan memiliki komponen, tapi tentu perjanjian diplomatik itu harus dipatuhi," ujar Teguh.
Namun, kata Teguh, bukan berarti Indonesia tidak akan mengambil langkah militer untuk mengatasi krisis dan penyanderaan WNI iniSaat ini, Deplu telah meminta bantuan TNI untuk mengumpulkan data intelijen dan informasi terkait keberadaan dan kemungkinan penyelamatan kapal tersebut"Koordinat tepatnya kami sudah kantongiHanya saja tidak akan kami eksposUntuk sementara, sebut saja kapal itu ada di tengah laut internasional dan belum merapat ke daratan di wilayah negara manapun," katanya pula.
KBRI Singapura juga sedang menggelar komunikasi dengan sang pemilik kapal untuk pijakan awal sebelum mengambil keputusanSesuai prosedur, lazimnya baik otoritas keamanan di Somalia, Singapura, maupun Indonesia, akan menunggu komunikasi antara pembajak dan pemilik kapalSetelah ada upaya permintaan tebusan, semua akan diserahkan kepada pemilik kapal dan negara asal kapal tersebut, apakah akan meluluskan permintaan atau menempuh operasi pembebasan sandera.
"Itu data level A, dan tentu baru akan diekspos setelah operasi dilakukanUntuk saat ini, kami masih konsentrasi mencari data para WNI yang ada di atas kapal tersebut," papar Teguh pula.
Pembajakan kapal ini merupakan yang ketiga kalinya terjadi dalam beberapa waktu terakhir, setelah sebelumnya kapal tanker berbendera Inggris, St James Park, dibajak saat dalam perjalanan dari Thailand menuju SpanyolSementara Kapal Panama berbendera Yunani, Navios Apollon, juga dibajak pada waktu yang hampir bersamaanAksi pembajakan kapal di lepas pantai Somalia memang sering terjadi, meskipun angkatan laut internasional sudah banyak beroperasi untuk melawan para pembajak.
Di kesempatan terpisah, Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI, Marsekal Muda Sagom Tamboen menjelaskan, TNI dalam posisi menunggu kebijakan resmi pemerintah menghadapi krisis sandera itu"Sebab, menggerakkan TNI ke luar negeri itu ada mekanismenya, dan harus dengan persetujuan presiden," kata jenderal dua bintang itu.
TNI sendiri memiliki pasukan khusus yang dilatih untuk mengatasi pembajakanDi lingkungan TNI Angkatan Laut, ada Detasemen Jala Mengkara yang direkrut dari personel pilihan pasukan Katak dan Marinir TNI ALDenjaka mempunyai kemampuan pembebasan sandera laut lepas yang pernah disimulasikan di Teluk Jakarta tahun lalu.
Selain itu, ada Satgultor 81 - Satuan Penanggulangan Teror Kopassus - yang juga punya kemampuan operasi Trimatra (darat, laut dan udara)Di lingkup TNI AU, ada Korps Pasukan Khas yang bisa diterjunkan secara senyap dari ketinggian 7.500 kaki dengan teknik HALO (High Altitude Low Opening) yakni membuka parasut dengan ketinggian terendah agar tidak diketahui lawan.
"Pada prinsipnya, TNI siap mengamankan dan melindungi warga negara di manapun, asalkan semua berdasar prosedur yang sudah diatur," kata Sagom pula(zul/rdl)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Obama Ucapkan Happy New Year Dari Hawai
Redaktur : Tim Redaksi